“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu”
Apa yang tidak membuat khawatir orang saat ini? Harga bahan pokok menggila sebelum bulan puasa, jalanan tambah macet (dan tidak tahu kapan akan terurai), pekerjaan juga semakin sulit karena yang dari luar Jakarta tetap mengadu nasib di ibu kota, kejahatan jangan ditanya… membuat waswas kita yang meninggalkan rumah untuk bekerja setiap hari. Masih ditambah lagi urusan domestik, entah itu relasi dengan pasangan, anak, mertua, ipar dan para pekerja RT.
Herannya keadaan ini seperti sudah dipahami Kristus jauh-jauh hari sebelum kita ada di bumi ini. Injil hari ini cocok banget untuk dijadikan pegangan agar kita bisa renungkan bukan hanya satu hari ini, tapi setiap saat kita ingin ‘mengeluh’ menghadapi berbagai beban dan tekanan hidup. Jangan ragu untuk datang kepadaNya karena Ia akan memberikan kelegaan. Eh salah… tepatnya yang datang kepada Dia, malah ditambahkan kuk, ditambahkan beban seperti sapi/kerbau yang digunakan membajak sawah.
Kok aneh ya, kita sudah berbeban berat malah akan ditambahkan kuk lagi. Kalau kita lihat sapi/kerbau yang digunakan para petani membajak sawah, akan mudah dikendalikan bila dipasang kuk. Entah 1 ekor atau 2 ekor sekaligus akan dapat diarahkan oleh petani yang berada di belakangnya. Dengan arahan petani maka pekerjaan membajak sawah bisa lebih teratur dan dapat diselesaikan sesuai ‘jalur’nya. Tentu lebih rapih dan lebih cepat daripada si kerbau dilepas sendiri. Malah belum tentu ia mau bekerja membajak sawah.
Seperti itu pulalah kehidupan kita. Kita punya pilihan untuk hidup menurut keinginan kita, seperti sapi tanpa kuk, bisa seenaknya kerja atau malah tidak kerja sama sekali kecuali mencari rumput untuk makanan. Kita bisa pusing sendiri kalau semua dipikir dan dihadapi tanpa arahan dan bimbingan. Pertanyaannya kita mau mengandalkan siapa? diri sendiri, orang lain, pangkat, harta dan kekuasaan? Yesus menawarkan diriNya sebagai panutan dan pegangan hidup. Kita menyerahkan diri kita apalagi setelah kita dibaptis dan mengakui Yesus sebagai Juru Selamat kita.
Maka hidup kita akan diarahkanNya agar rapih dan teratur sesuai dengan rencanaNya. Yesuslah Gembala kita, untuk itu tentu harus dipasang kuk, sebagai pegangan yang mengikat kita dengan Dia. Syukur bisa berdua dengan pasangan agar bisa seirama dalam menapaki jalan kehidupan. Dengan demikian walaupun kuk yang dipasang terlihat besar dan berat, tapi dengan belajar menjadi rendah hati dan belajar memiliki hati yang lembut seperti Yesus, sang Gembala Agung, kita akan mensyukuri bahwa damai sejahtera tetap tinggal dalam hati kita. Masalah tentu tetap ada didalam kehidupan, tetapi kita tidak sendiri, kita diberikan pegangan (kuk) seperti seluruh ajaran yang ditinggalkan dan tradisi sakramen menjadi sandaran kita dalam menapaki hidup. Allah Tri Tunggal memang Allah yang hidup yang mendampingi kita dalam suka dan duka menapaki kehidupan di bumi.
===========================================================================================
Mat 11:28-30)
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”