Fiat Voluntas Tua

Pater Noster

| 0 comments

Ibu Lim Kim Liok berumur sekitar delapan puluh tahun, tergolek sakit di RS Medistra. Ia kaget gara-gara ditubruk kucing di taman. Akhirnya jatuh dan tulang kaki kanannya patah. Waktu dikunjungi, ia sedang menangis karena takut. Esok hari, kakinya mau dioperasi. Kata operasi ini yang mungkin menakutkan. Tetapi akhirnya menjadi tenang setelah dikemukakan dua pilihan. Tidak operasi berarti sakitnya tidak bisa sembuh dan tidak bisa jalan selamanya. Bila dioperasi akan terasa sakit sebentar lalu bisa jalan lagi. Dia memilih pilihan yang kedua. Sebelum kami pulang, ia minta didoakan. Doa yang bisa kami ucapkan dan ditirukan olehnya hanya doa Bapa Kami.
Sebelum ini, dia sakit agak parah. Dia belum dibaptis. Anak dan cucunya minta agar omanya bisa dibaptis. Karena sudah tua, saya minta agar oma diajari doa yang paling gampang dihafal, yaitu doa Bapa Kami. Setelah agak hafal, saya datang dan membaptisnya. Tidak lama setelah dibaptis, Ia sembuh sampai kecelakaan ditubruk kucing terjadi.

Pada suatu pertemuan internasional para Bruder suatu kongregasi, saya diminta untuk mempersembahkan misa. Bacaan Injil sama dengan bacaan hari ini. Dalam kotbah saya bertanya kepada para bruder,”According you brothers, which is the greater one, Mohammed or Jesus?” Tentu saja, para pengikut Yesus ini mengatakan Yesus yang lebih besar. Mereka takut, Yesus akan marah. Tetapi menurut saya, Mohammad-lah yang lebih besar. Mohammad memerintahkan jemaatnya sembahyang lima kali sehari, mereka menurut dan
melakukan dengan tertib. Tetapi, Yesus mengajari para pengikutnya untuk berdoa dengan doa sependek Bapa Kami, mereka jarang melakukannya. Mohammad lebih besar ‘kan? Apakah doa Bapa Kami ini hanya sebagai formalitas? Pernahkah kita mengalami kedalaman doa pendek ini? Dalam hati, saya menyadari kesalahan saya. Mengapa doa ini saya jadikan ukuran untuk mengijinkan orang dibaptis?

Coba kita lihat kata pertama dalam doa kita itu. Allah mana yang mau disebut sebagai Bapa? Ketika masih di novisiat, seorang teman frater sangat sulit mendoakan doa ini. Baru menyebut kata “Bapa….”, ia tak bisamelanjutkan lagi. Akhirnya, ia dibimbing oleh rama magister untuk mengadakan healing memory. Lalu, ia menyadari bahwa selama ini tidak pernah merasakan dikasihi oleh Bapaknya. Ia bermusuhan dengan Bapaknya. Ia bercerita bahwa pernah punya keinginan untuk membunuh bapaknya. Akibatnya sulit sekal untuk berdoa Bapa Kami. Dari peristiwa ini, saya merasakan betapa dalam doa ini bila direnungkan sungguh-sungguh. Frater itu bersungguh-sungguh dalam mendoakan dan ia menemukan sesuatu dalam hatinya yang selama ini menjadi gangguan dalam hidup. Doa ini baru bisa didoakan setelah terjadi rekonsiliasi antara bapak dan anak. Anda bagaimana? [R. Maryono, SJ]

====================================================================

11:1 Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.”
11:2 Jawab Yesus kepada mereka: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu.
11:3 Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya
11:4 dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.