Mrk 10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.
Pernikahan adalah keputusan berat yang diambil dalam tahapan kehidupan manusia, termasuk juga sulitnya mengambil keputusan untuk berpisah (bercerai) mengingat sudah ada anak-anak yang lahir dari pernikahan tersebut. Sebuah penelitian akademis dilakukan untuk mempelajari dampak perceraian, tapi sebenarnya ribuan tahun lalu di jaman nabi Musa, manusia diingatkan untuk tidak bercerai karena memang Allah tidak menghendaki perceraian. Maka tidak heran kalau Yesus menegur orang Farisi bahwa ‘perceraian’ itu akibat kekerasan hati mereka. Berikut ini kutipan sebagian artikel akademis dari Universitas Udayana tentang penelitian dua dosen wanita terhadap perselingkuhan dan perceraian di Denpasar.
Penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor dominan yang menyebabkan terjadinya perselingkuhan meliputi : kurangnya komunikasi antara pasangan (22%), faktor ekonomi (16%), kurang perhatian pasangan (terutama untuk kebutuhan batin) (20%), pasangan terlalu mendominasi (8%) serta faktor lain ( kurang penguasaan diri, cari selingan, dll) dijawab oleh 34%. Tindak lanjut dari perselingkuhan yang terjadi, 35 % mengambil keputusan untuk tetap bersatu sebagai pasutri dan 65 % berakhir pada perceraian.
Horald Minden, pensiunan Profesor York University mengatakan bahwa implikasi dari perceraian adalah berbeda untuk anak-anak tergantung pada usia dan gender. Anak laki-laki mempunyai kesulitan dan menjadi agresif dan sulit, karena anak laki-laki tidak banyak bicara atau berbagi masalah dengan yang lain. Dalam masa remaja, bagaimanapun, anak perempuan (dari orang tua yang bercerai) mempunyai kesulitan berkaitan dengan lawan jenisnya dan akhirnya hamil lebih cepat daripada anak-anak perempuan yang berasal dari keluarga yang utuh.
Rod Beaujot, Professor Sosiologi, Universitas Western menspekulasi bahwa perceraian menempatkan anak-anak dalam kontek dimana mereka tidak siap untuk menghadapi hal tersebut. Mereka ditempatkan pada keadaan harus mengerti situasi dari orang tua mereka pada usia ketika seringkali mereka tidak bisa memahami bahwa ini adalah situasi orang tua mereka yang membutuhkan bantuan. Ini menempatkan mereka dalam bingkai waktu yang lebih tua (daripada usia mereka). Perceraian menjadi masalah yang nyata pula bagi mahasiswa di perguruan tinggi, mereka menghadapi tekanan dari sekitar mereka. Ini memberikan efek bagi kewajiban kegiatan akademik dan tingkat stress.
Dampak dari perceraian akan berperan dalam jalan yang berbeda, tergantung pada usia anak. 75% dari remaja yang terlibat pembunuhan berasal dari keluarga berantakan. Anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang berantakan mempunyai kemungkinan lebih banyak (tiga kali lebih banyak) untuk gagal di sekolah, mengalami masalah emosional dan bunuh diri serta mereka mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengalami kekerasan anak.
Betul kalau dikatakan saat lahir manusia dan kematiannya ada lah misteri, saatnya ada ditangan Sang Pencipta. Tapi untuk menikah … dan bercerai, itu ada ditangan kita manusia sebagai mahluk ciptaan Allah. Siap menikah dan dipersatukan Allah, adalah siap hidup dalam pimpinan Roh KudusNya. Siap untuk saling membantu, mendengarkan, mengasihi dan menolong. Siap untuk berbagi dengan pasangan. Siap memaafkan manakala pasangan sedang terjatuh. Segala usaha dilakukan untuk tetap saling setia.
Allah sudah terbukti setia pada manusia, Ia selalu berusaha menyelamatkan manusia dan mengampuninya karena cintaNya. Ia berikan udara dan matahari pada manusia yang baik dan jahat. Ia beri kesempatan manusia untuk bertobat dan kembali ke padaNya. Maka saat kita menghadapi tantangan, marilah kembali kepada sang sumber kesetiaan itu sendiri. Kalau kita yakin Allah yang telah mempertemukan kita dengan pasangan kita, persis seperti promosi di awal pernikahan kita pada teman-teman. Maka ijinkanlah Allah senantiasa memimpin dan menjadi sumber inspirasi menghadapi dinamika kehidupan berkeluarga. Siapakah kita sampai beraninya bertanggung jawab dengan segala akibat terutama kepada anak-anak atas keputusan untuk bercerai? Mrk 10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.
==============================================================
Bacaan Mrk 10;1 – 12
10:1 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situ pun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula.
10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: “Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?”
10:3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: “Apa perintah Musa kepada kamu?”
10:4 Jawab mereka: “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.”
10:5 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.
10:6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,
10:7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
10:8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
10:10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.
10:11 Lalu kata-Nya kepada mereka: “Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.
10:12 Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah.”