“Ya Allah kasihanilah aku orang berdosa ini.”
Ada teman bilang ‘think positif’ juga mengatakan ‘pretend like a star than you will be a star’. Memang susah membedakan antara percaya diri sampai menjadi narsis; atau rendah hati sampai menjadi minder. Saat sosialisasi seperti ini saya rasakan sendiri kegamangan tersebut. Kadang PD banget sampai tim ‘sukses; ikut-ikutan termotivasi dan bangga banget sama caleg-nya dan membanding-bandingkannya dengan caleg DPR parpol lain. Tapi terkadang saya juga memilih diam, memendam segala kekecewaan dan menarik diri, menghadapi tuntutan konstituen yang neko-neko sampai terkadang tim sukses yang mengingatkan saya untuk ‘berbicara’ dan tidak umbar janji.
Seorang anak muda yang saya kenal beberapa tahun lalu, sempat menghilang dan bertemu lagi di FB. Ia sedang menyepi mengasingkan diri dan mencari kehendak Tuhan dalam hidupnya. Chatting di FB buat saya menjadi sarana konseling dengan orang muda yang sedang mencari jati diri. Ia mempertanyakan apakah yang ia jalankan selama ini salah atau benar. Rasanya dia sungguh perlu pemulihan. Ada masa-masa dimana kita sendiri juga perlu pendampingan, saat kita tidak berdaya, saat rohani lemah perlu dikuatkan.
Tuhan Kasihanilah Kami, Kyrie Eleison begitu sering kita ucapkan dalam setiap Ibadat Sabda. Tapi betulkah kita menyadari betapa rapuhnya kita sehingga kita tidak berdaya dan hanya bisa memohon belas kasihanNya? Kalau saja kita menyadari bahwa kita tidak sendiri lagi semenjak kita dibaptis, maka ada penyelenggaraan Ilahi dalam kehidupan kita. Providentia Devina. Allah beserta kita, Immanuel, Ia tidak pernah meninggalkan kita bahkan disaat kita kekeringan dan lemah sekalipun.
Kekuatan saya hanyalah kembali menimba Air Hidup dari sumur kehidupan yang tidak pernah kering. SabdaNya, FirmanNya dan TubuhNya lah yang menyembuhkan saya setiap saat. Dengan demikian mata hati saya tidak mengantuk dan terutup manakala mata jasmani saya menghadapi realitas yang pahit, getir, menyesakkan dada dan membuat hati tersayat. Mata hati yang terbuka membuat saya melihat penyertaan Allah dalam berbagai cara. Setiap perjumpaan dengan seorang teman, baik via SMS, chatting atau tatap muka bahkan email sekalipun bisa membuat saya tersadar bahwa Tuhan menyapaku disaat aku merasa rapuh.
Apalagi bila kita sedang berbahagia, alangkah baiknya kita juga berbagi kebahagiaan dengan orang lain, menumbuhkan harapan dan bersaksi bahwa Tuhan kita memang setia. Maka setiap saat dalam kehidupan kita, saat lesu darah, lesu semangat, saat bahagia dan sedang riang, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia terbukti setia, tapi kita yang sering lupa dan tidak setia. Semoga di masa pertobatan ini, kita senantiasa menjaga kerendahan hati kita agar kita selalu dapat merasakan sapaan rahmat Tuhan setiap hari lewat orang-orang disekitar kita. Semoga juga kita semakin peka melihat begitu banyaknya jiwa-jiwa yang perlu diteguhkan dan dipulihkan yang kita temui dalam penziarahan hidup kita.
===============================================================
Bacaan Luk 18:19-14
“Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”