“Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: “Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!] Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. Maka jawab-Nya: “Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?” Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
Rabu Heboh
February 8, 2012 | 2 Comments
“Apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskannya”
Kalau kita memang tulus hati maka segala perbuatan perkataan dan pikiran kita pasti mengarah pada hal-hal yang baik. Tapi kalau hati itu penuh dengan dengki, iri dan marah, maka apa yang dipikirkan dan akhirnya terucap akan menjadi bukti yang terekam dan disaksikan banyak orang.
Itulah yang kita saksikan dalam salah satu tayangan TV yang dibuat LIVE tanpa skenario tanpa rekaman. Kita lihat bagaimana para politisi dan pengacara dalam 2 jam saling mendebat dan mengucapkan kata-kata yang pedas. Ironisnya kita lihat pula bagaimana santunnya korupsi dilakukan dengan rapih. Politik itu kotor karena perbuatan orang-orang didalamnya. Demikian juga bisnis itu kotor akibat perbuatan para pebisnis yang juga kotor tindakannya dalam menjalankan usahanya. Duniapun kotor karena perilaku manusia didalamnya, termasuk kita yang sembarangan buang sampah. Entah sampah kata-kata maupun sampah perbuatan dan barnag-barang sampah. Bagaimana bisa kita ‘membersihkannya’? Virus-virus positif dan pembersih memang harus sering-sering digelontorkan.
Pagi ini saya sendiri membuat satu kehebohan gara-gara kebodohan saya sendiri. Hari selasa kemarin saya dihubungi teman yang memerlukan prodiakon untuk hari rabu abu di salah satu perkantoran. Tentu saja saya akan bantu kalau tidak ada agenda keluar kantor/kota. Karena sibuk mempersiapkan tugas hari ini, saya tertidur semalam dan bangun jam 3 pagi. Waduh… slide belum selesai untuk 2 meeting hari rabu ini. Rabu? Hari ini rabu abu ya, berarti harus cari baju prodiakon dan samirnya. Panik pertama karena pekerjaan belum dibereskan, panik kedua karena baju prodiakon dan samir tidak ada di rumah. Berarti pagi-pagi harus ambil di gereja dulu. Panik ke tiga, mobil tidak bisa distarter, butuh 20 menit lagi menunggu mobil siap berangkat.
Nah karena terburu-buru panik, sampai lupa tidak baca Injil hari ini. Saya pun berdoa singkat hari ini “Allah Bapa yang Maha kasih, semoga di hari rabu abu ini aku semakin disadarkan dengan segala keberadaanku, dengan kelemahanku, Engkaulah yang memampukan aku berdiri dan bertahan sampai pada titik kehidupanku saat ini. Semua yang kulakukan hanya bagi kemuliaanMu. Saya percayakan suami dan anak-anakku kedalam tanganMu ya Bapa.”
Setelah ganti status BB “Ash Wednesday” saya sempat BBM beberapa teman”Have a blessed ash wednesday”. Ngintip PP teman kok gak pada ganti PP rabu abu ya? Saya duluan nih hehehe…Jam 7 kurang saya sampai di gereja dan menemui koster untuk mengambil baju prodiakon dan samir. Koster: Buat acara apa bu? Saya: Ini untuk bantu sebagai prodiakon di SCBD nanti siang. Koster: Lho bu? Hari ini belum rabu abu katanya. Mblaaaik…. masa sih? Wah ternyata bener setelah cek ke papan agenda masih dua minggu lagi. *Tepok jidat* gimana sih kok saya sudah keburu heboh dan panik sendiri.
Gara-gara BBM saya ke teman-teman untuk ingatkan Rabu Abu, akhirnya membawa heboh sekitarnya. Yang masuk ke milis disemprot ” Oooiii.. kamu pake Injil mana tuh, Rabu Abu masih 2 minggu lagi”. Yang lain ditegur suaminya, lha kok gak ada pengumuman di gereja hari minggu kemarin? Beginilah kalau kebiasaan puasa, sudah gak tau lagi kapan seharusnya puasa karena lupa baca kalender liturgi. Hehehe… maunya sudah Rabu Abu duluan, yang terjadi Rabu Heboh…
Maaf ya teman-teman untuk kesalahanku, mungkin anda kebagian BBM dari teman gara2 BBM saya. Semoga yang jarang puasa nanti malah jadi puasa. Pastinya gara-gara kejadian rabu ini pasti gak pada lupa bahwa tanggal 22 februari nanti kita masuk masa puasa prapaskah. Karena niat saya tulus untuk mengingatkan akhirnya kesalahan ini malah jadi kesempatan menyapa beberapa teman. Salah satu respon: Thanks ya Rat, walaupun salah tanggal tapi sudah saya catat nih, saya akan ikut puasa kali ini. (sebelumnya ia gak pernah puasa). Setelah tahu salah, dan masih ada waktu, akhirnya saya mampir ke pastoran dan sarapan bareng romo disana. Blessing in disguise. Gak jadi puasa kan? malah bisa ngobrol sama romo setelah 3 minggu tidak misa di paroki karena tugas keluar kota.
Semoga apa yang kita perkatakan dan perbuat hari ini, termasuk yang diketik melalui BB, email, twitter dan FB mendatangkan kebaikan bagi orang-orang disekitar kita. Niat tulus hasilnya pasti mulus. Tapi segala akal bulus, bisa membuat impianpun pupus.
===========================================================================================
Bacaan Injil Mrk 7:14-23
February 14, 2012 at 5:32 pm
Dalam usaha memperkuat iman dan keutuhan persaudaraan Blog spt ini sangat kita butuhkan. Mari kita menshare-kan pengalaman kita. Viat Voluntas Tua
February 14, 2012 at 5:33 pm
Maria selalu menolongm