“Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.”
Saya sungguh sulit menerjemahkan firman Yesus kali ini, karena begitu mudah untuk dikatakan, begitu mudah untuk menjadi sebuah nasehat, tetapi alangkah sulitnya untuk diterima dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hari-hari belakangan ini, kita dihadapkan berita penyiksaan seorang tenaga kerja Indonesia bernama Siti Hajar yang bekerja di Malaysia tanpa dibayar selama 34 bulan, kemudian tubuhnya dipukul dan disiram dengan air mendidih, sehingga seluruh kulit ditubuhnya melepuh, tetntu akan meninggalkan cacat seumur hidup. Sebelumnya seorang perempuan bernama Prita Mulyasari yang dipenjara karena menulis keluhannya menggunakan email. Dua kejadian ini adalah perlakuan sewenang-wenang dari orang-orang yang merasa dirinya hebat atau berkuasa atas sesama, sungguh mengusik rasa keadilan.
Akhirnya kedua kasus ini menjadi perhatian banyak orang dan diangkat oleh media massa, dan memberikan hasil yang baik, Prita Mulyasari dibebaskan dari tahanan dan Gaji Siti Hajar telah dibayarkan serta nyonya rumah yang menyiksanya sudah diproses peradilan. Namun jika kita mengikuti firman diatas secara harafiah, tentulah kita akan diam bahkan memberikan lagi bagian tubuh untuk disiksa atau tersenyum atas kebiadaban orang lain.
Ternyata jika dibaca beulang-ulang firman ini, Yesus tidak mengajarkan kita berbuat sebodoh itu, artinya kita harus memperjuangkan kebenaran, tetapi bukan dengan cara kekerasan yang dilakukan oleh orang yang jahat tersebut. Karena kalaupun melawan dengan kekerasan, hal tersebut menjadi tiada artinya bahkan kontra produktif sekali, maka haruslah cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Berikanlah apa yang diminta oleh orang jahat tersebut, hingga akhirnya akan menuai hasil kejahatannya itu sendiri, seperti yang dihadapi oleh RS Omni International terancam ditutup serta kehilangan pasien dan Michele terancam masuk bui.
Maka jika kita memahami dengan ala kadarnya, tentu akan bingung dengan ucapan Yesus yang mempertanyakan orang yang menamparNya (Yoh. 18:22-23), mengapa Yesus tidak memberikan pipi yang sebelah lagi. Artinya kita harus melihat situasi, jangan membuang tenaga atau melawan sesuatu yang tidak mungkin kita menangkan, lagipula kekerasan dilawan dengan kekerasan hanyalah menciptakan dendam yang tak berkesudahan.[Samsi Darmawan]
==============================================================================================
Bacaan Matius (5:38-42)
38 Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. 39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. 40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. 41 Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. 42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.