Beberapa tahun ini, setiap tahun baru Imlek kami selalu berkumpul bersama di rumah mertua di kota Bandar Lampung. Meskipun kadang terasa risih karena meskipun kami sudah berkeluarga, kami selalu diperlakukan seperti anak-anak yang belum mandiri; bila kami bilang punya waktu untuk datang merayakan Imlek bersama mereka, maka segala urusan tiket pesawatpun dipesankan oleh mereka, pernah kami beli tiket jauh-jauh hari tetap saja mereka transfer pengganti uang tiket. Urusan angpaopun, saat kami membagi-bagikan angpao buat para keponakan kami, merekapun memberikan angpao buat para cucu. Tapi setelah itu kami anak menantunya dikumpulkan dan kamipun ‘dipaksa’ juga menerima angpao, meskipun kami bilang kami sudah berkeluarga dan bisa mandiri tidak perlu lagi diberi angpao, tapi mereka tetap bersikukuh memberikan angpao pada kami sebagai tanda syukur bahwa kami telah mau hadir berkumpul bersama mereka di tengah kesibukan pekerjaan kami. Biasanya angpao ini kami simpan dan kami belikan sesuatu tanda mata setiap kami bepergian dan kami berikan pada mereka saat kami berkumpul seperti ini.
Tahun baru Imlek merupakan pertanda musim semi sudah datang, dan senantiasa dirayakan dengan gempita dan makan malam bersama keluarga dengan harapan musim tanam sepanjang tahun ini akan memberikan panen berlimpah bagi keluarga.
Tahun ini Imlek jatuh hari senin, dan karena kami tidak sempat mengikuti misa minggu pagi kamipun mengikuti misa sore sebelum acara makan malam keluarga. Kami berharap misa sore ini bisa menjadi semacam misa malam sincia yang gempita, seperti tahun baru lalu yang kami rayakan dengn misa bersama Bapa Uskup Singapura dimana anak kami mendapat berkat khusus bagi para anak-anak dari Bapa Uskup.
Tapi misa kali ini ternyata berlangsung sederhana saja. Dipimpin 2 romo, ketika ke 2 romo masuk dan melewati baris tempat duduk kami, seorang romo berkulit sawo matang dengan rambut hitam kelimis dan bersepatu mengkilap, romo yang satu berkulit putih rambut sudah dipenuhi uban sepertinya belum bertemu sisir seharian dan kakinya….. tanpa kasut apapun. Dia berjalan seperti tertatih-tatih, membuat saya tertegun, karena tiba-tiba teringat sosok Yesus yang berjalan menuju Kalvari. Saya bertanya kepada umat yang duduk d sebelah saya,”Bu, romonya koq ga pakai sepatu..?” “Iya, Pak. Itu Romo Baron dari Katedral (Lampung), biasa begitu, katanya kakinya sakit kalau bersepatu.” Mungkin bagi umat itu suatu hal yang biasa, tapi bagi kami itu suatu pemandangan yang luar biasa.
Saat Homili, romo yang muda menyatakan sesuai Injil bahwa waktunya sudah genap bukan lagi sudah dekat. Berarti sudah saatnya Kerajaan Allah dinyatakan. Ketika Yunus diutus menyerukan pertobatan kepada Niniwe, mereka berbalik pada Allah. Kini Yesus menyerukan pertobatan pada kita karena Kerajaan Allah sudah dekat. Apakah kita akan berbalik pada-Nya seperti orang Niniwe ataukah tetap bersikukuh dengan jalan kita sendiri ? Setelah kita menerima Kerajaan Allah akankah kita bersyukur kepadaNya dan turut serta mengabarkan suka cita Kerajaan Allah itu atau bersikap seperti Yunus yang mulanya melarikan diri menjauh dari Allah hingga ia diterpa badai dalam perahunya?
Allah sungguh mengasihi kita dan menghendaki anak-anakNya berkumpul dalam rumah-Nya sebagai 1 keluarga saat “awal musim semi” Kerajaan Allah tiba nanti dan Iapun telah memberikan “angpao-angpao”-Nya kepada kita berupa segala kemurahan dan talenta meskipun kita sering berkilah kita sudah mandiri seolah apa yang kita miliki adalah hasil jerih payah kita sendiri.
Sekarang waktunya sudah genap, saatnya Kerajaan Allah yang sudah dekat bisa dirasakan oleh setiap orang. Saatnya merayakan Imlek bukan dengan gempita duniawi, tetapi dengan kesederhanaan tanpa kata seperti ditunjukkan oleh Romo tanpa kasut itu. Saatnya merayakan Imlek dengan gempita rohani dengan berbagi “angpao” pada sesama dari angpao segala kemurahan yang sudah kita terima dari Bapa kita.
Dengan demikian kita boleh berharap awal musim semi kali ini menjadi musim semi bagi Kerajaan Allah dimana kita berharap panenpun akan melimpah dalam kehidupan kita.
Selamat Tahun Baru Musim Semi.
Gong Xie Fa Chai-Taufik HL