Ibu, bapa, suster, bruder, frater, kaum muda, remaja dan anak2 terkasih,
Bersama para konselebran, petugas liturgi dan panitia saya sampaikan selamat Paskah. Semoga komunitas-komunitas kita sungguh mengalami Tuhan yang sehabis-habisnya memberikan diri bagi keselamatan dan memberi damai sejati kepada kita.
Ada banyak cara untuk semakin menghayati dan merayakan Paskah :
- menjelaskan bacaan-bacaan yang diambil untuk Misa
- sambil berpegang pada pokok-pokok sabda Tuhan, belajar dari orang-orang kudus yang adalah manusia-manusia paskah.
Saya ingin menampilkan seorang manusia Paskah, Ibu Teresa dari Kalkuta.
Sampai dengan 1948 ia bertugas mengajar di sekolah elit dan ia lakukan dengan gembira sampai suatu saat ia mengalami Paskah pribadi meskipun itu bukan hari Paskah.
Ia menemukan seorang tua yg sedang meregang nyawa di pinggir jalan, sejak pengalaman paskah pribadi itu, hidupnya berubah, ia membaktikan hidupnya bagi orang-orang termiskin dari yang miskin.
1979 ia menerima hadiah Nobel Perdamaian, yang biasa diterimakan dalam perjamuan mewah yang besar tapi ia meminta agar diadakan bukan dalam perjamuan mewah dan upacara besar, karena dalam perhitungannya, uangnya bisa dipakai untuk memberi makan orang miskin setahun. Bagi banyak orang ini aneh tapi baginya ini adalah keputusan bebas yang memerdekakan, dimana seluruh hidupnya terarah pada kebaktian kepada Tuhan dan pengabdian kepada sesama. Paskah pribadi yang ia alami selalu menentukan pilihan dan keputusannya.
Merayakan Paskah adalah merayakan perubahan, merayakan pembaharuan dan mendorong kita untuk mengupayakan dan menghidupkan pembaharuan secara kreatif
Dalam pembukaan misa malam Paskaha, ada ungkapan :
“MilikNyalah segala masa dan segala abad
Baginya kemuliaan ……”
Paskah yang kita rayakan harus bermakna nyata bagi setiap lapisan hidup kita : pribadi, kelompok, komunitas, gereja, masyarakat yang lebih luas dan bangsa. Kita tahu, kenyataan hidup yang kita hadapi begitu kompleks, dari masalah sederhana yang bisa diatasi sampai masalah-masalah besar yang tidak bisa diatasi. Namun sekecil atau sebesar apapun masalah itu, dapat selalu dipersembahkan kepada Tuhan sebagai paskah sejati.
Tahun ini kita diajak pantang baru yang tahun lalu belum ada : pantang plastik dan stirofoam, yang menurut para ahli ambil andil dalam kerusakan alam. Sejumlah paroki, biara, komunitas dan keluarga-keluarga ikut merayakan hari bumi dlm bentuk sederhana : mulai jam 8 mematikan listrik, ada yang 1 atau 2 jam.
Ini untuk menghemat sumber daya alam yang pada masa kini sering dikuras habis-habisan..
Setiap kita ikut dalam gerakan-gerakan yang mengusahakan kebaikan bersama, menghidupkan pembaruan, ikut dalam usaha-usaha untuk semakin bersaudara dan berbela rasa, disitu kita merayakan Paskah. Dengan demikian Paskah bukan setahun sekali tetapi setiap hari bisa belajar menjadi manusia paskah.
Kesadaran akan persatuan dilunturkan oleh perbedaan yang terlalu ditonjolkan, kerusakan alam kurang diusahakan perbaikannya, kebaikan bersama diabaikan: di tengah situasi masa kini kita membutuhkan manusia-manusia Paskah yang mau ikut berjuang sejati untuk menanggapi dan mewujudkan secara konkret pesan Paskah, dalam keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas kita. Amin.