Rasanya pernyataan di atas (Doakan saya ya) sering terdengar bila kita bertemu kerabat, teman dan keluarga yang sedang mempersiapkan suatu tugas besar. Entah akan test masuk sekolah, interview untuk mendapatkan pekerjaan, promosi, mau menikah ataupun mantu, bahkan mereka yang menunaikan ibadahnya ke tanah suci. Disatu sisi ada yang melihatnya sebagai suatu ‘pengumuman’ tapi disisi lain juga menunjukkan adanya kekhawatiran dan juga keinginan untuk berbagi kekhawatiran itu bersama. Dengan mengajak orang lain mendoakan kita, rasanya beban yang ditanggung itu menjadi lebih ringan. Seolah-olah kita mau rame-rame menggoyang Surga untuk mendoakan kita getu lhooo..
Saat mengucapkannya terasa enteng saja, tapi apakah kita betul-betul ‘sudah’ didoakan oleh orang yang kita minta itu, dan juga apakah kita memberi tahu ‘hasil doa’ ujub kita tersebut dikemudian hari? Walhasil ungkapan diatas menjadi klise, menjadi sekedar basa-basi bunga percakapan karena saking seringnya diucapkan tanpa tindak lanjut. Supaya tidak menjadi klise, dan juga supaya kita tidak lupa memegang janji, lebih baik saat itu juga kita tawarkan untuk berdoa bersama walaupun berbeda iman. Why not? Tidak ada salah nya kan berdoa bersama 1-2 menit, bukankah mereka yang minta kita mendoakan mereka? Rasanya juga tidak pernah ada yang menolak didoakan untuk mendapatkan hal yang baik.
Perikop hari ini mengisahkan doa Yesus yang sampai saat ini belum terjawab yaitu agar mereka semua menjadi satu ” Ut Omnes Unum Sint”. Siapa ‘mereka’ yang didoakan Yesus ini dan mengapa harus jadi satu ? wah ini bisa jadi sesi diskusi teologi tersendiri . Melihat konteks kejadian saat itu, dimana Yesus berdoa semalaman di taman Getsemani setelah “last supper’ , yang dimaksud mereka ini adalah para pengikut Yesus yang sebentar lagi akan ditinggalkanNya. Tetapi Ia juga berdoa bagi semua yang percaya pada pemberitaan para muridNya, baik yang hidup di masa Yesus itu dan masa-masa sesudahnya. Termasuk Yesus waktu itu juga mendoakan kita di masa sekarang, agar semua yang percaya pada Yesus tidak memisahkan diri, bahkan tetap bersatu sebagai komunitas yang saling mengasihi. Bersatu dalam kasih semasa masih hidup di bumi dan juga menjaganya sampai nantinya bersatu dengan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus di Surga nanti. Kita sudah didoakan Yesus justru sebelum kita minta didoakan lho…
Menyatukan yang berbeda itu sulit sekali, dan memang Tuhan tidak menciptakan semuanya menjadi seragam dan sama. Coba saja kita lihat, banyak keluarga yang tadinya anak-anaknya hidup rukun saat masih kecil. Begitu orang tuanya sudah meninggal, begitu kasih orang tua yang menyatukan mereka hilang maka bisa jadi satu sama lain bertengkar memperebutkan warisan padahal mereka sama-sama satu darah. Apalagi mereka yang tidak satu keturunan tentu semakin sulit dipersatukan tanpa kasih.
Tetapi semua orang yang percaya kepadaNya diharapkan menjadi satu karena semua mahluk dicintaiNya. Kasih lah yang mampu mengikat perbedaan dan menjadikannya menjadi satu, menjadi harmonis dan indah. Satu keluarga yang tercerai berai bisa kembali disatukan karena kasih yang ditinggalkan Yesus, kasih itu hidup dan dipelihara oleh para anggota keluarga. Sehingga mereka saling menghibur, dan saling mebalut luka hati bilamana satu sama lain sedang terluka karena ulah orang lain. Kasih inilah yang mampu mendamaikan segala perpecahan dan pertentangan. Biarlah kasih itu tinggal diantara kita, kasih yang ditinggalkan Yesus bagi kita, juga adalah kasih yang mampu melihat roh jiwa yang lain . Sehingga masing-masing dari kita mengambil bagian dalam menanggapi dan menjawab doa Yesus.
Jadi kalau biasanya lebih sering kita yang memohon ujub doa lewat litani doa harian kita, kali ini kita perlu juga membalas doa Yesus untuk kita. Apalagi selama ini doa-doa kitapun juga dijawab Tuhan. Mari kita menjawab doa Yesus dengan mengasihi lebih lagi, terutama mereka yang berbeda dengan kita, berselisih dengan kita, agar semua kembali disatukan dalam kasih. Kasih Bapa yang tanpa syarat: unconditional love membuat kita menjauhkan diri dari dosa yang menjauhkan kita dari Allah, bahkan menyatukan kita satu dengan yang lainnya menjauhi perpisahan. Sesulit apapun tantangannya, kasih Bapa akan memampukan kita, karena hanya dengan cara demikianlah kemuliaan Tuhan akan nampak melalui kesaksian hidup kita akan kasih Tuhan, sehingga orang yang tidak percaya dan ragu-ragupun melihat bahwa Tuhan itu ada dan hidup diantara kita.