“ Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” (Mat 7:21-27)
Rumahku Istanaku
April 27, 2012 | 0 comments
“Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya ia sama dengan orang yang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu”
Pertanyaan yang sering saya terima di BBM maupun di SMS dan di telpon adalah “Sedang di Jakarta kah?” … weleh… Lha memangnya saya dimana ya? erkadang saya garuk-garuk kepala juga, rupanya persepsi itu muncul karena seringnya saya keluar kota entah karena tugas kantor mendampingi klien yang kantor cabangnya senusantara ataupun tugas kepartaian. Kalau tugas pelayanan masih sebatas Keuskupan, paling jauh ke Tangerang dekat pantai Mauk ataupun ke St Helena di Cikarang Bekasi.
Pertanyaan yang kedua adalah bagaimana membagi waktu dengan keluarga, apa tidak betah di rumah? Hahahaha… justru dengan seringnya pergi keluar rumah, saya semakin menghargai setiap kesempatan yang saya miliki saat di rumah. Semalam apapun saya pulang, saya berusaha tidak menjadi orang yang tidur duluan. Esoknya saya berusaha menjadi orang yang pertama bangun pagi di rumah. Setiap kali meninggalkan rumah saya peluk dan cium setiap anak yang masih bisa ketemu. Itulah matahari hidup saya yang membuat saya selalu kangen ingin pulang kerumah.Herannya… kalau saya di rumah hari Sabtupun anak-anak malah bertanya : Bunda gak kemana-mana hari ini? Mungkin saking seringnya melihat saya bepergian jadi aneh lihat ibunya di rumah.
Rumah yang kita tinggali tentu saja berdiri diatas fundasi batu. Mana ada keluarga yang berani menempati rumah di atas pasir? Kalaupun rumahnya berdiri ditepi pantai pasti mereka harus memastikan memiliki fundasi tiang pancang yang kuat sampai ke tanah keras yang terletak dibawahnya. Rumah yang kita tinggai itu hanyalah sebuah bangunan fisik. Tetapi rumah yang kit diami menjadi hangat karena ada kehidupan didalamnya. Ada cinta dibesarkan dan dipelihara seluruh anggota penghuni rumah, menjadikannya’hommy’. There is no place like home.
Apa rasanya setiap kali pulang ke rumah kita tidak bertemu satupun penghuni rumah? Rasanya dingin tidak ada sambutan tidak ada sapaan. Demikian pula bila penghuni rumah tidak memelihara cinta satu sama lain, isinya hanya kata-kata yang saling menyakitkan satu sama lain. Suasana panas senantiasa membakar setiap hati penghuninya sehingga mereka tidak betah tinggal dirumah.
Firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa setiap rumah pasti akan mengalami hujan, panas dan badai. Selalu ada masalah dihadapi setiap keluarg atau setiap penghuni rumah. Entah masalah tentang kesehatan, pekerjaan, pasangan hidup, kesulitan usaha, dsb. Bedanya adalah bagaimana setiap penghuni rumah menghadapi badai kehidupan yang melandanya. Kita diingatkan untuk senantiasa rajin melakukan setiap Firman yang telah kita dengar. Melatih diri senantiasa untuk melaksanakannya tiap waktu. Sehingga saat badai kehidupan menyerang, kita tidak lagi goyah imannya.
Tidak ada jaminan bahwa sebagai pengikut Kristus kita djamin sehat 100 %, dijamin usaha dan pekerjaan lancar, dijamin tidak akan ditipu orang. Tetapi satu hal yang Tuhan janjikan adalah Ia adalah Immanuel. Allah yang hadir menemani kita, mendampingi kita di setiap waktu, saat sedih dan senang, saat untung dan malang. Ia setia sejak dulu, sekarang sampai selamanya. Kitalah yang harus membuktikan kesetiaan kita. Apakah kita setia hanya pada saat semua baik-baik saja? Kita setia saat semua sehat? Apakah saat ditimpa kemalangan kita justru mencari solusi alternatif daripada datang kepadaNya?
Marilah kita membangun kehidupan bersama Allah yang hommy dan dimulai dari rumah kita sendiri, dimulai dari keluarga kita sendiri. Hanya kepadaNya kita merasakan kedamaian dan sukacita. Kelelahan dalam kehidupan kembali disegarkan setiap kali kita menerima Sakramen Ekaristi. Saat kita berkata “bersabdalah saja, maka saya akan sembuh” maka sembuhlah kita dari segala ketakutan dan kekhawatiran hidup.
=======================================================================================================
Bacaan Injil Mat 7:21-27