Membaca firman dibawah, membuat saya jadi merenungkan orang yang bertugas mencatat perjalanan dan perkataan Yesus, sepertinya hampir mirip dengan tugas saya yang dipercayakan teman-teman menjadi dokumentator foto ketika mendampingi perjalanan spiritual Kardinal Jean-Louis Tauran, Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama (Pontifical Council for Interreligious Dialogue/PCID) pada tanggal 24 November-1 Desember 2009 mengunjungi empat kota besar di Indonesia (Jakarta-Bali-Makasar-Jogya), walau tidak gegap-gempita seperti Yesus yang menyembuhkan banyak orang, namun tetap saja umat menyambut antusias kedatangan pemimpin Gereja ini, karena merupakan kerinduan tersendiri.
Setiap kali Kardinal tiba di sebuah tempat, suasana menjadi gegap gempita dan begitu banyak orang menjadi sibuk, apalagi para juru foto amatir yang berebut posisi atau sudut terbaik dengan wartawan untuk mendapatkan gambar yang bagus dan eksklusif, termasuk saya yang bertugas jadi tukan jepret beliau. Untunglah punya jam terbang yang cukup baik untuk menentukan sudut yang bagus, waktu tepat, momentum yang bercerita akan hal ini, sehingga hasilnya tidaklah mengecewakan teman-teman lain yang menjadi panitia.
Setiap hari kami serombongan Kardinal, bersama 2 Uskup, 2 Pastor dan 9 awam selalu mengawali perjalanan ini dengan perayaan ekaristi terlebih dahulu di Gereja (paroki) setempat, dan selalu dibantu oleh Uskup dan beberapa Pastor setempat, sehingga altar menjadi meriah. Aktivitas misa ini sempat lalai ketika di Bali sehingga acara pertemuan dilakukan terlebih dahulu dan di akhiri dengan Ekaristi ketika siang hari.
Antusias dan wajah-wajah ceria dari umat begitu tampak, ketika bapak Kardinal Tauran hadir memimpin arak-arakan, hal ini sangat terlihat ketika pembagian Komuni, dimana umat lebih senang menerimanya dari tangan Kardinal sendiri atau Nuncio Mgr. Leopoldo Girelly (dubes Vatikan untuk Indonesia) jika tidak, kemudian ketika serta diakhir misa memberikan berkat mewakili bapa Paus, ”Dominus Vobiscum….!” – saya sendiri demikian merasakan berkat dan rahmat yang demikian kuat, ketika kata-kata sakti ini diucapkan, membuat merinding, membuncah dada serta memperbesar iman dan keyakinan yang sulit diungkap dengan kata-kata, semoga gambar yang dihasilkan kamera ini bisa menjadi saksi walaupun hanya gambar bisu.
Kembali pada bacaan diatas, kita perlu berterima kasih kepada penulis Injil yang mampu menceritakan perjalanan spiritual Yesus dalam karya penyelamatannya dengan baik dan luar biasa, sehingga menjadi sumber inspirasi yang tiada habisnya, menyelamatkan milyaran orang untuk menjadi percaya pada Tuhan Allah. Saya hanya berdoa, semoga gambar-gambar yang terekam saat mengikuti perjalanan Kardinal Tauran, juga menginspirasi banyak orang untuk kemudian sama-sama bergandengan tangan menciptakan situasi dan kondisi damai di negara kita ini khususnya dan juga di seluruh dunia.
Ada harapan dan catatan kecil yang mungkin perlu dipikirkan oleh teman-teman semua yang kelak menjadi panitia, bahwa kehadiran para pemimpin Gereja ini selalu dinantikan umat, apalagi dari Vatikan, maka hendaknya disediakan waktu dan kesempatan bagi umat untuk sekedar bersalaman atau mencium tangan beliau, walaupun mungkin tidak bisa untuk semua. Hal ini sungguh sangat berarti untuk memberikan motivasi spiritual tersendiri, selain itu juga para pemimpin Gereja ini hadir untuk kepentingan umatnya.[Samsi Darmawan]
==============================================================================================
Matius 15:29 – 37
Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.
Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel. Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.”
Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: “Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?”
Kata Yesus kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” “Tujuh,” jawab mereka, “dan ada lagi beberapa ikan kecil.”
Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan- potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh.