“Adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi”
Pertemuan pasti sepaket dengan perpisahan. Ada waktu bertemu, ada waktu berpisah. Mulai dari pertemanan, pasti suatu saat nanti pasti berpisah juga, walaupun bisa bertemu lagi di masa yang entah kapan hanya Tuhan yang tahu. Anggota keluargapun silih berganti satu demi satu. Dari lahir, besar, dewasa, menikah lalu berpisah lagi. Orang-orang terkasih kitapun satu persatu pergi meninggalkan kita yang masih berziarah di bumi ini. Tugas mereka sudah selesai, tinggal kita menyelesaikan tugas perutusan di bumi.
Sering sekali terjadi dan menjadi pengalaman terperih adalah bila perpisahan itu datang tiba-tiba. Tidak pernah ada yang siap untuk ditinggalkan. Kita baru merasakan kehilangan justru setelah kita ditinggal pergi. Tapi penyesalan memang selalu datang belakangan …. yang menyesal duluan itu ya kalau mau menyusul truk hehehe…. Begitulah manusia, harus mengalami perpisahan hanya untuk menyadari bahwa ada suatu keterikatan dan keterkaitan yang erat dan sayangnya jarang diakui, jarang dikatakan.
Saat orang-orang terkasih masih ada diantara kita, kita sering menganggapnya sebagai angin lalu karena saking seringnya bertemu. Tanpa ucapan tanpa sentuhan, masing-masing merasa tidak perlu mengungkapkan isi hatinya. Betapa senangnya bertemu lagi, betapa bahagianya bisa bertukar cerita dan saling curhat. Begitulah kalau rutinitas sudah menguasai kegiatan kita sehari-hari, tanpa sadar kita menggilas rasa dan kehilangan kepekaan akan perhatian dan sapaan kepada orang lain.
Kita memang tidak tahu kapan dan berapa lama seseorang itu akan tinggal bersama kita. Sama juga tidak tahunya kita berapa cepat seseorang akan pergi ketempat lain dan juga tidak jelas apakah kita akan bertemu lagi. Yang sudah pasti , kita sering tidak memanfaatkan waktu yang ada, waktu pertemuan yang tersedia tidak digunakan semaksimal mungkin. Sering kita berkata dan menunda-nunda, ah nanti saja dibicarakan, nanti saja diselesaikan…. dan ternyata ‘nanti saja’ itu tidak pernah terjadi.
Oleh karenanya marilah kita senantiasa mengisi setiap perjumpaan satu dengan yang lain semaksimal mungkin. Bukan sekedar basa basi, tapi juga memberikan pujian, mendengarkan dan juga memperhatikan satu sama lain. Tidak ada yang kebetulan didalam kehidupan orang percaya. Artinya tidak ada juga suatu kebetulan kita bertemu seseorang, atau orang lain yang kemudian pergi lagi untuk lain hal. Kalau saja kita lebih peka dan peduli akan kehadiran setiap orang dalam kegiatan sehari-hari kita, siapapun dia, pasti ada maksud tersembunyi dalam setiap perjumpaan. Entah kita diharapkan memberi pujian atau dukungan, atau kita justru belajar sesuatu hal dari orang lain. Siapa tahu ada pesan tersembunyi dari pengalaman orang lain yang akhirnya memperkaya kita.
Adanya orang-orang yang kita kagumi disekitar kita juga bisa menimbulkan rasa aman dan nyaman. Semakin lama bisa menimbulkan suasana nyaman, bahkan kita mengandalkan keberadaan mereka dan bersembunyi dibalik mereka bila ada tantangan. Bandingkan pasangan muda yang masih tinggal dengan orang tuanya, dengan pasangan muda lain yang berani berpisah dari orangtuanya. Ada kenyamanan yang membuat pasangan muda menjadi amat sangat tergantung dengan orangtuanya selagi mereka tinggal dalam satu atap.
Saat berpisah dengan orang yang kita andalkan, kita belajar untuk mandiri, kita belajar untuk menyikapi hidup dengan lebih bijaksana. Demikian pula Kristus harus pergi, karena Ia akan mengutus Roh Kudus untuk dapat menggantikanNya – dimanapun, sampai kapanpun, dengan siapapun. Maka akan lebih baik berpisah untuk kematangan dan kemandirian rohani yang lebih teguh. Tidak senantiasa tergantung pada seseorang, akhirnya berani mandiri. Disinilah kita belajar untuk mengandalkan Roh Kudus pada saat kita sendiri, tidak mengandalkan hal-hal lain bahkan mengandalkan diri sendiri. Para murid setelah dipersiapkan dalam waktu tiga tahun bersama-sama dengan Yesus, saatnya juga disapih, ditinggalkan untuk kemudian belajar mengandalkan kekuatan Roh Kudus yang memimpin mereka.
Mari kita belajar untuk melepaskan berbagai hal yang kita andalkan, apakah itu kemampuan diri, kekayaan bahkan orang tua kita. Sekrang kita perlu belajar untuk hanya menyandarkan kekuatan kita pada Tuhan, percaya bahwa Roh Kudus telah disediakan bagi kita orang yang percaya. Kita tidak akan ditinggalkan sendiri, Tuhan adalah setia. kitalah yang belum terbukti setia….
==============================================================================================
Bacaan Injil Yoh 16:5-11
“Sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita.
Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum”