“Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya”
Pernahkah anda memberikan P3K iman ? Misalnya saja tiba-tiba menjelang anda akan tidur ada SMS masuk : ” Bu Ratna, mohon bantu doa dong untuk diriku. aku sdg mengalami keterpurukan yg amat sangat dlm kekecewaan dan sakit hati. mungkin ini yg dibilang luka bathin. untuk mendengarkan firman Tuhan saja aku tdk terima. Yg ada dlm diriku selalu jd mencurigai dan sedih terus. aku bingung hrs ngapain. .. Tolong ya bu…/tks XXXX” Apa yang anda lakukan untuk P3K iman?
P3K atau Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah usaha-usaha untuk menangani korban sesegera mungkin di tempat kejadian sebelum tenaga medis terlatih mengambil alih penanganan. Nah bagaimana dengan P3K dalam hal “kecelakaan” iman? Sebelum tergoncang, pasti sempat goyah, pasti sempat bimbang. Ada lecet dan luka kecil disana sebelum terjadi kecelakaan fatal. Prinsip pertama tentu saja : don’t panic. Jangan langsung menelpon karena anda sendiri belum tentu siap dengan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Dalam sepersekian detik saya memilih menghentikan kegiatan saya. Berdiam diri sambil menutup mata, mengambil sikap meditasi – menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan dengan mengucapkan “Yeee…..Suuuusss….” Dengarkan suara paling halus yang tertangkap dan bayangkan wajah sang korban.
Pada detik selanjutnya dalam ketenangan saya membalas (karena saya belum tahu juga kondisinya, apakah sang korban siap untuk bertemu dan berbicara), saya membalas SMSnya : Aku doakan kamu malam ini juga. Besok bisa ketemu dimana dan jam berapa? Sambil berharap SMS tersebut dibalas tentunya.
Sambil menunggu jawaban saya meneruskan dengan mendoakan khusus sang korban tadi, membayangkan malaikat-malaikat datang melayani dia, menghibur dia yang sedang menangis. Membayangkan ia menangis dipangkuan Tuhan. Its okay to cry, sist! Dalam doa dan kepedihan hati dihadapan Tuhan, Tuhan tahu terlebih dulu apa isi hati kita tanpa perlu sepatah katapun.
Kalaupun belum mendapat SMS balasan sampai esok harinya, tetap doakan lagi di pagi hari. Sambil mendengar suara burung berkicau di sekitar kita, kita ikut memuji Tuhan. Berkat baru telah disediakan hari ini, termasuk kekuatan yang baru pada sang korban tadi. Setelah mendoakannya, tindakan selanjutnya adalah mencari ayat yang sesuai sebagai ‘obat’ yang dapat diberikan pada saat itu. Jangan lupa tagih janji untuk mengusahakan waktu untuk bertemu dan mendengarkan keluhannya. Dalam salah satu prinsip konseling, dengan mendengarkan seseorang mengisahkan penderitaan hidupnya, sudah membantu meringankan bebannya separuh. Yang penting kita lebih banyak mendengarkan dulu dari pada menggurui. Kita punya dua telinga dan satu mulut, mari kita dengarkan dengan dua telinga dan dengan mulut kita mendoakan dia. Ajaklah kembali menimba kekuatan Sakramen yang telah disediakan Tuhan kepada kita. Kalau masih belum bisa menolong, mari kita serahkan kepada tim ‘medis’ yang lebih ahli – baik para rohaniwan, konselor dsb sambil kita memantau perkembangan imannya.
Bacaan hari ini mengingatkan kita bagaimana kita bisa menerima kebijaksanaan dari Allah menghadapi berbagai situasi yang terjadi disekitar kita. Allah bisa menggunakan siapa saja untuk mengarahkan kita sendiri dan juga untuk menggembalakan domba-domba yang lain. Dengan demikian kita tidak diombang-ambingkan dengan berbagai kebiasaan dan pengajaran yang tidak sejalan dengan pengenalan akan Tuhan.
Btw bagaimana kalau kita sendiri jadi “korban’ ya?? Kembali ke prinsip pertama, don’t be panic. Tarik nafas dalam-dalam dan sadarilah ketidakberdayaan kita, pusatkan perhatian dan pikiran pada Sang Tabib segala Tabib. Setelah itu minta dukungan doa dari sahabat dan kerabat sekitar kita yang lebih kuat dalam iman. Bisa kirim SMS atau telpon pasangan kita, bisa juga orang tua kita, konselor kita atau Bapak/Ibu baptis kita. Minta mereka mendoakan kita. Dan ajaib… begitu kita menceritakan apa yang kita rasakan, rasanya kesesakan dan beban yang kita tanggung tinggal separuh. Persis seperti apa yang disampaikan dalam Firman Tuhan “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11:28). Ayat-ayat Firman Tuhan yang pernah kita baca, bisa muncul dengan sendirinya dan ‘berbisik’ pada sanubari kita. Disinilah pentingnya kita mengenal Firman Tuhan, kita tahu ‘obat’ mana yang diambil kalau gejalanya seperti ini termasuk kembali menimba kekuatan sari Sakramen-sakramen yang ada. Tentu kita tidak akan mengambil obat sakit kepala untuk sakit perut kan?
Marilah kita saling mendoakan dan mendengarkan satu sama lain, menjadi komunitas gerejani yang saling mendukung dalam iman dan kepercayaan persis seperti gereja perdana, dimana para murid berkumpul untuk berdoa dan saling mendoakan, membaca Kitab Suci , membagikan roti (Sakramen Ekaristi) dan saling meneguhkan ditengah ancaman dan ketakutan. Semoga hikmat kebijaksanaan Allah mendampingi kita semua senantiasa, sehingga kita semakin teguh didalam iman dan kepercayaan ditengah tingginya badai dan tantangan samudera kehidupan. Kita semakin diteguhkan dalam komunitas orang beriman, dengan pasangan dan anak-anak kita, dengan sahabat dan rekan sepelayanan sambil terus memuliakan Allah dalam setiap karya.
===============================================================================================
Bacaan Injil Mat 11:16-19
“Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”