Pertanyaan yang paling sering dilontarkan di akhir pewartaan Firman adalah bagaimana kita bisa mendengarkan suara Tuhan. Saya juga bingung untuk menjawabnya. Tapi saya tahu persis bagaimana membedakan suara anak-anak saya dan suami saya dibandingkan suara lain yang saya terima di HP. Sebelum membaca di layar HP siapa yang menelpon, dari suaranya saya tahu siapa yang berbicara.
Kok bisa ? tentu saja karena setiap hari sejak kecil kami saling berkomunikasi satu sama lain. Bahkan dari nada suara saja kami bisa mengenali apakah si ayah atau sang anak lagi ngambek.
Mendengar suara Tuhan memang perlu latihan , mulai dari Sabda yang ditinggalkanNya, apa harapanNya dan apa isi hatiNya. Belajar juga mendengarkan dari orang-orang yang mengasihi kita, dan berbagai sarana media bisa digunakan untuk mendengarkan panggilan Tuhan. Suara hati kita pun bisa digunakan sebagai salah satu ukuran. Kalau kita mulai merasa tidak damai dan sejahtera menghadapi sesuatu hal, lebih baik urungkan lah. Jangan-jangan itu pertanda tidak baik sebelum kita berbuat salah. Semakin sering dilatih semakin kita mengenal mana suara Tuhan dan mana keinginan pribadi kita.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apa yang kita lakukan dalam menanggapi suara Tuhan? Berdiam diri atau bertindak melakukannya dengan menghadapi segala tantangan? Fernando Lugo, memilih menanggalkan jubahnya, bahkan menyerahkan keUskupannya di Paraguay kembali ke Tahta Suci. Walaupun hal itu mustahil dilakukan, tapi ia memilih mengambil resiko untuk ekskomunikasi, demi mendengarkan suara rakyat yang lapar dan miskin. Injil tidak bisa dikabarkan hanya sampai seputar altar. Ia merasa tidak mampu berbuat apa-apa justru sebagai Uskup di negara miskin berpenduduk 6,5 juta. Ia menghadapi tantangan dari hirarki sendiri dan memilih bergabung dengan kaum miskin.
Mantan uskup paraguay memilih menjadi awam dan mulai karir politiknya di tahun 2007 setelah melepaskan jubah nya Desember 2006. Untuk Lugo sendiri pasti ybs. sudah melalui proses discernment yang luar biasa sulit. Ia seperti memiliki semangat martir layaknya Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi perubahan kehidupan masyarakat di negaranya. Keputusan radikal ini mengundang pro dan kontra. Bukan pertanyaan mudah untuk dijawab. Banyak yang berpendapat Lugo mungkin adalah Uskup teladan bagi umat,tapi belum tentu bisa menjadi politikus yang baik. Kondisi rakyat miskin di seantero Amerika Latin membuat tumbuh suburnya Teologi Pembebasan, bagaimana agama dibawa dalam konteks sosial yang lebih membumi dan merakyat.
Sekarang rakyat Paraguay telah menyatakan suaranya. Vox Populi Vox Deo, suara umat bisa menjadi suara rakyat. Dan Lugo memenangkan PEMILU dengan 41 % suara bulat. Bisa jadi rakyat sudah tidak percaya pada awam yang ada sehingga harapan pada mantan uskup ini begitu besar. Tapi karena ia konsisten dengan visinya bagi kaum miskin, orang2 yang mencibirnya pun berbalik mendukungnya.
Terlepas apakah umat katolik di Paraguay juga ikut berdosa karena memilih Lugo yang terkena ekskomunikasi, tentu harapan mereka tentang kemiskinan dan kelaparan perlu dijawab dengan karya nyata; Bukan dengan perdebatan seputar status Lugo yang bisa makan waktu bertahun-tahun. Fernando Lugo telah memilih menanggapi suara dan panggilan Tuhan dengan tindakan yang berani. Ia sungguh yakin bahwa Tuhan menyertainya. Demikian juga bagi kita para awam, mantan rohaniwan/ti, para tertahbis, senantiasa peka mendengarkan suara rakyat yang juga perlu dijawab sebagai panggilan Tuhan.
Mari kita doakan agar sang mantan Uskup terus menerus mendengar dan menjawab suara Tuhan dalam memberi makan yang lapar, membebaskan orang-orang yang tertawan kemiskinan dan memberitahukan datangnya tahun rahmat Tuhan. Selama ia terus bergantung pada pokok anggur yang benar, buah-buahnya pasti selalu manis dan tidak mengenal musim. Ia justru bisa menjadi terang dan garam di dunia politik Paraguay.
Lalu bagaimana dengan kita, apakah sudah mendengar suara rakyat yang kelaparan dan miskin di sekitar kita sebagai panggilan Tuhan? Apa jawaban kita?
Kutipan dari KOMPAS:
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/23/00561347/lugo.asa.rakyat.miskin.paraguay