Fiat Voluntas Tua

Menegur Cara Jawa (R. Maryono, SJ)

| 0 comments

“Tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu”

Ada tiga tingkatan cara orang Jawa menegur orang lain. Orang Jawa selalu melihat macam apa orang yang mau ditegur menurut jenjang pendidikan. Bagi orang yang pendidikannya tinggi, teguran yang disampaikan memakai jurus “semu bupati”. Teguran disampaikan dengan perumpamaan atau sindiran halus dan diandaikan orang bisa menangkap karena kepandaiannya sejajar dengan bupati.

Setingkat lebih rendah, teguran disampaikan dengan senyuman yang sinis. Maka jurusnya disebut “esem mantri”. Jabatan mantri tidak memerlukan pendidikan yang tinggi. Cukup, bila orang ini bisa melaksanakan perintah dan keinginan bupati. Orang ini tidak bisa mengolah perumpamaan tetapi bisa menangkap arti perubahan mimik muka orang. Teguran ini agak menyakitkan tetapi tidak jadi masalah bagi orang yang pendidikannya pas-pasan.

Bagi yang tidak berpendidikan sama sekali disamakan dengan bujang (kacung). Teguran berupa  perumpamaan maupun senyuman tidak akan bisa ditangkap oleh orang macam ini. Menegur mereka harus di-”dupak” (disepak). Maka, jurus itu dinamakan “dupak bujang”.

Kalau kita baca Injil hari ini, rasanya Yesus masih menaruh hormat kepada orang Farisi dan ahli Taurat. Dia menegur tetapi tidak menunjuk langsung ke pribadi tetapi menyebut kota-kota, Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum. Orang Farisi dan ahli Taurat yang cerdas pasti bisa menangkap teguran lewat simbol itu. Namun sebenarnya, pembaca Injil juga diharapkan bisa menangkap teguran keras yang memakai jurus “semu bupati “ itu. Maksudnya adalah bahwa ketiga kota itu adalah pembaca sendiri. ..Kita! Yang jadi masalah adalah, apakah kita rendah hati mau menerima teguran itu? Hebat ya…. Ternyata Yesus orang Jawa juga. Dia kan orang Jawa Tengah. Dia orang Kudus yang ketika meninggal dimakamkan di Bergota (bukan Golgota) Semarang.

Kata Pak Dokter kalau seseorang menderita Artheriosclerosis itu berarti pembuluh darahnya mengeras karena pengapuran. Darah tak bisa mengalir di pembuluh yang sempit itu. Lama-lama, orangnya mati. Kalau orang Farisi dan ahli Taurat bukan pembuluh darahnya yang terkena Sclerosis. Tapi, hatinya! Ini parah! Maka, teguran “semu bupati” dari Yesus tidak pernah menyentuh karena hatinya sudah menjadi keras. Jadi, kata bertobat tak ada dalam kamus mereka. Nah, para sedulur, kalau kita juga tidak bisa lagi menangkap “pasemon” (jawa, kiasan) yang dikatakan Yesus di Injil, mungkin hati kita sudah terkena Sclerosis juga. Yesus sangat menghormati kita dan menegur dengan jurus tingkatan yang paling tinggi. Yesus sadar bahwa kita ini juga anak-anak Allah yang harus Ia hormati. Ia menegur saudara-saudaraNya dengan cara halus.

====================================================================

Bacaan Luk 10:13-16

“Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.