Fiat Voluntas Tua

Bukan Iman Rengekan

| 1 Comment

Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?

Pernahkah saat anda berada di sebuah mall atau toserba besar bertemu dengan anak-anak yang merengek-rengek minta mainan pada mamanya? Bahkan mungkin sering juga berguling-guling sampai orangtuanya agak malu dan menjadi semakin marah melihat kelakuan anaknya. Daaan… drama begini biasanya manjur, daripada ribut-ribut akhirnya dipenuhilah permintaan si anak.

Hhaahh.. bersyukur anak-anak saya gak ada yang manja seperti itu saat kecil. Kami biasakan sebelum pergi dibuat kesepakatan mengapa dan apa yang akan kita lakukan di mall, termasuk apa yang kita inginkan dan apa yang mereka inginkan. Saatnya membeli mainan hanya diberikan bila mereka telah melakukan beberapa hal sebagai apresiasi. Jadi anak saya sudah tahu bahwa kita tidak akan membelikan mainan. Biasanya mereka berkata “Bolehkan kalau aku lihat-lihat dan pegang-pegang saja?” Hahaha… Akhirnya kami tahu apa yang mereka inginkan. Dan nanti bila suatu saat mereka membuat prestasi, saya atau suami membelikannya diam-diam.

Sebenarnya Allah kita adalah Allah yang maha tahu segala kebutuhan dan keinginan kita. Ia ingin kita memiliki hubungan yang akrab denganNya, apalagi kalau bukan melalui doa. Hubungan dekat tentu tidak bisa hanya berjumpa sekali-sekali, tetapi dibangun karena kebiasaan bertemu dan berkomunikasi. Sama halnya dengan anak, tanpa sepatah katapun kita bisa mengenal kira-kira apa yang ingin disampaikan anak kita. Tidak demikian halnya dengan orang yang baru kita kenal.

Tentu Allah tidak ingin kita memiliki hubungan setingkat transaksional, artinya kita berkomunikasi dengan Allah kalau ada maunya. Minta ini dan itu, buat si anak yang akan ujian, akan mencari kerja dan jodoh. Atau rajin berdoa dan ziarah karena ingin sembuh dari penyakit. Setelah dipenuhi permintaannya, tidak lagi serajin dulu berdoa. Tidak lagi rindu untuk bersekutu denganNya, malah berkata… ah, Tuhan sudah tahu keinginan saya.

Hhmm… apakah didalam keluarga kita tidak perlu memelihara komunikasi? Satu saja anggota keluarga tidak ada di rumah saja rasanya ada yang ‘hilang’, tidak bisa bercakap-cakap dan saling menyentuh dan memeluk. Ayah mana? Bunda mana? Mas mana? satu sama lain saling bertanya.

Seperti itulah relasi yang dirindukan Allah, apakah kita merasakan kehilangan bila belum menyapaNya hari ini? Iman yang dicari nanti adalah iman yang senantiasa rindu bersekutu denganNya. Iman tumbuh dari pendengaran, pendengaran akan Firman Kristus (Rm 10:17). Berapa sering? sesering mungkin kita membaca keras-keras sampai terdengar ditelinga kita. Tidak cukup sekali seminggu saat Misa, apalagi hanya sesekali. Makanya sering iman kita runtuh saat terjadi percobaan dan tantangan hidup.

Pagi ini saya sempatkan menghadiri acara tabur bunga di TMP Kalibata atas penganugerahan gelar pahlawan bagi alm Bpk I.J. Kasimo, juga pada beberapa tokoh katolik lainnya seperti L Benny Murdani, Sindunata dan Ben Mangrengsay. Saya yakin mereka sudah lebih menghayati imannya dengan sungguh-sungguh sehingga tidak lagi memikirkan dirinya sendiri tetapi bagaimana membawa kehidupan bangsanya lebih baik lagi.

Mari kita bangun iman yang kokoh seperti para pendahulu kita dimana dengan setia mereka mempelajari FirmanNya dan membangun relasi akrab melalui doa. Bukan lagi doa yang meminta-minta seperti rengekan anak-anak kita, tetapi doa kita adalah ungkapan syukur dan cinta kepada Allah Tritunggal. Bukan lagi berdoa saat kita susah saja, tetapi setiap saat setiap waktu kita membangun relasi denganNya.

===========================================================================================

Bacaan Injil, Luk 18:1-8
Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

One Comment

  1. Postingan romo Wardjito menanggapi renungan ini =

    Jeng Ratna,
    jarang saya memberikan feedback untuk permenungan seperti kali ini. Bagus, indah, dan meyakinkan. Lebih jauh lagi, sama Yesus, tepatlah bahwa ada “tune” denganNya dalam banyak hal, seperti mencet FM 90.00, yang berarti to the point ke Elsinta. Satu “klik” untuk webNya Yesus, terus langsung membuka semua persoalan yang Dia tekuni dengan sepenuh HatiNya. Yesus setuju banget kalau dalam beriman kita ini mensinergikan dengan jurus-jurus samurai, seperti halnya Dia setuju banget dengan jurus-jurus centurion romawi dari Kaparnaum, dan yang kemudian menjadi kata-kata penuh makna mantra sebelum kita sambut Tubuh Dia.

    Shallom,
    h.wardjito scj — kenanganku masih untuk bung Alan Jeffrey Dompas.

Leave a Reply to ratna ariani Cancel reply

Required fields are marked *.