Fiat Voluntas Tua

(Gak) Enaknya Jadi Orang Kecil Di Jalanan

| 0 comments

“Semuanya Engkau nyatakan kepada orang kecil”
Sampai sore hari saya masih punya pertanyaan menggantung di hati tentang Injil hari ini, apa sih enaknya jadi orang kecil? Pasti tidak enak karena kapasitas dan kemampuan terbatas. Ruang gerak terbatas, apalagi mimpi tidak berani yang muluk-muluk. Tetapi anehnya Tuhan menyembunyikan sesuatu bagi orang kecil yang tidak diketahui para pembesar atau orang kaya atau para pejabat dan orang pintar.
Hari ini sudah hampir 2 minggu saya menggunakan taksi berangkat dan pulang kantor. Supir yang biasa mengantar mengundurkan diri karena alasan kesehatan yang mundur. Saya tidak sempat mencari pengganti dan pasti susah juga cari orang kalau menjelang bulan puasa begini. Mau membawa kendaraan sendiri rasanya kok malas bermacet-macet di jalan, lagipula SIM saya sudah expired lebih dari setahun, wah… bisa tambah stress saya dijalan. Tapi disyukuri saja, semua ini pasti ada berkah tersembunyi.
Maka sayapun harus pesan taksi setiap pagi, dan sorenya harus menyeberang gedung dan bersiap-siap antre dengan puluhan orang lainnya. Pernah saya berdiri lebih dari setengah jam karena saya orang ke 40 dalam antrian… hehehe… gak enak ternyata tidak pakai supir. Kali ini saya pulang dengan teman sekantor yang tinggal dekat rumah. Lumayan, tinggal naik ojek dekat rumah, pikir saya. Tapi rupanya perkiraan saya meleset. Di pangkalan ojek tidak ditemukan satupun tukang ojek, demikian juga di pertempatan berikutnya… dan perempatan berikutnya juga kosong. Terpaksalah saya jalan kaki hampir 1 km dengan sepatu high heels sampai ke rumah.
Jalan kakinya tidak seberapa, lumayan bisa olahraga sebentar. Tetapi sungguh tidak enak jadi ‘orang kecil’ ditengah belantara transportasi kota Jakarta. Saya harus rebutan jalan dengan para pemotor yang naik ke trotoar (itupun kalau trotoarnya bagus). Kalau kebagian trotoar yang batunya berlompatan dan penuh galian, terpaksalah saya turun ke jalan aspal, sambil diklakson pemotor dan metro mini yang mlipir di pinggir jalan. Katanya mereka para pemotor mengaku sebagai ‘orang kecil, kok juga seenaknya mengambil hak pejalan kaki. Belum lagi asap dari ribuan kendaraan yang saking padatnya nyaris tidak bergerak di jalan. Kecepatan saya berjalan kaki rupanya bisa lebih cepat dari kendaraan yang merayap di Buncit Raya.
Tiba-tiba sebuah metromini melompat dari jalur busway pindah ke jalur umum, lalu seenaknya berhenti melintang di jalur tengah. Sang kondektur turun dan memanggil-manggil penumpang dari pinggir jalan. Berebutlah para pejalan kaki ini untuk bisa menyeberang dan naik ke metro mini. Hadeeeuuh… katanya para kondektur dan sopir metromini juga orang kecil, tapi seenaknya saja mereka menggunakan jalan dan membahayakan para pejalan kaki juga pemotor.
Para penumpang mobil ber AC dengan tenangnya memadati jalanan, bahkan tidak mau kalah dengan pemotor berebut jalan. Biasanya kalau sudah serempetan, lebih galak para pemotor daripada si penumpang mobil. Bisa-bisa malah dikeroyok bersama pemotor lainnya. Jadi siapa yang menjadi orang kecil di jalanan? Tapi orang kecil bukan berarti susah tersenyum dan susah bergaul. Buktinya sambil berjalan saya sapa orang-orang yang dilewati dengan “permisi, numpang lewat..” toh mereka membalas dengan tersenyum. Masih ada senyum dan kepedulian dengan sekitarnya.
Saya bersyukur bisa menikmati ‘jalan kaki’ diantara trotoar yang amburadul, walau beberapa kali nyaris jatuh dan hak sepatu terselip diantara batu-batu. Semoga para pemimpin kota manapun juga pernah mengalami menjadi ‘orang kecil’ di jalanan sehingga mereka bisa menghargai para orang kecil para pedestrian.
Semoga kita juga semakin peka dengan kehadiran orang-orang kecil disekitar kita, apa harapan mereka dan apa yang bisa kita lakukan untuk mereka. Orang kecil bukan berarti tidak bahagia. Orang kecil justru bisa mensyukuri hal-hal yang bisa dinikmatinya sekecil apapun. Semoga kita juga bisa belajar menjadi ‘orang kecil’ yang menyadari bahwa kita hidup hanya karena rahmat Tuhan semata.
==========================================================================================
Bacaan Injil Mat 11:25-27

“Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya

Leave a Reply

Required fields are marked *.