Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia
Bisnis dengan etika iman Katolik, wah bisnis model apa itu? Bukankah bisnis itu seperti perang, jadi boleh berbuat apa saja yang penting menang dalam persaingan dagang tanpa harus memperhatikan etika, maka bukan perkara mudah untuk menerapkan usaha yang beretika dan beriman Kristiani, termasuk juga dalam usaha perebutan suara sebagai calon legislatif untuk menjadi anggota parlemen, karena tidak kata seri/draw selain menang atau kalah.
Mendengar cerita teman yang sedang susah, karena lawan usahanya tidak bisa menerima kehadirannya yang membuka usaha yang sama, kemudian melakukan teror. Setelah tahu sedikit duduk permasalahannya maka yang harus dilakukan adalah mendiamkan kelakuannya tersebut dan hadapi terornya, anggap itu bagian dari persaingan dagang atau lakukan teror balik dan bila perlu lebih keras, tetapi sebagai pengikut Kristus tentu hal demikian tidak lazim.
Tidak ada kesalahan dan kebenaran mutlak, semua pihak pasti punya saham kesalahan, hanya besar kecilnya yang berbeda, maka sebagai pihak yang sadar dan beriman Kristiani, hendaknya kita coba melakukan pendekatan dengan lebih dahulu meminta maaf dan tidak lagi melakukan perebutan pelanggan, kecuali jika pelanggan datang atas kesadaran sendiri, jangan pernah berpikir maaf kita akan ditolak atau diterima, dalam hal ini ukurannya hanya hati nurani. Jika kita sudah berniat baik tetapi ditolak, maka tentu masalah sudah selesai, anggap saja seperti sakramen pengakuan dosa, dimana kita tidak berkehendak jahat Tuhan pasti memaafkan.
Memang tidak mudah menghadapi pihak yang mau menangnya sendiri, seperti kaum farisi yang selalu mencari peluang untuk mencari salah atau melakukan teror, karena segala cara dan ukuran akan dipakai demi sebuah kepuasan batin yang merasa menang karena berhasil membuat kita takut atau terpojok dan merasa salah. Yesus sangat paham akan kelakuan orang-orang farisi dan ahli Taurat yang munafik dan selalu berstandar ganda, maka hendaknya kitapun mengikuti apa yang diteladani oleh Yesus, tetapi jangan untuk mencari pembenaran pribadi. [Samsi Darmawan]
=================================================================
Markus 7:1-13
Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid- Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”
Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban–yaitu persembahan kepada Allah–, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”