“Marilah kita bertolak ke seberang.”
Selesai memberikan renungan di sebuah PD Orang muda di salah satu paroki, seorang perempuan muda yang belum saya kenal menghampiri saya. Ia bertanya bagaimana caranya mengetahui kehendak Tuhan dalam hidupnya. Ia merasa diusianya yang tidak muda (menurut saya sih masih muda) ia merasa bingung. Pacarnya yang sudah lebih dari 9 tahun menjalin hubungan tidak menjelaskan apa arti hubungan itu bahkan sudah tidak lagi menelpon dan SMS apalagi bermesraan seperti dulu. Pekerjaannya pun serabutan karena ia tidak dapat menyelesaikan S1-nya karena keadaan ekonomi yang terbatas. Apalagi jaman sekarang susah sekali mencari pekerjaan tanpa ijazah S1. Betul sih, yang punya ijazah saja juga belum tentu mendapat pekerjaan. Dia bingung kemana kapal kehidupannya akan menuju, terombang-ambing digoyang ombak. Dia pikir dengan menikah maka hidupnya akan tenang karena masalahnya akan selesai. Masa?
Beberapa hari sebelumnya seorang teman dekat, public figure, via BBM dia curhat ;”mbaaaak, aq bete bangeeet. Capek menghadapi hidup. Ketemuan dooong…” Ia memilih menjadi single parent bagi dua remaja dan satu balita, daripada dimadu. Urusan pekerjaan dan bisnisnya serta tekanan keluarga karena anaknya yang mengidap penyakit langka, membuat dia limbung. Dia tidak tahu harus kemana bahkan perceraiannya pun dia bungkus agar tidak sampai ke media. Dia juga bingung kapal kehidupannya terombang-ambing kehilangan arah.Dia pikir dengan menikah (lagi) hidupnya akan tenang dan masalahnya juga akan selesai. Begitukah?
Saya sendiri juga tidak tahu apa jalan keluar bagi mereka, tapi satu hal yang saya sadari, apapun yang terjadi dalam kehidupan setiap pribadi, manakala ada persinggungan satu sama lain dipersimpangan, masa sih Tuhan tidak tahu? Apa Tuhan tidak sengaja mempertemukan dan mengenalkan saya dengan mereka? Kira-kira apa yang Tuhan ingin saya lakukan dan katakan bagi mereka? Mungkin kalau saya ada di posisi mereka, bisa mabok laut juga karena rasa takut akan masa depan. Bila saya menengok masa lalu saya, berbagai badai kehidupan toh telah terlampaui. Dan saya bersyukur saya tidak sendirian menghadapinya. Ada Sang Immanuel yang mendampingi senantiasa.
Injil hari ini mengingatkan kita betapa pentingnya siapa yang kita pilih sebagai nakhoda, penentu arah biduk kehidupan kita. Ia tidak akan mengatakan bahwa badai kehidupan itu tidak ada. Tapi Ia sudah ada bersama-sama kita menghadapi badai kehidupan itu. Hanya yang sering terjadi kita bertingkah seperti para murid. Kita menidurkan Yesus, tidak perduli apa yang Ia katakan dan inginkan. Naaaah…. nanti kalau sudah ada badai barulah Yesus dibangunkan seraya berkata “Tuhan, tahu gak apa yang saya alami? Kenapa saya mengalami hal ini? Bertindaklah…” Lhoooo… memang sebelumnya mereka tidak melihat apa yang Yesus lakukan?
Kalau orang buta saja Tuhan tergerak untuk menolong, melihat yang lumpuh yang tidak dikenalNya pun disembuhkan, masa iya sih dengan murid-muridNya Tuhan Yesus tidak peduli??? helllooowww…. kelihatannya yang tidak paham justru para murid. Maka Yesus mengatakan bahwa ketakutan para murid adalah akibat dari ketidakpercayaan mereka akan Yesus. Ketidakpercayaan bahwa Yesus pun mampu melindungi murid-muridNya.
Sejauhmana kita percaya Yesus itu lebih besar dari badai kehidupan kita, maka akan berbanding terbalik dengan ketakutan kita menghadapi badai kehidupan yang sering kita temui. Bilamana disekitar kita ada teman-teman yang sedang menghadapi badai kehidupan, terkadang kita juga bingung bagaimana bisa membantu mereka. But most of the time, they just need a shoulder to cry on… Ada seseorang yang mau mendengarkan apalagi mau mendoakan, sehingga bisa menjadi pelabuhan hati tempat bersandar sejenak dimana mereka bisa tenang kembali dan mendapatkan kekuatan menghadapi kehidupan. Jangan sampai malah kita menyalahkan mereka dan menjadi tertuduh karenanya.
Maka semakin kita percaya dan menghidupkan Yesus setiap saat, tidak menidurkan Yesus di pojok hati yang gelap, maka makin tenang kita menghadapi badai yang datang. Bahkan awan gelap didepan kita membuat kita sigap berdiri dan bernyanyi lagu mars :
==============================================================================================
Bacaan Injil Mrk 4:35-41
“Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”
January 30, 2010 at 9:29 am
Saya juga sampai saat ini masih berpikir demikian, mbak….paradigma bahwa dengan menikah akan menyelesaikan masalah, padahal udah baca buku Lady in Waiting….tentang bagaimana menggunakan masa lajang untuk melayani Tuhan….memberikan potensi yang terbaik untuk banyak orang yg membutuhkan…
Tapi secara tidak sadar…naluri….hati….terus merindukan kehidupan berumah tangga…yg sampai saat ini masih seakan jauh di mata di usia yg ke 30 ini.
Sementara mengisi waktu ( yg kadang benar2 “miserable )…..mencoba menikmati dengan pelayanan2 yg bisa mengalihkan perasaan tidak enak itu.
Ini memang tidak benar….saya sadari….seharusnya benar2 bisa menikmati pelayanan2 itu. Tapi hati ini memang tidak bisa bohong….tetap merindukan hal yg 1 itu ( getting married )
Pikiran waras dan hati nurani saya bilang….saya bukannya tidak tulus melayani….saya memberi dengan hati saya….sudah benar2 serius berusaha untuk melakukan banyak hal….bagi orang2…malahan kurang buat diri sendiri….
DIri sendiri malah kurang terawat….( mungkin karena itu, para pria jd enggan mendekat ^^ hehe )
sebenarnya saya sudah tahu jawabannya…..
tp kok susah ya untuk “PERCAYA”
xixixi…..