“Apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?”
Menentukan mana yang paling penting dalam membuat keputusan ternyata tidak mudah, bahkan bisa menimbulkan perdebatan sengit – walaupun itu urusan duniawi ataupun rohani. Untuk orang-tua murid peserta Krisma, apa hubungannya penyelenggaraan Outing dengan pelajaran Krisma? Malah menghambur-hamburkan uang saja, membebani orang-tua. Para katekis juga sulit diyakinkan bahwa dengan menumbuhkan kebersamaan diantara peserta Krisma, bisa tumbuh rasa “kekeluargaan” – datang ikut Misa ke gereja adalah juga kesempatan bertemu teman-teman. Maka bila paradigma dan orbit pembicaraan belum sama, pasti terjadi salah paham. Solusinya, cari jalan tengah, Dewan Paroki menanggung biaya “outing” asal orang tua memberikan ijin anak-anak ikut acara tersebut.
Kita sering terjepit dalam berbagai situasi dalam menentukan skala prioritas, mana yang lebih penting dari yang penting. Apakah seremonial upacara penting? Apa dampaknya kalau tidak diadakan hanya karena biaya? Bisakah diadakan dengan sederhana yang penting gaungnya terasa diseluruh organisasi. Atau apakah lebih penting sibuk memilih baju ‘wah’ ke Misa, atau datang ke Misa dengan tidak terlambat? Mengapa mesti sibuk menentukan anggaran persembahan yang mahal, kalau buah dan sayuran lokal pun juga diberkati romo?
Tetapi kita juga jangan lari dari proses penyamaan persepsi ini, atau berdiam diri serta masa bodoh bahkan menghindarinya. Karena disinilah kesempatan kita untuk berani menyatakan mana yang penting dan dasarnya apa. Kalau tidak terlibat dalam proses ini justru menandakan kita tidak perduli dengan adanya perbedaan persepsi bahkan mendiamkannya. Yesus sering sekali menegur orang-orang Farisi dan para pimpinan agama yang dinilai sering menyesatkan orang banyak. Ia tidak perduli kalau tindakannya membuatnya tidak populis. Semakin tidak disukai orang Farisi dan Ahli Taurat. Yesus tahu kalau tidak diluruskan maka orang banyak akan melakukan hal yang salah kalau mereka meneladani dan memberi contoh yang salah dari para pemuka agama.
Mari kita ikut perduli untuk memberikan contoh yang baik dengan melakukan yang terpenting dari yang penting. Ikut serta memberikan penjelasan mengapa hal ini menjadi lebih penting dari yang lain. Dengarkan pihak lain dan apa argumennya. Kalau saja alasannya : dari dulu sudah seperti ini… hhmmm… rasanya inilah yang harus diluruskan, sesuatu yang dilakukan dari dulu tentu ada alasannya. Mari kita belajar menjadi lebih bijaksana dalam melihat dan memilih mana yang terpenting dari yang penting. Melihat dari kaca mata kita, kaca mata orang lain dan dari kaca mata iman. Mungkin kita bisa belajarberani bertindak lebih bijaksana dalam kisah berikut.
Di suatu gereja kecil, setiap kali misa pintu harus selalu ditutup. Sehingga umat yang datang terlambat karena sesuatu hal, tidak dapat lagi mengikuti Misa. Selain itu udara sangat panas selama Misa berlangsung membuat gerah suasana. Selama bertahun-tahun tidak ada yang berani mengusulkan membuka pintu selama Misa berlangsung. Usut punya usut, ternyata ada ceritanya. Disekitar gereja kecil itu banyak kucing berkeliaran. Sehingga bila banyak orang datang, kucing-kucing pasti ikut masuk kedalam saat Misa dan mencari kaki umat untuk menggesek-gesekkan badannya. Pasti ada beberapa umat teriak kaget ditengah keheningan Misa. Maka pastor yang bertugas saat itu meminta pintu ditutup….. dan itu berlangsung selama bertahun-tahun tanpa upaya mencari solusinya.
Akhirnya Dewan paroki mempelajari jalan keluarnya. Cari dimana si induk kucing berada, pindahkan seanak-anaknya dan angkut ke dekat pasar. Kalau masih ada yang datang juga, sudah disiapkan susu dan sedikit sisa makanan disekitar gereja saat Misa berlangsung. Setelah diujicoba jumlah kucing jauh berkurang dan pintu gereja bisa tetap dibuka selama Misa berlangsung. Pastor juga punya anjing peliharaan yang bertugas mengusir kucing. Bukan hanya umat yang senang karena udara menjadi lebih segar dan tidak ada kucing berkeliaran selama Misa, yang niatnya datang terlambatpun tetap terlambat… halaaah…
==============================================================================================
Bacaan Injil Mat 23:13-22
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.] Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?”