Disela-sela kesibukannya mengurus pengungsi, romo Kirjito yang bertugas sebagai romo paroki Sumber, masih menyempatkan diri menuliskan refleksinya. Ikuti di http://www.egmca.net/hajat-merapi-2010/
Awas Merapi! Ini language games ilmuwan geologi Gunung Merapi Senin 25 Oktober 2010. Merapi punya “Hajat Besar” (Ewuh) demikian bahasa kultural nenek moyang Lereng Merapi. Di saat itu, begitu banyak orang dari berbagai latar belakang berada di wilayah terdekat Gunung Merapi dengan aneka kegiatan yang tidak seperti biasanya.
Anak-anak, perempuan, orang-orang lanjut usia, laki perempuan berduyun-duyun meninggalkan rumah menuju tenda-tenda darurat di lapangan dan gedung-gedung yang disulap menjadi tempat mereka menjalani kehidupan yang disebut mengungsi. Saya lebih senang menggunakan istilah menyingkir, “nisih” sementara dari kesibukan besar Alam G. Merapi.
Tanggal 26 Oktober 2010 sore hari G. Merapi mengekspresikan kesejatiannya memamerkan isinya yang oleh geolog disebut magma vulkanis. Masyarakat biasa menyebut hujan abu. Kali ini hujan abu dan pasir bahkan kerikil hingga sebesar kuku ibu jari orang dewasa. Dan yang khas Merapi adalah pertunjukan Wedhus Gembel atau awan panas.
Layaknya orang punya hajat, kesibukan tuan rumah berlangsung sepanjang hari bahkan sepanjang malam. Tamu berdatangn dari berbagai kalangan dengan segala oleh-oleh di tangannya. Potret sana potret sini, video sana video sini, jabat tangan senyan-senyum.
Dari kaca mata hidup normal manusia yang mengidentikan harmoni adalah hidup tanpa ketegangan, Hajat Besar Merapi 2010 ini diberi julukan besar Bencana Alam Merapi. Insan televisi Indonesia menjadikannya panggung prestasi heroik berekor rejeki iklan. Insan-insan sahaja budaya Tani Lereng Merapi malakoni ritual pengorbanan untuk memohon kesuburan pada beberapa bulan dan tahun ke depan. Mereka ikhlas tidak melakukan pekerjaan menanam, merawat hingga memanen berminggu-minggu. Mereka juga tidak iri jika partai dan LSM panen titipan sumbangan dari dermawan dan mendadak menjadi dewa-dewi penolong.
Hajat Besar Kyai Petruk, begitu bahasa personifikasi nenek moyang budaya Merapi menyebutnya, akan berlangsung berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan ke depan. Jangan dilupakan Hajat Besar Merapi 2010 ini telah juga mengirim kekayaannya berupa abu Merapi ke tiga penjuru mata angin. Ke barat – Muntilan – Borobudur dst, — arah selatan yaitu DIY, ke timur yaitu Klaten, Surakarta, Boyolali. Dan nampaknya hari ini, 2 Nopember akan mengirim ke arah utara, — Salatiga, Ungaran hingga Semarang. Mungkin juga tidak mendapatkan karena Semarang sudah lebih dahulu mencuri berjuta-juta m3 pasirnya sebelum Merapi punya Hajat Besar 2010 ini. / V. Kirjito