Sumber: http://pujasumarta.multiply.com/journal/item/380/LIMA_ROTI_DUA_IKAN.
Ketika saya berkunjung ke paroki Yohanes Rasul Wonogiri, Sabtu, 20 Agustus 2011, di dinding menuju pastoran saya lihat lukisan Lima Roti & Dua Ikan. Saya selalu seneng melihat lukisan seperti itu. Segera saja saya ambil BB, lalu click. Jadilah foto lukisan Lima Roti & Dua Ikan.
Selang beberapa waktu kemudian saya browsing Google tentang Lima Roti & Dua Ikan. Saya temukan suatu naskah yang inspiratif yang ditayangkan oleh Lyvia Vaness Satigi. Saya cantumkan di sini tuturannya tentang Lima Roti & Dua Ikan, yang dipasang pada Selasa, 01 Desember 2009: http://phiyapunya.blogspot.com/2009/12/lima-roti-dua-ikan.html.
Bertutur tentang Lima Roti & Dua Ikan, ia lontarkan pertanyaan sbb. “Tahukah Anda bahwa zaman ini adalah zaman kering dan gersang seperti padang pasir? Kenapa zaman padang pasir? Karena kebanyakan orang berada dalam keadaan kelaparan – mereka hidup tanpa makanan rohani. Masalah di zaman ini adalah, “Di mana kita dapat membeli roti supaya orang banyak dapat makan?” (Yoh. 6.5)”
Saat Yesus mengucapkan kata-kata itu, Ia tahu apa yang akan Dia lakukan tetapi Dia hanya mau menguji Filipus. Apa yang Filipus katakan? “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Tetapi Andreas berkata, “Di sini terdapat seorang anak yang mempunyai 5 roti jelai dan dua ikan; tetapi apa artinya itu untuk orang sebanyak ini?”
Apakah Anda mempunyai roti dan ikan di tanganmu? Ya, tentu saja. Kita mempunyainya. Di mana? Ada berapa jari di tangan Anda? Ada berapa jari kaki di kaki Anda? Lima di setiap tangan dan kaki. Bagaimana dengan indra Anda? Bukankah semua itu adalah lima roti itu? Sekarang, berapa tangan Anda? Dua! Bagaimana dengan kaki? Juga dua! Begitu juga dengan telinga dan mata Anda. Bukankah semuanya ini merupakan lima roti dan dua ikan Anda?
Ketika para murid meminta roti dan ikan kepada anak kecil itu, ia bisa saja mempunyai empat respon yang berbeda:
Pertama, ia dapat berkata, “Aku tidak mau memberikan kepadamu. Aku lapar, aku mau memakannya sendiri!” Memang banyak orang yang mempunyai sikap yang demikian. Mereka memakan sendiri lima roti dan dua ikan mereka. Namun setelah memakannya mereka tidak dikenyangkan.
Kedua, anak kecil itu bisa saja berkata, “Aku tidak mau memberikan kepadamu! Saudara dan teman-temanku semuanya ada di sini. Mereka mau makan bersamaku.” Sekarang ini banyak juga orang yang bersikap demikian. Tetapi apakah mereka akan dipuaskan? Tidak juga karena makanan itu belum diubah oleh Tuhan.
Ketiga, anak kecil itu bisa saja memanfaatkan situasi dengan berteriak, “Siapa yang mau memakan roti-roti dan ikan-ikan ini? Aku akan menjualnya kepada yang mau membayar tertinggi.” Memang di hari ini terdapat banyak orang yang demikian.
Orang yang merasakan dirinya pintar karena pernah sekolah di luar negeri dan karena itu memasang harga tinggi. Saat diminta untuk pelayanan di gereja, mereka akan berkata, “Jika aku dibayar gaji sekian per tahun, aku akan melayani di gereja Anda. Jika tidak, aku tidak akan mau!” Sangat menyedihkan, kita telah mengkomersialisasikan lima roti dan dua ikan kita.
Keempat, anak kecil itu bisa saja berkata, “Roti dan ikan-ku tidak mungkin dapat memberi makan 5000 orang. Setelah aku memakannya, aku akan membuang sisa-sisanya.” Memang ada orang yang seperti itu. Mereka menyia-yiakan roti dan ikan yang telah Tuhan anugerahkan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Bukankah ini hal yang sangat menyedihkan?
Tetapi anak kecil itu tidak melakukan semua itu. Melainkan setelah Yesus memintanya, anak kecil itu langsung:
menyerahkan ke tangan Yesus
Yesus memberkatinya
Yesus memecah-mecahnya
Yesus memberikan kepada para murid-Nya
Para murid membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Demikian juga, kita adalah roti-roti itu, marilah kita menempatkan diri kita ke dalam tangan Yesus. Jika Anda tidak berada di dalam tangan Yesus, maka Ia tidak akan dapat memberkati kita. Ia juga tidak dapat melindungi kita. Yesus memecah-mecahkan roti itu, demikian juga manusia lama Anda harus dihancurkan agar Anda dapat menerima kuasa dan kekuatan. Di saat Tuhan mengubah Anda, Anda akan dapat memberi makan kepada banyak orang. Setelah Anda diubahkan, sebagaimana roti itu diubah, Anda menjadi saluran berkat kepada banyak orang. Akhirnya semua orang dikenyangkan dan bahkan ada sisa yang berlimpahan. Jadi jangan khawatir, saat Anda memberikan diri kepada Tuhan, walaupun Anda sibuk melayani dan memberi tetapi akan tersisa sukacita yang berkelimpahan bagi Anda, sebagaimana setelah memberikan 5000 orang, masih ada 12 bakul sisa makanan yang dibawa pulang para murid.
Jadi, marilah, berikanlah segalanya bagi Tuhan!
(Sumber: Dirangkum dan diterjemahkan dari khotbah John Sung, On Dedication)
Salam, doa ‘n Berkah Dalem,
+ Johannes Pujasumarta -Uskup Agung Semarang