“Kamu akan Kujadikan penjala manusia”
Siapa yang mau menjadi wanita dan pria panggilan? Hhhm… pertanyaan aneh yang pasti reaksi pertamanya membuat mata melotot. What? Nejong amat seh… (red: najis). Konotasinya pasti negatif saat mendengar pertanyaan ini. Tapi kalau pertanyaannya diganti : Kapan kamu siap dipanggil Tuhan?…. Errrr… menyeramkan sekali pertanyaan ini? Ah rasanya saya belum siap ini dan itu, belum berbakti pada orang tua, apalagi nusa dan bangsa.. Oke kalau begitu bagaimana dengan pertanyaan ini: Saya doakan agar kamu dipanggil Tuhan deh. Ih… kok doanya begitu sih, apa tidak ada yang lebih baik? Bagaimana kalau saya ganti pertanyaannya : yuk ikutan pelayanan. Umumnya dijawab dengan berbagai litani, masih sibuk lah atau nanti aja kalau ada waktu, itu mah untuk yang tidak punya pekerjaan. Nanti aja kalau sudah pensiun. Awas, benar-benar dipensiun lho? LOL….. Oke sekarang saya berikan pilihan terakhir: semoga kamu menjawab panggilan Tuhan mumpung masih muda. Pasti responnya : Ih, gak terpikir deh, gak bakalan saya jadi pastor/suster.
Itu jawaban-jawaban yang saya berikan saat kawan-kawan disekitar saya mengajak saya untuk ‘ikut’ Tuhan dari waktu ke waktu. Herannya ada saja jawaban yang spontan keluar saat itu. Tapi kalau disuruh mengingat lagi, kapan tepatnya saya menjawab “ya” dan pertanyaan yang mana yang saya jawab saat itu, rasanya kok susah menemukan yang paling pas. Berkali-kali saya menolak, tapi seingat saya akhirnya berkali=kali saya juga tidak pernah menolak lagi. Tepatnya, hati saya sudah luruh mau diajak kemana saja yang penting ‘ikut’ Tuhan. Malah tanpa sadar sekarang justru saya yang berkali-kali mengajak teman-teman dengan pertanyaan yang sama. Daaan… dejavu.. mendapat jawaban penolakan yang sama hehehe… Awas lho, nanti pasti mengalami kejadian yang saya alami. Tidak bisa pindah kelain hati…
Renungan hari ini seperti menarik ingatan saya beberapa tahun silam tentang betapa keras hatinya saya menolak tawaran-tawaran untuk mengikuti Kristus. Entah dari orang tua, dari sahabat dan teman-teman. Tetapi saya bersyukur Ia tidak bosan mengetuk pintu hati saya sehingga saya kok ya bisa jatuh hati padaNya. Tidak cuma sekali, tetapi berkali-kali bahkan kalau bisa hati ini di tattoo saja dengan tulisan :Ad Maiorem Dei Gloriam, dibaliknya di tulis juga Fiat Voluntas Tua…. #eeaa… memangnya kaca mobil bisa ditempel stiker?
Salah satu kejadian yang saya ingat mungkin mirip dengan rasul Simon Petrus dan Andreas yang sedang asyik bekerja dipanggil Tuhan (eh tapi gak meninggal kan?). Sekitar 10 tahun lalu ketika saya sedang sibuk-sibuknya bekerja justru Tuhanlah yang mengetuk pintu hati saya dan berkata ” Mari, ikutlah Aku !” ya memang saat itu sedang sibuk sekali meniti karir dan justru sedang bagus-bagusnya malah. Tapi ditengah kesibukan ada satu pertanyaan apa betul ‘ini’ yang saya cari dalam hidup saya? Apakah saya tidak salah arah? Rupanya pada saat itulah pintu hati sedikit terkuak dan Ia langsung memanggil dan berseru seperti kepada Simon dan Andreas : Mari ikutlah Aku ! Dan seperti Andreas dan Simon, beberapa waktu kemudian saya juga langsung meninggalkan ‘perahu dan jala’ untuk mengikut Yesus. Eh tapi jangan diikuti lhooo.. Walaupun saya meninggalkan pekerjaan lama, ternyata digantikan dengan pekerjaan paruh waktu sehingga dapur tetap ngebuul. Daaaan beberapa waktu kemudian saya mendapatkan kembali ‘perahu dan jala’ yang lebih baik, yang memampukan saya melakukan keduanya. Menjala ikan dan menjala manusia.. Horeee… God is soo good!!
Mungkinkah saat itu para murid yang sedang sibuk bekerja juga punya pertanyaan yang sama? Ingat lhooo… mereka bukan pengangguran saat dipanggil Kristus, mereka juga belum tua dan pensiun. Bukan masuk kategori orang yang punya waktu luang. Tapi justru disitulah Tuhan melihat dan memilih diantara semua orang yang ada. Ia tahu persis siapa yang dipilihNya. Ia tahu persis kapan saat yang paling tepat sehingga seorangpun tidak bisa menolak tawaranNya. Ia ingin setiap orang menjadi pengikutNya, sayangnya tidak setiap orang menyiapkan dirinya menjadi pengikut Kristus. Would you?
Terima kasih Tuhan bahwa Engkau memiliki kesabaran yang luar biasa untuk menunggu kesiapan hatiku. Terima kasih untuk kesempatan yang diberikan agar aku bisa emngenalMu lebih dekat dan lebih dalam lagi. Terima kasih untuk setiap kehadiranMu dalam jatuh bangun imanku akan Engkau. Terima kasih untuk sapaan dan ajakan dari orang-orang yang Kau kirimkan untuk mengajak dan mengingatkanku akan kasihMu. Ah… seandainya aku tahu dari dulu, tentu aku tidak akan sekeras hati seperti waktu itu. Tapi syukurlah tidak ada kata terlambat dalam menjawab panggilan Tuhan. Tidak perlu nunggu jadi pastor atau suster, tidak perlu nunggu jadi pensiunan dan pengangguran. Pada akhirnya mereka yang memiliki kerendahan hati dan keterbukaan akan panggilan Tuhan, pasti dipilih menjadi wanita-wanita dan pria-pria pengikut Kristus.
Mari kita bersama-sama belajar dari Sang Gembala untuk tumbuh menjadi murid Kristus yang dewasa iman dan siap sedia menjalankan Amanat Agung, menjadi penjala manusia. Tidak menjadi kanak-kanak rohani, tetapi siap menyediakan diri bertumbuh dalam iman dan pengertian akan Kristus. Dan akhirnya mengajak setiap orang untuk kemudian juga menjadi murid Kristus, hidup seturut dengan teladanNya.
======================================================================================================
Bacaan Injil Mat 4:18-22
December 27, 2011 at 2:28 am
Dengan cara seperti ini sebetulnya pada saat yang sama kita juga sedang mencari bentuk object seperti apa yang bisa mewakili.