Fiat Voluntas Tua

Ekaristi Sebagai Roti Kehidupan

| 0 comments

“Tuhan kepada siapakah kami akan pergi? Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal.”
Bila pertolongan Tuhan datang seperti manna jatuh dari langit di masa kelaparan bangsa Israel, wah… nikmat sekali. Tinggal mungutin manna yang katanya manis dan dikumpulkan menjadi satu lalu dimakan rame-rame. Tidak usah disimpan karena besok Tuhan akan berikan lagi manna yang baru siap untuk dimakan. Maka saat Yesus mengatakan bahwa para pengikutNya juga harus memakan roti dari surga yaitu TubuhNya sendiri, sama seperti pada jaman perjanjian lama, mereka pada kecewa dan menjauhiNya. Mana mungkin? Bagaimana caranya, apalagi harus minum darahNya? Wah yang mboten-mboten aja. Sejak itulah banyak murid-murid Yesus meninggalkan Dia. Itulah sifat manusia, maunya gampang maunya dimanja tidak mau hidup susah. Tinggal pungut tinggal makan, tidak perlu susah payah berusaha.
Injil hari ini merupakan puncak dari beberapa bacaan  minggu ini tentang Roti Hidup. Yesuslah Roti Hidup yang turun dari Surga. Ia yang telah mengurbankan diriNya, menderita sengsara sampai wafat dan bangkit agar manusia mendapatkan kehidupan kekal. Melalui pengajaranNya, Ia sudah menyampaikan pesan tentang pentingnya Ekaristi secara teratur karena itulah makanan yang membuat rohani kita kuat senantiasa. Sayangnya banyak umat katolik kurang memahami esensi Ekaristi dengan benar. Diperlukan katekese mendalam dan terus menerus agar mereka yang dibaptis dan telah menerima Komuni Pertama memahami arti Ekaristi, sehingga semakin mencintainya sebagai sumber kekuatan. Dan bukan malah meninggalkannya. Sehingga tugas para orangtua katolik memang tidak mudah untuk mengajarkan arti ekaristi pada anak-anaknya terus menerus sejak mereka menerima Komuni Pertama. Lha kalau orang tuanya saja tidak mengerti apa iya bisa menyampaikannya dengan benar ke anak-anaknya?
Dijaman seperti ini informasi tinggal dicari ke mbah Google. Tidak seperti jaman saya yang sudah dibaptis sejak bayi, saya baru mengerti makna Ekaristi hanya beberapa puluh tahun terakhir. Puji Tuhan Ia memberikan pengertian yang baru dan mencelikkan kebutaan rohani saya selama ini. Tidak lewat internet karena waktu itu belum banyak informasi di web, tetapi lewat perjuangan kehidupan. Teladan orangtua yang setiap pagi mengikuti misa harian membuat saya ikut mencari tahu apa perlunya Sakramen Ekaristi setiap hari.
Semoga postingan berikut ini memperkaya pemahaman kita tentang Ekaristi. Diambil dari fanpage Gereja Katolik di Facebook yang merupakan kesaksian dari Gary Hoge: “Kesaksian Saya: Dari Ateis Menjadi Baptis Dan Akhirnya Katolik.” Ia membuktikan kontradiksi teologi Protestan tentang “Sola Scriptura” yang mengklaim bahwa “teologi Katolik tidak berdasarkan Kitab Suci.
Beliau menulis:

Ketika Yesus berkata, “Inilah tubuh-Ku,” dan “barangsaiapa makan dagingKu dan minum darahKu mendapat hidup yang kekal.” Katolik memahaminya secara literal. Ekaristi adalah Tubuh-Nya dan sungguh-sungguh daging dan darah-Nya, meskipun tidak tampak demikian. Tetapi umumnya Protestan mengatakan roti dan anggur tetap sebagai roti dan anggur dan bahwa sekali lagi kita tidak boleh mengambil kata-kata Yesus secara literal.

Kutambahkan: Bukankah ini sesuatu yang kontradiksi? Mengatakan bahwa ukuran kebenaran iman adalah Kitab Suci, tapi ketika masuk dalam penafsiran, Protestan menafsirkan sesuatu yang berbeda dari makna literal dari Kitab Suci itu sendiri.

Kalau kita memperhatikan semua penjelasan Yesus tentang Tubuh dan Darah-Nya sebagai makanan dan minuman rohani, maka kita akan sampai pada pemahaman akan kata-kata-Nya tentang “BUATLAH INI MENJADI KENANGAN AKAN DAKU.” Ekaristi bukan sebuah tindakan pengenangan belaka tapi memang sebuah kegiatan rohani yang menghadirkan perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus, karena sesungguhnya ketika Yesus mengatakan pada perjamuan terakhir “AMBILLAH, INILAH TUBUHKU” dan “INILAH DARAHKU” (Mrk.14:22-25) Ia tidak memotong daging atau mengambil tetesan darah Tubuh-Nya lalu menggunakan dalam perjamuan terakhir itu, melainkan “roti dan anggur” fana yang menjadi lambang dalam pandangan manusia, tapi akan menjadi “Tubuh dan Darah Kristus” dalam jiwa mereka yang menyatapnya dengan iman. Demikian pun EKARISTI (roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus) yang saat ini kita rayakan dalam Gereja Katolik mendapatkan makna yang sama seperti apa yang Yesus dan para murid-Nya lakukan pada perjamuan malam terakhir.

Sekarang pertanyaan yang pantas untuk direnungkan yakni; “Mengapa banyak orang membenci Gereja Katolik atau bahkan meninggalkannya? Jawaban saya adalah “KARENA DI SANA ADA EKARISTI!” Anda bertanya mengapa? Dan, saya akan menjawab seperti ini: Injil hari ini membantu memberi jawaban; Setelah para murid mendengar tentang sabda Yesus bahwa Tubuh dan Darah-Nya adalah benar-benar makanan dan minuman, banyak di antara mereka “TERGONCANG DAN MULAI MENGUNDURKAN DIRI.”

Gereja Katolik menyakini bahwa “roti dan anggur” ketika dikonsekrir telah menjadi “Tubuh dan Darah Kristus.” Dan, ini sungguh ditolak oleh banyak orang, yang menyebabkan mereka membenci, enggan bergabung atau bahkan meninggalkan Yesus dan Gereja-Nya seperti kejadian yang terjadi dulu terhadap para murid, kecuali kedua belas Rasul itu. Dengan pertanyaan-Nya: “Dan kamu tidak mau pergi juga?” Yesus memberi kebebasan kepada setiap orang untuk “MEMILIH MAKANAN DI RUMAH MANAKAH IA MAU SANTAP. Yang jelas bahwa di dalam Gereja-Nya (Gereja Katolik) Yesus sendiri menghidangkan Tubuh dan Darah-Nya, yang kita kenal sebagai EKARISTI, sedangkan di denominasi/gereja lain, silakan tanya siapa kokinya dan apa masakannya. Aku selalu percaya bahwa mungkin saja Yesus boleh membagikan makanan yang telah dimasak di Rumah-Nya, tapi TIDAK MUNGKIN IA memasak di rumah lain.

===========================================================================================

Bacaan Injil Yohanes (6:60-69)
Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari murid-murid-Nya berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, maka berkatalah Ia kepada mereka, “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Lalu bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna! Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata, “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai dari waktu itu banyak murid Yesus mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.