Apakah yang kamu cari?
Dalam setiap kesempatan penawaran barang, jasa yang kita terima semua sales pasti menjelaskan apa saja benefitnya bagi kita yang menjadi target market mereka. Padahal pasti dibalik itu semua mereka juga punya tujuan : memenuhi target penjualan. Saya pernah tertipu apply kartu kredit yang katanya free abonemen dan berhadiah Ipod. Karena anak-anak memang lagi pengen mereka pun meminta saya untuk daftar. Wah gak taunya setelah daftar gak langsung dapat Ipod. Ternyata ada persyaratan yang tidak disebut: harus minimum pembelanjaan 3 juta setiap bulan, itupun harus dibayar minimum, tidak boleh lunas. Kalau dibawah itu maka kena abonemen juga deh. Halaah… langsung saya batalkan lah. Its below my expectation.
What’s In It For Me adalah konsep yang sangat subyektif yang digunakan dalam pemasaran. Harus dicari apa yang bermanfaat dan bernilai tambah bagi customer atau calon client dengan produk dan jasa yang ditawarkan. Tidak jarang para calon pelanggan pun perlu diarahkan untuk menyadari kebutuhan tersebut misalnya mereka yang belum sadar pentingnya memproteksi aset dan kesehatan melalui asuransi. Kalau perlu dibuatlah berbagai ilustrasi agar seolah-olah dibuat itulah yang dibutuhkan pelanggan. Gak heran bisnis advertising berkembang ya? Nah rupanya prinsip marketing ini juga digunakan sejak jaman Yesus mulai berkarya.
Yesus yang maha bijaksana tidak memaksakan apa yang ingin dilakukannya pada kesempatan pertama bertemu para murid. Ia justru menggiring para murid untuk menyadari apa yang mereka butuhkan dengan bertanya “Apakah yang kamu cari?” Pertanyaan ini bener-bener pertanyaan seorang sufi, yang menusuk kedalam relung hati paling dalam. Apa sebenarnya yang mereka cari, setelah ikut ajaran nya Johanes Pembaptis, dan sekarang ikut Yesus. Jangan-jangan mereka cuma ikut karena disuruh Johanes Pembaptis, tapi tidak faham apa pentingnya ikut Yesus. Pertanyaan yang sama ini sangat relevan untuk merefleksikan sejenak tentang APA YANG KITA CARI dalam hidup ini? Sekedar uang pesangon yang besar, saham perusahaan untuk tabungan masa depan? Lalu buat apa capek-capek kerja kalau kita sendiri tidak faham apa yang kita cari? Walhasil kita juga tidak mendapatkan apa-apa, lha kita aja tidak tahu apa yang kita cari.
Kalau kita mencari Tuhan , mencari Kerajaan Surga, atau dengan kata lain mencari kedamaian dan ketentraman hati pastilah Yesus menunjukkannya. Mari ikutlah Aku, kataNya. Sudah pasti Ia tidak akan mengecewakan kita, karena Dialah sumber kedamaian dan kebahagian serta hidup kekal. Tapi kalau kita memilih mencari kepuasan diri dalam hidup ini, sayang sekali biasanya hanya bersifat duniawi dan sesaat saja, tapi hati kita tetap tidak damai dan gelisah karenanya. Lalu sebenarnya apa yang kita cari?
Hanya orang-orang yang telah menemukan Dia, telah mengalami perjumpaan dengan Yesus dalam perjalanan imannya, mereka mampu bersaksi kepada orang lain dan mengajak orang lain untuk mengalami pengalaman iman yang sama bersama Tuhan. Cara demikianlah yang dimaksud dengan memperbesar Kerajaan Allah. Pengalaman Andreas mengikuti Yesus yang cuma sehari itu saja mampu membuatnya berkeputusan untuk mengikut Yesus seterusnya, bahkan mengajak orang lain untuk mengalami sukacita yang sama. Kalau Andreas dapat mengalami dan langsung mengambil keputusan dalam waktu singkat, tentunya segala pertimbangan yang ada dikepalanya sudah terjawab dalam satu hari bersama Yesus; lalu bagaimana dengan kita, perlu berapa lama lagi kita mengikuti jejak langkah Andreas untuk tidak ragu mengikut Yesus bahkan mewartakan Kristus kepada orang-orang lain agar mengalami sukacita yang sama? Jangan-jangan kita terjebak dengan gaya marketing yang memuaskan dan mengagungkan diri sendiri dan akhirnya menjauh dariNya.
Marilah kita merefleksikan pertanyaan ini sekali lagi dalam setiap pengambilan keputusan: Apa yang kita cari sebenarnya? Apa gunanya untuk saya, betulkah saya tahu apa yang saya inginkan? Apakah yang saya inginkan membawa Kabar Baik bagi orang lain?
=============================================================================================
Yoh. 1:35-42
(Ay.35)Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. (Ay.36)Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah!” (Ay.37)Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. (Ay.38)Tetapi Yesus menoleh ke belakang, Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), dimanakah Engkau tinggal?” (Ay.39)Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. (Ay.40)Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. (Ay.41)Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).” (Ay.42)Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”