Tulisan ini diambil dari pesan gembala di Misa Pembukaan Kursus Evangelisasi Pribadi angkatan VII Paroki SPMR yang dipimpin oleh romo R Maryono SJ. Diharapkan melalui kursus ini peserta menyadari bahwa mereka berasal dari Allah dan seharusnya hidupnya didasari akan kehendak Allah dan akan kembali kepada Allah setelah penziarahan di bumi ini. Sehingga apa yang dilakukan di bumi adalah menjadi sarana bagi orang lain untuk menuju kembali kepada Allah.
Santo Ignatius menggagas Latihan Rohani untuk membantu orang melaith diri dalam praktek hidup kristiani. Bagi Ignatius ada tiga kebenaran dasar yang perlu diperhatikan dalam proses pelatihan itu. (1) Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan, (2) seorang pendosa dan (3) ditebus oleh Kristus. Perhatian pokok diarahkan kepada kebenaran yang ketiga. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa kedua kebenaran yang lain kurang penting. Sebaliknya, hanya dengan menyadari diri sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang telah berdosa, manusia mampu memahami dengan sepenuhnya misteri penebusan Kristus.
Mengenai kebenaran pertama, St Ignatius menulis begini: Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati dan mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan demikian menyelamatkan jiwanya. Hal-hal lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan. Karena itu manusia harus mempergunakannya, sejauh itu menolong untuk mencapai tujuan tadi, dan harus melepaskan diri dari hal-hal tersebut, sejauh merintangi dirinya. Oleh karena itu, kita perlu mempunyai sikap lepas bebas terhadap segala ciptaan tersebut, sejauh kita bebas memilih dan tak ada larangan. Maka dari itu dari pihak kita, kita tidak menghendaki kesehatan lebih daripada sakit, kekayaan lebih daripada kemiskinan, kehormatan lebih daripada penghinaan,hidup panjang lebih daripada hidup pendek, begitu seterusnya mengenai hal-hal lain. yang kita inginkan dan yang kita pilih, ialah melulu apa yang lebih membawa ke tujuan kita diciptakan.
“Manusia diciptakan”; mengenai hal ini tidak aa diskusi atau teori. Itu pengalaman. Manusia mengalami diri sebagai mahluk,yang tidakberkuasa atas hidupnya sendiri. Ia menerima kehidupan dari tangan Sang Pencipta. Manusia mengalami diri sebagai mahluk ciptaan di hadapan Tuhan.
Dari pengalaman dasar ini dapatditarik tiga kesimpulan:
- Manusia tidak hanya mengalami diri sebagai mahluk ciptaan Tuhan, tetapi jugaharus mengakui itu. Ignatius merumuskan hal itu dengan berkata “memuji,menghormati dan mengabdi Allah Tuhan kita”. Untuk itu ia memang diciptakan, dan dengan melakukan tugas poklok itu ia akan “menyelamatkan jiwanya”
- Itu pernyataan pokok mengenai dirimanusia sendiri. Semua “Ad Maiorem Dei Gloriam”, demi kemuliaan Allah yang makinbesar. Dan “hal-hal lain di atas permukaan bumidiciptakan bagi manusia, untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan”. Kemuliaan Allah (dan keselamatan manusia) adalah tujuan, segala hal lain merupakan alat atau sarana. “hal-hal lain itu” bukan tujuan, dan juga tidak punya nilaidalam dirinya sendiri, tetapi hanya bernilai ” sejauh menolong untuk mencapai tujuan”. Jadi dipakai sejauh menolong, dan dibuang sejauh menghalangi. Tidak ada sesuatu yang jelek di dunia ini. Semua bisa dimanfaatkan. Dan kesempurnaan hidup tidak hanya dikejar dengan barang-barang suci. yang profanpun sama artinya, sebagai sarana. Tetapi jangan melekat padanya. Itu memang tidakbegitu gampang.
- Maka yang paling penting adalah sbb: “Kita perlu mempunyai sikap lepas bebas terhadap segala ciptaan”. Dan sikap itu tidak jatuh dari langit. Kita perlu membuat diri lepas bebas; tidak lengket pada barang ataupun orang,tidak dikuasai hawa-nafsu. Ternyata seluruh “Latihan Rohani” dengan latihan beraneka ragam, ebrtujuan membuat kita lepas bebas terhadap dunia sekeliling kita,dan terarah sepenuhnya kepada Tuhan.
May 28, 2008 at 5:49 pm
Nice Blog
Please visit me back