Fiat Voluntas Tua

Catatan setelah Paskah: Puisi Paskah karya seorang muslim

| 3 Comments

Puisi Paskah Karya: Ulil Absar Abdala, seorang Cendekiawan Muslim beredar di berbagai milis kristiani menjelang Paskah. Ternyata karyanya ini sudah muncul beberapa tahun silam. Saat itu ia sempat menjadi sasaran bom buku. Banyak orang menyangkanya pasti sebentar lagi membelot, ternyata sampai sekarang masih muslim. Ini menjadi catatan menarik bagi saya bagaimana seorang non kristiani memandang Paskah dengan begitu mendalam dengan pemilihan kata dan frasa yang tepat. Rasanya hanya pemikiran tingkat sufi yang mampu mengatasi segala perbedaan yang ada. Semoga kita yang mengaku kristiani sungguh memahami arti Paskah yang sebenarnya. Tidak menjalankan agama secara ritual, tetapi sungguh meneladani Kristus yang membuktikan cintaNya pada manusia dan ketaatanNya pada perintah Allah. Selamat Paskah !

PUISI PASKAH

Ia yg rebah, di pangkuan perawan suci, bangkit setelah tiga hari, melawan mati.
Ia yg lemah, menghidupkan harapan yg nyaris punah.
Ia yang maha lemah, jasadnya menanggungkan derita kita.
Ia yang maha lemah, deritanya menaklukkan raja-raja dunia.
Ia yang jatuh cinta pada pagi, setelah dirajam nyeri.
Ia yang tengadah ke langit suci, terbalut kain merah kirmizi: Cintailah aku!

Mereka bertengkar tentang siapa yang mati di palang kayu.
Aku tak tertarik pada debat ahli teologi.
Darah yang mengucur itu lebih menyentuhku.
Saat aku jumawa dengan imanku, tubuh nyeri yang tergeletak di kayu itu, terus mengingatkanku:
Bahkan Ia pun menderita, bersama yang nista.

Muhammadku, Yesusmu, Krisnamu, Buddhamu, Konfuciusmu – mereka semua guru-guruku, yang mengajarku
tentang keluasan dunia, dan cinta.

Penyakitmu, wahai kaum beriman:
Kalian mudah puas diri, pongah, jumawa, bagai burung merak.
Kalian gemar menghakimi!

Tubuh yang mengucur darah di kayu itu, bukan burung merak.
Ia mengajar kita, tentang cinta, untuk mereka yang disesatkan dan dinista.
Penderitaan kadang mengajarmu tentang iman yang rendah hati.
Huruf-huruf dalam kitab suci, kerap membuatmu merasa paling suci.

Ya, Jesusmu adalah juga Jesusku.
Ia telah menebusku dari iman yang jumawa dan tinggi hati.
Ia membuatku cinta pada yang dinista!

Semoga Semua Hidup Berbahagia dalam kasih Tuhan.

[Puisi tersebut dibuat cendekiawan NU Ulil Abshara Abdala, yang punya radio ARH, seorang muslim yang tahun 2011 diincar bom buku di Utan Kayu, Jakarta]

3 Comments

  1. Saya tidak bisa berkomentar Mbak ya!!!

  2. puisi yg sangat menarik…pemikiran yg sangat luar biasa.good luck for Ulil absar Abdala.gbu

  3. Masih ingatkah kamu akan kisah cinta Fatimah dan Ali? Kedua-dua mereka saling memendam perasaan yang mereka rasakan antara satu sama lain, dan akhirnya, mereka dipertemukan dalam syurga cinta dunia nan suci dan indah.

Leave a Reply to Jeri G. Mccarty Cancel reply

Required fields are marked *.