Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga –Peringatan Para Malaikat Pelindung
Di Girisonta, aku bertemu dengan Romo Harry. Dia sahabatku dalam Serikat Yesus yang selalu memberi tanggapan bila aku menulis karangan untuk Internos (majalah intern SJ). Kini, ia menikmati masa tuanya di Wisma Emmaus. Umurnya tujuh puluh tahun lebih. Aku ingat ketika ia berumur sekitar 65 tahun, tiba-tiba ia jatuh sakit tanpa sebab dan penyakit yang jelas. Pokoknya, badan lemas. Setelah beberapa hari mondok di RS, ia menjalani recovery di komunitasku. Itu berarti bahwa aku yang harus merawatnya. Tiap hari aku pasti menengok dan mengantar makanan. Ada yang aneh setiap aku bertemu di kamarnya. Matanya selalu berkaca-kaca. “Maaf Mar, aku tidak punya masalah tetapi aku hanya terharu.” Demikian katanya, ketika aku memergokinya sedang menangis. Romo yang setua itu masih menangis?
Setelah sekitar lima tahun berpisah karena pindah tugas, aku bertemu kembali dengannya. Saat itu, aku sedang jogging di lapangan Girisonta tiba-tiba ada jendela terbuka dan terdengar namaku dipanggil,”Mar… Mar!” Aku menoleh dan melihat Romo Harry membuka jendelanya. “Aku masih ingat, dulu kamu yang membawa aku ke rumah sakit.” Laah Romo, aku juga masih ingat ketika Romo menangis dan hanya aku yang diperbolehkan menengoknya ketika Romo di rumah sakit. Pembicaraan nostalgia jadi panjang tetapi ia
menolak ketika aku mau menjenguknya,” Saya sedang pusing. Cukup, kita bertemu di jendela saja.”
Kini, pikiranku dipenuhi pertanyaan yang sudah hampir kulupakan. Kenapa Romo setua itu bisa menangis? Orang Jawa akan mengatakan,”Kaya bocah cilik!” (seperti anak kecil). Ungkapan itu berarti negatif; kita tidak
boleh seperti anak kecil. Namun, aku melihatnya secara positif. Bagaimana pun setiap manusia pasti mempunyai masa kecil. Dan, kenyataannya orang senang untuk mengenangnya.
Aku memanggil Triana dengan Cumi. Murni dengan Siti, Shinta dengan Wae, Chandra dengan Pipik, Mbak Ratna dengan Mbak Nana. Nama panggilan itu membuat suasana jadi informal. Mereka jadi bisa
bergurau dan merasa aman karena suasana bersahabat. Nama itu tidak membuat mereka marah bila disebut. Rasanya menjadi seperti anak kecil lagi. Segala pikiran yang serius menjadi cair. Pekerjaan berat menjadi ringan. Kita bisa ketawa ngakak tanpa takut ada yang merasa tidak senang.
Saat Romo Harry menangis,aku merasakan bahwa ada kerinduan untuk manja dan bergembira tanpa ada rasa khawatir. Bahkan, menangis! Suatu hal yang memalukan bila dilakukan oleh orang yang sudah dewasa. Ada kejujuran yang terungkap bahwa meskipun banyak kemampuan yang ia miliki sebagai seorang Jesuit, ada kerinduan untuk menjadi anak kecil yang membutuhkan perlindungan. Kadang-kadang, kita terlalu percaya bahwa kemampuan-kemampuan yang kita miliki bisa melindungi dan mampu mengatasi
segala persoalan.
Namun, sisi ke-anakkecil- an manusia tetap selalu muncul dan membutuhkan orang lain menjadi pelindung. Orang egois, self-sufficient, tidak peduli orang lain adalah sikap-sikap orang dewasa.
Mereka tidak membutuhkan pelindung. Segala urusan, menurut mereka, bisa diselesaikan sendiri. Bagi orang-orang seperti itu, perayaan Para Malaikat Pelindung tidak ada artinya. Untuk merasakan perlindungannya kita perlu seperti Romo Harry. Anak kecil ada malaikatnya!
===================================================================
Bacaan Mat 8:1-5,10
18:1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?”
18:2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka
18:3 lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
18:5 Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
18:10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.