Fiat Voluntas Tua

PF Romo Bagyo : 25 tahun Imamat

| 0 comments

Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah menjadi pelayanmu”
Menjadi pemimpin tidak pernah diimpikan seseorang sebelumnya. Ia ada dan diangkat bahkan diakui sebagai pemimpin justru oleh orang-orang disekitarnya. Hatinya tergerak oleh keadaan disekelilingnya dan mulai menetapkan visinya serta mengambil keputusan untuk mewujudkannya bersama orang lain karena disadarinya bahwa ia tidak dapat melakukannya sendiri.
Berada diantar ratusan orang di aula Katedral hari ini sungguh menggetarkan hati. Ditemani suami kami menghadiri Misa Syukur 25 tahun Romo Y Subagyo  Pr, Vikjen KAJ. Misa yang megah walau sederhana ini dipimpin Mgr Suharyo didampingi Kuria KAJ beserta puluhan romo projo  serta romo lainnya yang berkarya di berbagai komisi di KAJ.  Aula tidak dapat menampung begitu banyaknya undangan yang ingin turut mendoakan dan mensyukuri momen istimewa ini. Banyak tamu undangan terpaksa berdiri saat mengikuti misa. Bersyukur kami datang lebih pagi sehingga bisa dapat tempat duduk didepan.
Saya heran juga mengapa misa syukur ini tidak diadakan di katedral saja, pasti banyak sekali umat yang ingin ikut merayakan mengingat romo Bagyo ini berkarya di banyak tempat. Rupanya usut punya usut, acara ini memang sumbangsih beberapa teman dekat romo Bagyo serta dukungan seluruh karyawan Keuskupan. Romo Bagyo memilih merayakannya di aula katedral saja, memanfaatkan tempat yang ada mengingat gereja digunakan untuk dua pernikahan hari ini.  Ah romo, kalau romo mau bisa saja minta tempat yang lain. Pasti banyak umat yang akan membantu. Tetapi ia tidak menggunakan ‘posisi’nya untuk meminta fasilitas lebih.  Ia bersyukur banyak yang ingin membantunya merayakan pesta imamat istimewa ini, tetapi bukan berarti merayakan dengan ‘mewah’.
Misa syukur ini bisa saya katakan sederhana tapi melibatkan semua orang yang telah berpartisipasi dalam tugas imamatnya. Paduan Suara yang indah, buku Misa, bahkan suvenir karya para mantan napi adalah sumbangan dari para awam yang sering berkarya di KAJ. Pak Bambang, seorang aktivis yang berupaya mendirikan dan menyediakan Rumah Singgah Sahabat bagi para mantan napi yang telah bebas, diajak untuk memperkenalkan karyanya. Saya percaya pasti umat memborong karya mereka yang dipajang di selasar aula katedral. Romo Bagyo ingin mengajak mereka berbagi sukacita bersamanya.
Sosok Romo Bagyo ini seperti sosok orang Farisi dan para ahli Taurat, yang sudah menduduki kursi kepemimpinan gembala umat yang cukup tinggi. Tetapi beda sekali dengan sosok yang diceritakan Yesus pada Injil hari ini. Sosok seorang pemimpin umat yang diinginkan Yesus adalah yang mau memimpin dengan hati, memperhatikan kebutuhan umat yang sedang susah, mendengarkan keluhan umatnya bahkan melayani mereka.
Romo Bagyo menyadari kebutuhan khusus para tahanan di penjara yang nyaris tidak tersentuh, sehingga beliau mulai merintis dan mengumpulkan berbagai aktivis dari berbagai komunitas untuk saling berkoordinasi memberikan perhatian khusus bagi pelayanan penjara. Semoga karya pelayanan penjara ini semakin menggugah dan menyadarkan kita untuk juga ikut menyapa dan memberi perhatian bagi mereka yang sedang menghadapi kesulitan hidup yang berat di balik penjara.
Semua pasti tidak mudah pada awalnya, tetapi romo Bagyo memilih mengambil resiko untuk memulainya. Terima kasih banyak romo untuk keteladanannya, selamat dan puji syukur untuk rahmat Tuhan yang melimpah selama 25 tahun ini. Semoga kebijaksanaan, kasih dan kesehatan menyertai romo Bagyo senantiasa.
===========================================================================================
Bacaan Injil Mat 23:1-12

“ Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.