“Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”
Melihat keadaan sekitar kita, rasanya tidak ada hal yang baik yang layak diteladani. Macet dimana-mana, sepeda motor seenaknya naik ke trotoar, menyerobot lampu merah dan jalur busway. Ditambah lagi para pemilik warung pinggiran seenaknya juda memasang kiosnya di trotoar, memaksa pejalan kaki turun ke jalan raya, berdesakan dengan pemotor. Itu belum lagi apa yang tampak di berita televisi dan sinetron yang ditayangkan seharian penuh. Adakah yang baik di negeri ini?
Begitu banyak komentar serupa muncul dari mereka yang frustasi, putus asa melihat betapa ‘sakitnya’ masyarakat kita. Kasihan juga pemimpin yang baru terpilih, apapun yang dilakukan bisa sia-sia kalau semua lapisan masyarakat seenaknya membuang gelas air mineral, sedotan, sampah di jalanan dan ditrotoar. Sampai malam pasukan pembersih jalan berkeliling kota selalu ada sampah baru ditinggalkan kerumunan orang.
Mungkin seperti itu juga Tuhan melihat bumi saat ini, dosa bertebaran seperti sampah dimana-mana. Baunya menyengat dan selalu timbul dosa baru setiap saat. Darimana Kerajaan Surga bisa dimulai agar manusia bisa merasakan suasana surga seperti doa Bapa Kami “Di bumi seperti di dalam surga”….?
Injil hari ini mengingatkan kita, sebagai pembawa Kabar Baik, sebagai pengikut Kristus, beranikah kita menebarkan benih kebaikan sekecil apapun di sekitar kita? Mulai dengan benih yang mati terlebih dulu sebelum ia bisa bertumbuh menjadi tunas tanaman, maka kitapun harus mematikan segala egoisme dan sifat buruk serta kebiasaan jelek yang ada. Mulai dengan membiasakan diri dengan hal positif yang kecil, sederhana dan mudah dilakukan. Apa salahnya belajar disiplin dengan waktu, disiplin terhadap diri sendiri akan membawa kita pada disiplin menjaga janji dengan orang lain.
Kebiasaan untuk tersenyum tidaklah butuh modal besar. Bangsa ini harusnya terkenal dengan keramahannya, tetapi alangkah mahalnya melihat senyuman dipagi hari saat beramai-ramai orang berdesakan di pintu lift, masuk bis kota dan kereta. Senyum sedikit malah disangka ‘nakal’ … halaaah…
Kata-kata sederhana seperti Tolong, Terimakasih dan Maaf (TTM) yang setiap kali diajarkan ibu kita sejak kecil, rasanya jadi bahasa asing yang jarang digunakan. Kelihatannya takut hargadirinya jatuh dengan mengucapkan TTM bagi mereka yang memiliki posisi tinggi.
Kerajaan Surga mulai dari hal yang sederhana, saking sederhananya sering disepelekan dan jarang dilakukan. Maka tidak heran kalau suasana surga menjadi semakin jauh dari kehidupan kita sehari-hari. Surga itu bukan mewahnya kehidupan, penuhnya meja makan dan wanginya parfum yang kita pakai. Tetapi surga adalah suasana hati setiap orang yang merasa diterima dan dihargai martabatnya… siapapun dia. Mereka berhak dicintai dan diperhatikan, karena memang mereka berharga dimata Tuhan.
=======================================================================================
Bacaan Injil Luk 13:18-21
“Maka kata Yesus: “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia berkata lagi: “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”