Fiat Voluntas Tua

Rahasia Arwah-arwah di Api Penyucian

| 0 comments

Sumber : http://renungantaize2011.blogspot.com/2011/08/rahasia-arwah-arwah-di-api-penyucian.html#more

Wawancara Suster Emmanuel dari Medjugorje dengan visionari Maria Simma
Suatu hari, saya membaca dengan penuh antusias sebuah buku mengenai arwah-arwah di Api Penyucian. Saya sungguh terpesona karena isinya menyangkut kesaksian-kesaksian baru-baru ini dan juga menjelaskan dengan baik tentang doktrin-doktrin Gereja Katolik tentang topik tersebut. Buku itu dikarang oleh Maria Simma, dan berjudul The Souls in Purgatory Told Me… (Jiwa-jiwa di Api Penyucian Bercerita Kepada Saya). Segera saya menulis kepada editor yang lantas memberitahu bahwa Maria Simma masih hidup. Secepatnya saya menghubunginya dan dia setuju bertemu dengan saya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang banyak!
Saya senang, karena setiap kali saya mendapat kesempatan untuk berbicara atau berceramah tentang jiwa-jiwa yang malang, saya menemukan bahwa ada rasa tertarik yang kuat dari para pendengar. Seringkali, mereka memohon saya untuk bercerita lebih lanjut, mendesak saya lebih jauh, dan bertanya: “Ceritakanlah lebih mendetail, hal-hal lain tentang jiwa-jiwa ini.” Saya melihat nyatanya bahwa ceramah saya memenuhi kehausan yang vital, kehausan untuk mengetahui apa yang menunggu kita, masing-masing, setelah kematian.
Harus disebutkan juga disini bahwa topik ini sangat jarang diajarkan lagi di paroki-paroki maupun dalam katekis, praktisnya tidak dimanapun. Jadi ada kekosongan besar, boleh dikatakan suatu keacuhan, bahkan kegelisahan terhadap realitas yang menyangkut hal-hal akhir.
Oleh karena itu buku kecil ini akan membantu untuk menghapuskan kekhawatiran kita terhadap Api Penyucian tetapi juga mengajarkan kita, semoga, untuk mengerti rencana Tuhan bagi kita, takdir kita sungguh-sungguh luar biasa, indah, dan patut mendapat rasa antusiasme kita. Demikian juga, bahwa kita punya kemampuan selama masih di bumi ini untuk memberikan kebahagiaan bagi arwah orang-orang yang sudah meninggal, bagi satu hal, dan untuk menemukan kebahagiaan itu bagi diri kita sendiri juga, dalam hidup kita.
Sekarang, Maria Simma berumur 82 tahun; dia tinggal sendirian di rumah kecil di Sonntag, sebuah desa yang bersahaja di pegunungan Vorarlberg, Austria, dan disanalah saya menemuinya.
Siapakah Maria Simma?
Seorang wanita desa yang sejak masa kanak-kanaknya, telah banyak berdoa bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian. Ketika ia berumur 25 tahun, dia diberi karisma yang lain dari pada yang lain di Gereja, yang sangat langka, yaitu karisma kunjungan oleh jiwa-jiwa di Api Penyucian. Dia adalah seorang umat Katolik yang taat dan sangat rendah hati, dan sangat sederhana. Dia diberi banyak dorongan bagi tugasnya oleh pastor paroki maupun bapa uskup setempat. Meskipun mendapat karisma yang sifatnya sangat luar biasa, dia hidup dalam kemiskinan. Contohnya, di kamarnya yang kecil kami hampir sama sekali tidak memiliki ruang gerak di sekitar kursi-kursi yang diberikan kepada kami…
Suatu karisma yang langka? Ya, tetapi jelas punya akar yang mendalam pada sejarah Gereja, karena banyak orang kudus baik yang dikanonisasi atau tidak, yang memiliki karisma serupa. Saya bisa sebutkan contohnya, Santa Gertrude, Santa Catherine dari Genoa yang banyak menulis tentang Api Penyucian, Maryam dari Yesus, Santa Margaret Mary dari Paray-le-Monial yang mendapat penglihatan Hati Kudus, Cure de Ars (Santo John Mary Vianney) yang kudus, Beata Faustina Kowalska, Santo John Bosco, Beata Maryam dari Betlehem, dan lain-lainnya. Sebuah buku bisa ditulis tentang topik ini, bahkan saya pikir sudah ada beberapa buku. Kalau kita memperhatikan dengan seksama ajaran-ajaran para kudus ini, kita lihat bahwa mereka semua mengatakan hal yang sama; dan Maria Simma bisa dibilang sekedar menghidupkan kembali kesaksian-kesaksian para kudus lainnya.
Inilah alasannya mengapa saya tidak ragu-ragu untuk mewawancarainya, karena dia hidup pada masa yang sama dengan kita, dan bersedia menyediakan waktunya. Bisa anda bayangkan kalau saya memberondongnya dengan banyak pertanyaan-pertanyaan, setidaknya hampir semuanya!… Masalahnya adalah dia sama sekali tidak dapat berbahasa Perancis, dan karenanya saya harus menggunakan seorang penterjemah.
Demi singkatnya dan jelasnya saya akan merangkum beberapa jawaban-jawaban Maria sedangkan pada kesempatan lain saya menterjemahkan kata-katanya sendiri. Saya juga akan menambahkan disana sini komentar-komentar saya pribadi.
 Wawancara dengan Maria Simma

PERTAMA KALINYA

Maria, bisakah anda menceritakan kepada kami bagaimana anda pertama kali dikunjungi oleh arwah dari Api Penyucian?
Ya, waktu itu tahun 1940. Suatu malam, sekitar jam 3 atau 4 pagi, saya mendengar seseorang masuk ke dalam kamar tidur saya. Hal itu membuat saya terbangun. Saya mencari-cari siapa gerangan yang dapat masuk ke dalam kamar tidur saya.
Apakah anda ketakutan?
Tidak, saya tidak takut sama sekali. Bahkan sewaktu saya masih kecil, ibu saya mengatakan bahwa saya anak yang spesial karena saya tidak pernah merasa takut.
Jadi, malam itu… ceritakanlah kepada kami!
Saya melihat seorang yang sama sekali tidak saya kenal. Dia berjalan bolak balik secara perlahan. Saya berseru keras kepadanya: “Bagaimana anda dapat masuk kesini? Pergilah!” Tetapi dia terus berjalan dengan tidak sabar disekeliling kamar tidur, seolah-olah dia tidak mendengar perkataan saya. Jadi saya kembali bertanya: “Apa yang sedang anda lakukan?” Tetapi karena dia tetap tidak memberi jawaban, saya turun dari ranjang dan mencoba menjamahnya, tetapi saya hanya menjamah udara kosong. Tidak ada apa-apa disana. Jadi saya kembali ke ranjang, tetapi kembali saya mendengarnya berjalan bolak-balik.
Saya membayangkan bagaimana saya bisa melihat lelaki ini tetapi saya tidak dapat menjamahnya. Saya bangkit kembali untuk mencoba memegang orang itu dan menghentikan dia; kembali saya hanya merasakan kekosongan belaka.
Bingung, saya lantas kembali ke ranjang. Dia tidak muncul kembali, tetapi saya tidak dapat kembali tidur. Hari berikutnya setelah Misa, saya menemui pembimbing spiritual saya dan menceritakan segalanya kepadanya. Dia berkata bahwa jika hal ini terulang kembali, saya jangan bertanya, “Siapakah anda?” melainkan “Apa yang anda inginkan dari saya?”
Malam berikutnya orang tersebut muncul kembali, jelas-jelas orang yang sama. Saya bertanya kepadanya “Apa yang anda inginkan dari saya?” Dia menjawab: “Rayakan tiga Misa Kudus bagi saya dan saya akan dibebaskan.”
Jadi saya mengerti bahwa ia adalah arwah di Api Penyucian. Pembimbing spiritual saya menegaskan hal ini.
Dia juga menasehatkan agar saya jangan mengusir jiwa-jiwa yang malang tersebut, tetapi menerima mereka dengan segala kemurahan hati apapun yang mereka minta dari saya.
Dan setelah itu, apakah kunjungan-kunjungan itu berlanjut?
Ya. Selama beberapa tahun, hanya ada tiga atau empat arwah, semua di bulan November. Setelah itu, ada lebih banyak lagi.
SEBUAH LUKA-KASIH
Apa yang diminta oleh arwah-arwah ini dari anda?
Pada umumnya mereka minta dirayakan Misa-misa Kudus dan seseorang hadir pada Misa-misa tersebut; mereka meminta supaya doa-doa Rosario diucapkan dan juga agar seseorang melakukan Perhentian-perhentian Jalan Salib.
Pada saat ini, suatu pertanyaan utama muncul: Sesungguhnya apakah Api Penyucian tersebut? Saya akan katakan bahwa itu adalah merupakan ciptaan Tuhan yang luar biasa. Ijinkan saya untuk memberikan anda suatu gambaran dari saya sendiri. Misalkan suatu ketika sebuah pintu terbuka dan sesosok mahluk muncul, sangat luar biasa indah, keindahan yang tidak pernah ada di dunia. Anda terpesona, terpesona oleh mahluk cahaya yang indah ini, terlebih-lebih mahluk tersebut menunjukkan bahwa ia sangat mengasihi anda – anda tidak pernah membayangkan kalau anda begitu dikasihi. Anda juga merasakan bahwa anda punya keinginan besar untuk menjadi satu dengannya. Dan api cintakasih yang menyala dalam hati anda mendorong anda untuk menyerahkan diri anda kedalam tangannya.
Tetapi tunggu dulu – anda sadar pada saat ini bahwa anda belum mandi selama berbulan-bulan dan anda bau sekali; hidung anda penuh lendir, rambut anda kotor dan lengket, ada noda besar di baju anda dan lain sebagainya. Jadi anda berkata kepada diri sendiri, “Saya tidak bisa memberikan diri saya dengan kondisi seperti ini. Pertama saya harus pergi dan membersihkan diri: mandi bersih, lantas saya akan segera kembali.”
Tetapi cintakasih yang telah lahir dalam hati anda begitu kuatnya, menyala-nyala, begitu dahsyat, sehingga penundaan ini demi untuk membersihkan diri ini menjadi sangat tidak tertahankan. Dan rasa sakit karena absennya anda, meski jika hanya untuk selama beberapa menit saja, adalah luka yang hebat di dalam hati, proporsional terhadap intensitas pernyataan cintakasih – ini adalah sebuah “luka cinta-kasih”.
Api Penyucian tepat seperti ini. Sebuah penundaan yang diakibatkan oleh ketidak-sucian kita sendiri, sebuah penundaan sebelum menerima Tuhan, sebuah luka cintakasih yang menyebabkan penderitaan yang luar biasa, sebuah penungguan, sebuah nostalgia cintakasih. Pembakaran inilah tepatnya, kerinduan ini yang membersihkan kita dari apapun yang masih kotor dalam diri kita. Api Penyucian adalah suatu tempat keinginan, keinginan yang dahsyat akan Tuhan, kerinduan akan Tuhan yang telah kita kenal, karena kita telah menyaksikannya, tetapi dengan siapa kita belum dipersatukan.
Sekarang saya akan menanyakan kepada Maria untuk menjelaskan sebuah poin yang mendasar:
Maria, apakah jiwa-jiwa di Api Penyucian memiliki, setidak-tidaknya, suka cita dan pengharapan di tengah-tengah penderitaan mereka
Ya. Tidak ada arwah yang ingin kembali dari Api Penyucian ke dunia. Mereka memiliki pengetahuan yang jauh melebihi yang kita miliki. Mereka sungguh tidak dapat memutuskan untuk kembali ke kegelapan dunia.
Disini kita melihat perbedaan dari penderitaan yang kita kenal di dunia. Di Api Penyucian, meskipun penderitaan yang dialami oleh jiwa begitu hebatnya, ada kepastian akan hidup selamanya dengan Tuhan. Ini adalah kepastian yang tidak tergoyahkan. Kesukacitaannya lebih besar daripada penderitaan. Tidak ada apapun di bumi yang dapat membuat mereka ingin kembali kesana, dimana seseorang tidak pernah dapat yakin akan segala sesuatu.
Maria, dapatkan anda menceritakan kepada kami sekarang jikalau Tuhanlah yang mengirimkan arwah seseorang kedalam Api Penyucian, atau apakah arwah tersebut sendiri yang memutuskan untuk pergi ke sana?
Arwah itu sendiri yang ingin pergi ke Api Penyucian, demi untuk menjadi murni sebelum dapat masuk ke Surga.
Arwah-arwah di Api Penyucian menurut pada kehendak Allah sepenuhnya, mereka bersukacita atas kebaikan, mereka menginginkan yang terbaik bagi kita dan mereka sangat mengasihi: mereka mengasihi Allah dan mereka juga mengasihi kita. Mereka dipersatukan dengan sempurna dengan Roh Allah, terang Allah.
Maria, pada saat ajal, apakah seseorang melihat Allah secara sepenuhnya ataukah dengan cara tidak tampak jelas?
Dengan cara tidak tampak jelas, tetapi, pada saat yang sama, dengan terang yang sedemikian rupa sehingga ini cukup untuk menimbulkan kerinduan yang dahsyat.
Sesungguhnya, terang yang begitu gemilang dibandingkan dengan kegelapan dunia. Dan masih bukan apa-apa dibandingkan dengan terang seutuhnya yang jiwa akan ketahui ketika jiwa tersebut tiba di Surga. Disini kita bisa merujuk pada “pengalaman-pengalaman orang yang nyaris mati.” Jiwa seseorang begitu tertariknya kepada terang ini sehingga sungguh merupakan suatu penderitaan baginya untuk kembali ke bumi ke dalam tubuhnya setelah pengalaman ini.
KEMURAHAN HATI MENEBUS SEJUMLAH DOSA-DOSA
Maria, dapatkan anda menceritakan kepada kami apa peran Bunda Maria terhadap jiwa-jiwa di Api Penyucian?
Dia sering datang untuk menghibur mereka dan untuk memberitahu mereka bahwa mereka telah banyak melakukan hal-hal baik. Dia memberi mereka semangat.
Apakah ada hari-hari tertentu dimana Bunda Maria membebaskan mereka?
Diantara semuanya, Hari Natal, Hari Semua Orang Kudus, Hari Jumat Agung, Hari Raya Maria Diangkat ke Surga, dan Hari Raya Yesus Naik ke Surga.
Maria, mengapa seseorang masuk kedalam Api Penyucian? Dosa-dosa manakah yang paling membawa ke dalam Api Penyucian?
Dosa-dosa terhadap kemurahan hati, terhadap kasih kepada sesama, kebekuan hati, permusuhan, fitnah, pengrusakan nama baik seseorang – segala hal-hal semacam ini.
Mengatakan hal-hal yang buruk dan fitnah adalah diantara noda-noda yang terburuk yang membutuhkan pemurnian yang lama?Ya.
Disini, Maria memberi sebuah contoh yang sungguh mengejutkan dia yang ingin saya ceritakan kepada anda.
Dia telah diminta untuk mencari tahu jikalah seorang wanita dan seorang pria berada di Api Penyucian.
Betapa terkejutnya mereka yang menanyakan hal tersebut, karena wanita tersebut telah berada di Surga sedangkan yang pria masih berada di Api Penyucian. Sesungguhnya, wanita ini meninggal ketika sedang menjalani aborsi, sementara sang pria seringkali pergi ke gereja dan tampaknya menjalani hidup dengan baik dan taat.
Jadi Maria mencari informasi lebih jauh, dan berpikir bahwa dia telah salah duga – tetapi, tidak, ternyata memang benar demikian adanya. Mereka berdua meninggal pada saat yang bersamaan, tetapi sang wanita sempat bertobat secara mendalam, dan sangat rendah hati, sementara sang pria seringkali mengkritik semua orang; dia selalu memprotes dan mengatakan hal-hal buruk tentang orang lain. Inilah sebabnya mengapa dia berada lama di Api Penyucian. Dan Maria menyimpulkan: “Kita tidak bisa menilai dari penampilan.”
Dosa-dosa lain terhadap kemurahan-hati adalah penolakan kita terhadap orang-orang tertentu yang tidak kita sukai, penolakan kita untuk berdamai, penolakan kita untuk memaafkan, dan segala kegetiran yang kita simpan dalam hati.
Maria juga menggambarkan poin ini dengan sebuah contoh yang lain untuk kita pikirkan. Ini kisah tentang seorang wanita yang sangat ia kenal. Wanita ini meninggal dan berada di Api Penyucian, di Api Penyucian yang paling mengerikan, dengan kesengsaraan yang paling hebat. Dan ketika dia datang untuk menemui Maria, dia menjelaskan mengapa sebabnya: dia mempunyai seorang teman wanita; diantara mereka muncul suatu permusuhan yang hebat, yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Dia telah memelihara permusuhan ini tahun demi tahun, meskipun sahabatnya telah berulang-kali meminta untuk berdamai, untuk kembali bersahabat. Tetapi setiap kali dia menolak. Ketika dia jatuh sakit parah, dia terus menutup hatinya, menolak berdamai yang ditawarkan oleh kawannya, sampai kematiannya. Saya percaya contoh ini adalah contoh yang penting mengenai kebencian yang dipelihara. Dan kata-kata kita sendiri juga, bisa merusak: kita tidak akan pernah bisa menekankan betapa suatu kata yang kritis atau pahit bisa sungguh-sungguh membunuh – tetapi juga, sebaliknya, betapa sebuah kata bisa menyembuhkan.
Maria, harap ceritakan kepada kami: siapakah orang-orang yang punya kesempatan terbesar untuk langsung masuk ke Surga?
Mereka yang mempunyai hati yang baik terhadap semua orang. Cintakasih menebus sejumlah besar dosa-dosa.
Ya, Santo Paulus sendiri mengatakan hal ini!
Apakah cara-cara yang bisa kita lakukan di dunia untuk menghindari Api Penyucian dan langsung masuk ke Surga?
Kita harus melakukan banyak hal bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian, oleh karena mereka menolong kita pada gilirannya. Kita harus memiliki banyak kerendahan hati; ini adalah senjata terbesar melawan kejahatan, melawan Yang Jahat. Kerendahan hati mengusir kejahatan.
Saya tidak bisa menghindar untuk menceritakan sebuah kesaksian yang sangat indah oleh Father Berlioux (yang menulis sebuah buku yang bagus tentang jiwa-jiwa di Api Penyucian), mengenai bantuan yang diberikan oleh jiwa-jiwa ini terhadap orang-orang yang membebaskan mereka melalui doa-doa dan pengorbanan mereka.
Dia mengisahkan tentang seorang yang membaktikan dirinya demi jiwa-jiwa yang malang, dimana dia telah mengkonsekrasikan hidupnya demi membantu membebaskan mereka.
“Pada saat menjelang ajalnya, wanita ini diserang dengan ganas oleh iblis yang melihat dia lepas dari cengkeramannya. Tampaknya seluruh jurang bersatu melawan dia, mengelilinginya dengan pasukan neraka.
Wanita yang menjelang ajal ini memberontak dengan susah payah untuk beberapa waktu ketika tiba-tiba dia melihat masuk kedalam apartmentnya sejumlah arwah-arwah tak dikenal yang bercahaya menyilaukan indah, yang membuat iblis melarikan diri dan, mendekati ranjang wanita tersebut, berbicara kepadanya dengan dukungan semangat surgawi dan penghiburan. Dengan tarikan nafasnya terakhir wanita itu bertanya, dengan penuh sukacita, dia menangis: ‘Siapakah kalian? Siapakah kalian, oh, kalian yang sangat baik terhadap saya?’
“Para pengunjung yang baik hati tersebut menjawab: ‘Kami adalah penghuni Surga, yang atas pertolonganmu telah dipimpin kedalam Kebahagian Surgawi. Dan kami pada gilirannya datang dengan penuh rasa terima kasih untuk menolong anda menyeberangi batas kekekalan dan menyelamatkan anda dari tempat yang sengsara ini untuk membawamu kedalam sukacita Kota yang Kudus.’
“Atas kata-kata tersebut, sebuah senyuman muncul pada wajah wanita yang sekarat tersebut, matanya menutup dan diapun tertidur dalam damai Tuhan Yesus. Jiwanya, murni seperti merpati, dipersembahkan kepada Raja segala raja, mendapat banyak pelindung dan pembela sebanyak jiwa-jiwa yang telah ia tolong dulunya, dan ia layak atas kemuliaan, ia masuk dengan kemenangan, ditengah-tengah sorak dan berkat dari mereka yang telah ia tolong bebaskan dari Api Penyucian. Semoga kita, suatu hari, mendapat kebahagiaan yang serupa.”
Jiwa-jiwa yang dibebaskan atas pertolongan doa-doa kita sangat berterima kasih: mereka menolong kita dalam hidup kita; bisa kita rasakan. Saya dengan tegas merekomendasikan supaya anda mengalaminya sendiri! Mereka sungguh-sungguh menolong kita; mereka tahu kebutuhan-kebutuhan kita dan memintakan banyak rahmat bagi kita.
Maria, saya memikirkan tentang Pencuri yang Bertobat yang berada di sebelah Yesus di Salib. Saya sungguh ingin mengetahui apakah yang dilakukannya sehingga Yesus menjanjikannya bahwa hari itu juga seterusnya dia akan berada di dalam Kerajaan bersama Dia?
Pencuri itu dengan rendah hati menerima penderitaannya, mengatakan bahwa hal itu adil. Dan dia menyemangati pencuri yang satunya lagi untuk menerima penderitaannya juga. Dia takut akan Allah, yang berarti memiliki kerendahan hati.
Suatu contoh lain yang bagus dikisahkan oleh Maria Simma menunjukkan betapa sebuah tindakan yang baik menebus sebuah hidup yang penuh dosa. Mari dengarkan dari Maria sendiri:
“Saya kenal seorang lelaki muda yang kira-kira berumur 20 tahun, di desa yang berdekatan. Desa tempat tinggal orang ini telah ditimpa bencana serentetan tanah longsor yang telah membunuh sejumlah besar penduduk.
“Suatu malam, orang muda ini berada di rumah orang-tuanya ketika dia mendengar tanah longsor tepat di sebelah rumahnya. Dia mendengar jeritan-jeritan yang memekakkan, menyayat hati, ‘Selamatkan kami! Datanglah, selamatkanlah kami! Kami terjebak di bawah longsoran ini!’
“Melompat, bangkitlah dia dari ranjangnya dan tergesa-gesa turun ke bawah untuk menyelamatkan orang-orang ini. Ibunya telah mendengar jeritan-jeritan tersebut dan mencegahnya untuk pergi; dia menghalang di depan pintu dan berkata ‘Tidak! Biarkan orang-orang lain yang menolong mereka, jangan selalu kita! Terlalu berbahaya di luar, saya tidak ingin ada lagi yang meninggal!’ Tetapi dia, karena telah terdorong oleh jeritan-jeritan ini, sungguh ingin menolong orang-orang tersebut; dia mendorong ibunya kesamping. Dia berkata: ‘Ya! Saya pergi, saya tidak dapat membiarkan mereka mati seperti ini!’ Dia keluar, dan lantas dia sendiri di tengah jalan, tertimbun tanah longsor dan mati terbunuh.
“Tiga hari setelah kematiannya, dia datang untuk mengunjungi saya, pada malam hari, dan dia berkata kepada saya: ‘Rayakanlah tiga Misa Kudus untuk saya; olehnya, saya akan dibebaskan dari Api Penyucian.’ Saya pergi untuk memberitahu sanak keluarga dan teman-temannya; mereka tercengang ketika mengetahui bahwa hanya setelah tiga kali Misa Kudus, dia akan dibebaskan dari Api Penyucian. Sahabat-sahabatnya berkata: ‘Oh, saya tidak akan ingin untuk menjadi dirinya pada saat kematian, jika anda tahu hal-hal buruk yang telah dia lakukan selama ini!’
“Tetapi orang muda ini berkata kepada saya: ‘Anda tahu, saya telah melakukan tindakan kasih yang tulus dengan membahayakan diri saya sendiri demi orang-orang tersebut; atas hal inilah Tuhan menerima saya begitu cepat kedalam SurgaNya. Ya, belaskasihan menebus sejumlah besar dosa-dosa…’”
Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa belaskasihan, satu tindakan kasih yang diberikan secara cuma-cuma, telah cukup untuk memurnikan jiwa orang muda ini dari kehidupan yang immoral; dan Tuhan Yesus telah mempergunakan sebaik-baiknya dari satu saat cintakasih tersebut. Maria bahkan menambahkan bahwa orang muda ini tidak akan pernah lagi mendapat kesempatan untuk mempersembahkan tindakan kasih yang sedemikian besar, dan bisa bertambah buruk. Tuhan dalam belaskasihNya, mengambil nyawa orang tersebut ketika ia muncul di hadapan Allah pada kondisinya yang terbaik, terbersih, oleh karena tindakan kasih tersebut.
Sangat penting kiranya, pada saat menjelang ajal, untuk menyerahkan diri kepada kehendak Allah.
Maria mengatakan kepada saya tentang kasus seorang ibu atas empat anak yang menjelang ajal. Bukannya memberontak dan khawatir, dia berkata kepada Tuhan: “Saya menerima ajal, sepanjang itu adalah kehendakMu, dan saya akan menaruh nyawa saya ke dalam tanganMu. Saya mempercayakan anak-anak saya kepadaMu dan saya tahu bahwa Engkau akan menjaga mereka.”
Maria berkata bahwa, karena kepercayaannya yang besar terhadap Tuhan, wanita ini langsung masuk ke Surga dan terhindar dari Api Penyucian.
Oleh karena itu, kita sungguh dapat mengatakan bahwa kasih, kerendahan hati, dan menurut pada kehendak Allah adalah tiga kunci emas untuk dapat langsung masuk ke Surga.
RAYAKAN MISA BAGI MEREKA
Maria, dapatkah anda sekarang memberitahukan kami cara-cara apa yang paling efektif untuk membantu membebaskan arwah-arwah dari Api Penyucian?
Cara yang paling efisien adalah melalui Misa Kudus
Mengapa Misa Kudus?
Karena itulah Yesus Kristus sendiri yang menawarkan diriNya karena kasih terhadap kita. Adalah kurban Yesus sendiri kepada Allah, kurban yang paling indah. Imam adalah wakil Allah, tetapi itulah Allah sendiri yang mempersembahkan diriNya sendiri dan mengurbankan diriNya sendiri bagi kita. Manfaat Misa bagi orang yang telah meninggal bahkan lebih besar bagi mereka yang sangat menghargai Misa Kudus selama hidup mereka. Jika mereka menghadiri Misa Kudus dan merayakan dengan segenap hati mereka, jika mereka pergi ke Misa harian – sesuai dengan waktu yang tersedia bagi mereka – mereka mendapatkan manfaat yang besar dari Misa-misa Kudus yang dirayakan bagi mereka. Disinipun, seseorang menuai apa yang telah mereka taburkan.
Arwah di Api Penyucian melihat dengan sangat jelas pada hari penguburannya jika kita sungguh-sungguh berdoa baginya atau jika kita hanya sekedar hadir untuk menunjukkan kita ada disana. Jiwa-jiwa yang malang berkata bahwa air mata tidak ada manfaatnya bagi mereka, hanya doa-doa. Seringkali mereka mengeluh bahwa orang-orang pergi ke pemakaman tanpa mengucapkan sepatah doapun kepada Tuhan, tetapi mengeluarkan banyak air mata; ini tiada manfaatnya!
Mengenai Misa Kudus, saya akan mengutip sebuah contoh yang indah oleh Santo John Mary Vianney (dikenal dengan julukan: Cure de Ars) kepada umat parokinya. Dia berkata:
“Anak-anakku, seorang imam yang baik bersedih kehilangan seorang kawan yang sangat dikasihinya, dan dia banyak berdoa demi peristirahatan jiwanya.”Suatu hari, Allah menunjukkan kepadanya bahwa sahabatnya berada di Api Penyucian dan sangat menderita. Imam yang suci ini percaya bahwa dia tidak dapat melakukan yang lebih baik selain mempersembahkan Kurban Kudus dari Misa bagi sahabatnya yang baik yang telah meninggal. Pada saat konsekrasi, dia mengambil roti diantara jari-jarinya dan berkata ‘Bapa Yang Kudus dan Kekal, marilah kita membuat suatu pertukaran. Engkau memegang nyawa sahabat saya yang berada di Api Penyucian, dan saya memegang Tubuh PuteraMu dalam tangan saya. Baiklah, Bapa yang baik dan penuh belas kasih, bebaskanlah sahabat saya dan saya mempersembahkan kepadaMu PuteraMu dengan segenap wafatNya dan SengsaraNya.’
“Permintaan itu dijawab. Sesungguhnya, pada saat ia mengangkat roti tersebut, dia melihat arwah sahabatnya, bersinar dalam kemuliaan, naik ke Surga; Tuhan telah menerima pertukaran tersebut.
“Anak-anakku, ketika kita ingin membebaskan dari Api Penyucian arwah orang yang kita kasihi, marilah kita lakukan hal yang sama: marilah kita persembahkan kepada Tuhan, melalui Kurban KudusNya, PuteraNya yang terkasih dengan segenap wafatNya dan SengsaraNya. Dia tidak akan menolak kita apapun.”
JANGAN SIA-SIAKAN PENDERITAANMU DI DUNIA
Ada cara-cara lain, sangat bermanfaat, untuk menolong jiwa-jiwa yang malang: persembahan penderitaan-penderitaan kita, penitensi kita, seperti berpuasa, pengorbanan-pengorbanan pribadi lainnya – dan tentunya penderitaan yang tidak disengaja seperti penyakit.
Maria, anda telah seringkali diajak untuk menderita bagi jiwa-jiwa yang malang, demi untuk membebaskan mereka. Dapatkah anda ceritakan kepada kami apa yang telah anda alami dan lakukan selama saat-saat tersebut?
Pertama kalinya, satu arwah meminta saya jika saya tidak berkeberatan menderita secara fisik selama tiga jam bagi nya, dan bahwa setelah itu saya bisa kembali bekerja. Saya berkata kepada diri sendiri: “Jika itu berakhir setelah tiga jam, saya bisa menerimanya.” Selama tiga jam tersebut, saya mendapat kesan bahwa rasanya seperti tiga hari, betapa sengsaranya. Tetapi pada akhirnya, saya melihat jam saya dan saya melihat bahwa hal itu cuma berlangsung selama tiga jam saja. Arwah wanita tersebut mengatakan bahwa dengan menerima penderitaan dengan penuh kasih selama tiga jam, saya telah menyelamatkan dia dari dua puluh tahun di Api Penyucian!
Ya, tetapi mengapa anda hanya menderita untuk tiga jam untuk menghindari dua puluh tahun Api Penyucian? Apa yang menyebabkan penderitaan anda sehingga bernilai lebih?
Karena penderitaan di bumi tidak sama nilainya. Di dunia, ketika kita menderita, kita bisa tumbuh dalam kasih, kita bisa mendapatkan manfaat, yang tidak sama dengan penderitaan di Api Penyucian. Di Api Penyucian, penderitaan cuma untuk memurnikan kita dari dosa. Di dunia, kita memiliki segala rahmat. Kita punya kebebasan untuk memilih.
Semua ini sungguh menimbulkan semangat karena memberikan arti yang luar biasa bagi penderita-penderitaan kita; penderitaan yang dipersembahkan, secara sengaja atau tidak disengaja, bahkan pengorbanan kecil yang kita buat, penderitaan maupun penyakit, kemalangan, kegagalan… jika kita menjalaninya dengan sabar, jika kita menerimanya dengan rendah hati, maka penderitaan-penderitaan ini dapat memiliki kuasa yang tidak diketahui sebelumnya, untuk menolong banyak jiwa.
Hal terbaik untuk dilakukan, Maria berkata, adalah mempersatukan penderitaan kita dengan sengsara Yesus, dengan menaruhnya ke dalam tangan Maria. Dia adalah satu-satunya yang tahu bagaimana menggunakannya secara terbaik, karena seringkali kita sendiri tidak mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang paling penting di sekeliling kita.
Segala ini, tentunya, Maria akan memberikan kembali kepada kita pada saat menjelang ajal.
Anda lihat, penderitaan-penderitaan yang dipersembahkan ini akan menjadi harta kita yang paling berharga di dunia yang akan datang. Kita harus saling mengingatkan satu sama lain tentang ini dan saling memberi semangat satu sama lain ketika kita menderita.
DAN JANGAN BERDOA DENGAN SETENGAH HATI
Salah satu cara lain yang efektif, Maria berkata, adalah dengan melakukan Perhentian Jalan Salib, karena dengan merenungkan sengsara Yesus, kita mulai sedikit demi sedikit membenci dosa, dan menginginkan keselamatan bagi semua orang. Dan kecenderungan hati ini membawa kelegaan besar kepada arwah-arwah di Api Penyucian.
Perhentian Jalan Salib juga membawa kita kepada pertobatan; kita mulai bertobat ketika menghadapi dosa.
Poin lainnya, sangat menolong jiwa-jiwa di Api Penyucian, adalah mengucapkan doa Rosario, seluruh 15 misteri/peristiwa, demi orang-orang yang sudah meninggal. Melalui rosario, banyak jiwa-jiwa dibebaskan dari Api Penyucian setiap tahunnya; harus disebutkan pula disini bahwa adalah Maria, Bunda Allah sendiri yang datang ke Api Penyucian untuk membebaskan jiwa-jiwa. Ini sangatlah indah karena jiwa-jiwa di Api Penyucian memanggil Bunda Maria dengan sebutan “Bunda Belaskasih.”
Arwah-arwah juga memberitahu Maria bahwa indulgensi memiliki nilai yang tinggi bagi pembebasan mereka. Sungguh kejam untuk tidak menggunakan kekayaan ini yang direkomendasikan oleh Gereja bagi kebaikan jiwa-jiwa. Topik mengenai indulgensi akan terlalu panjang untuk dijelaskan disini, tetapi saya dapat merujuk pada naskah yang bagus yang ditulis oleh Paus Paulus VI di tahun 1968 tentang topik ini. Anda dapat bertanya kepada pastor paroki mengenainya, atau mencarinya di toko buku religius setempat.
Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa cara yang bagus untuk menolong arwah-arwah di Api Penyucian adalah pada umumnya berdoa; segala jenis doa. Saya ingin memberikan anda suatu kesaksian oleh Hermann Cohen, seorang seniman Yahudi yang menjadi Katolik pada tahun 1864 dan sangat menghormati Ekaristi. Dia meninggalkan kehidupan duniawi dan bergabung dengan suatu tarekat religius yang sangat ketat; dia sering melakukan adorasi terhadap Sakramen Mahakudus yang sangat ia hormati. Selama adorasi, dia memohon Tuhan Yesus agar meng-Katolik-an ibunya yang sangat dicintainya. Tetapi, ibunya meninggal tanpa pernah menjadi Katolik. Sehingga Hermann, yang sangat berduka, tersungkur di hadapan Sakramen Mahakudus, dengan kesedihan yang mendalam, dan berdoa: “Tuhan Yesus, aku berhutang segalanya kepadamu, memang benar demikian. Tetapi apa yang pernah aku tolak dariMu? Masa mudaku, harapan-harapanku di dunia, kesejahteraanku, kebahagiaan dari sebuah keluarga, istirahat – mungkin layak untuk didapat – semua dikorbankan segera setelah Engkau memanggil aku. Dan Engkau, ya Tuhan, Kebaikan Abadi, yang berjanji untuk memberikan seratus kali lipat, Engkau telah menolak jiwa ibuku. Ya Tuhanku, aku menyerah pada kemartiran ini, aku akan berhenti berkeluh-kesah.” Dia menyerukan kemalangan hatinya. Sekonyong-konyong, suatu suara yang misterius terdengar olehnya:
“Manusia yang kecil imannya! Ibumu telah diselamatkan. Ketahuilah bahwa doa sangat besar kuasanya ketika Aku hadir. Aku menghimpun semua doa-doa yang telah engkau alamatkan kepadaKu demi untuk ibumu, dan Kasih Allah menghantarkannya pada saat menjelang ajalnya.
“Pada saat ajalnya, Aku datang kepadanya; ibumu melihat Aku dan berseru: ‘Tuhanku ya Allahku!’ Bersukacitalah, ibumu telah terhindar dari kutukan abadi dan puji syukur yang dipanjatkan dengan rajin akan segera membebaskan arwahnya dari belenggu Api Penyucian.”
Dan kita tahu bahwa Father Hermann Cohen, segera setelah itu, mengetahui melalui penampakan yang kedua bahwa ibunya telah diangkat ke Surga.
Saya sangat merekomendasikan juga doa-doa Santa Bridget dari Swedia, yang paling direkomendasikan bagi jiwa-jiwa yang malang.
Bisa saya tambahkan satu hal penting: arwah-arwah di Api Penyucian tidak bisa lagi melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri; mereka sama sekali tergantung pada kita. Jika kita tidak berdoa bagi mereka, mereka sama sekali ditelantarkan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyadari kuasa yang sangat besar, kuasa luar biasa yang kita masing-masing miliki untuk membebaskan jiwa-jiwa yang menderita ini.
Kita tidak akan berpikir dua kali untuk menyelamatkan seorang anak yang jatuh dari pohon dan terluka. Tentunya kita akan melakukan apapun baginya. Jadi dengan cara yang sama, kita harus memberi perhatian yang besar kepada jiwa-jiwa ini, yang mengharapkan segalanya dari kita, bahkan pengorbanan yang terkecil sekalipun, berharap setidak-tidaknya doa-doa kita, untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan. Dan ini mungkin cara terbaik untuk belajar bermurah hati.
Saya berpikir, sebagai contohnya , tentang kebaikan hati Orang Samaria dalam kitab Injil, kepada lelaki yang tergeletak setengah mati di pinggir jalan karena luka-luka pendarahan pada tubuhnya. Lelaki ini bergantung total kepada kebaikan hati orang-orang yang lewat.
Maria, mengapa seseorang tidak lagi bisa mendapatkan upah di Api Penyucian seperti ketika masih di dunia?
Karena pada saat ajal, kesempatan untuk mendapatkan upah sudah selesai. Selama kita masih hidup di dunia, kita dapat memperbaiki keburukan yang telah kita lakukan. Arwah-arwah di Api Penyucian ‘iri hati’ atas kesempatan yang kita miliki ini. Bahkan para malaikatpun cemburu kepada kita, karena kita punya kesempatan untuk bertumbuh selama kita masih ada di dunia.
Tetapi seringkali penderitaan dalam hidup kita membawa pada pemberontakan (terhadap Tuhan) dan sangat sulit bagi kita untuk menerima dan menjalaninya. Bagaimana kita dapat menjalani penderitaan supaya lantas berbuah?
Penderitaan adalah bukti terbesar atas kasih Allah, dan jika kita mempersembahkannya dengan baik maka melalui penderitaan-penderitaan itu kita dapat memenangkan banyak jiwa-jiwa.
Tetapi bagaimana kita dapat menerima penderitaan sebagai suatu karunia dan bukan sebagai suatu hukuman (seperti seringkali demikian), atau sebagai pemurnian?
Kita harus memberikan segalanya kepada Bunda Maria. Dialah yang tahu terbaik siapa yang membutuhkan apa dan penderitaan apa demi untuk diselamatkan.
Tentang topik penderitaan, saya ingin menghubungkan dengan suatu kesaksian luar biasa yang diceritakan oleh Maria. Waktu itu tahun 1954, dan serentetan tanah longsor yang mematikan telah menimpa sebuah pedesaan yang berdekatan dengan desa tempat tinggal Maria. Berikutnya, berkali-kali bencana tanah longsor telah terjadi, tetapi longsoran itu telah berhenti di tengah jalan, dengan cara yang mukjijat, sebelum mencapai desa tersebut, sehingga tidak ada kerusakan.
Arwah-arwah menjelaskan bahwa di desa ini telah meninggal seorang wanita yang telah lama menderita sakit dan tidak mendapat perawatan yang semestinya; dia telah sangat menderita selama tiga puluh tahun. Dan dia telah mempersembahkan segala penderitaannya demi untuk desa tempat tinggalnya.
Arwah-arwah menjelaskan kepada Maria bahwa berkat kurban wanita ini sehingga pedesaan itu telah diselamatkan dari bencana tertimbun tanah longsor.
Dia telah menjalani penderitaannya dengan sabar. Maria berkata bahwa jika wanita itu sehat-sehat saja, desa tersebut tidak akan selamat. Dia menambahkan bahwa penderitaan yang dijalani dengan kesabaran dapat menyelamatkan lebih banyak jiwa-jiwa daripada doa (tetapi doa membantu kita tabah dalam penderitaan).
Kita semestinya tidak selalu menganggap penderitaan sebagai hukuman. Penderitaan dapat diterima sebagai penebusan dosa tidak hanya bagi diri kita sendiri tetapi terutama bagi orang lain. Yesus Kristus sama sekali tidak bersalah dan Dia yang paling menderita sebagai penebusan dosa-dosa kita.
Hanya di Surga kita akan mengetahui segala yang telah kita dapat melalui sabar menderita dalam persatuan dengan kesengsaraan Kristus.
Maria, apakah jiwa-jiwa di Api Penyucian memberontak ketika dihadapkan dengan penderitaan mereka?
Tidak! Mereka ingin menyucikan dirinya sendiri; mereka menyadari bahwa hal itu perlu.
PADA SAAT KEMATIAN
Apakah peran penyesalan atau pertobatan pada saat kematian?
Penyesalan sangat penting. Dosa-dosa diampuni, pada tiap kasus, tetapi akibat dari dosa-dosa tetap ada. Jika seseorang berkeinginan untuk menerima indulgensi penuh pada saat kematian – maksudnya langsung masuk ke sorga – arwahnya harus bebas dari segala keterikatan.
Disini saya ingin bercerita tentang suatu kesaksian yang sangat penting yang diberikan oleh Maria. Dia telah diminta untuk mencari tahu tentang seorang wanita yang dianggap kerabatnya telah masuk neraka, karena dia telah menjalani hidupnya dengan penuh dosa. Dia mendapat kecelakaan, jatuh dari kereta, dan meninggal karenanya. Arwah seseorang memberitahu Maria bahwa wanita ini telah diselamatkan, diselamatkan dari Neraka, karena pada saat kematiannya, dia berkata kepada Tuhan: “Engkau benar, dengan mengambil nyawaku, karena dengan demikian aku tidak lagi dapat menghinaMu.” Dan ini menghapus segala dosa-dosanya. Contoh ini sangat menyolok, karena menunjukkan bahwa satu detik kerendahan hati, pertobatan pada saat kematian, bisa menyelamatkan kita. Ini tidak berarti bahwa dia tidak masuk ke dalam Api Penyucian, tetapi dia telah terhindar dari Neraka yang mungkin layak diterimanya karena kenajisannya.
Maria, saya ingin bertanya kepadamu: pada saat kematian, apakah ada waktu dimana jiwa masih memiliki kesempatan untuk kembali kepada Tuhan, bahkan setelah kehidupan yang penuh dosa, sebelum masuk dalam keabadian – saat antara menjelang kematian dan kematian sebenarnya?
Ya, ya, Tuhan memberikan beberapa menit bagi tiap orang untuk menyesali dosa-dosanya dan memutuskan: saya menerima atau saya tidak menerima untuk menghadap Allah. Disana, kita melihat sebuah film dari kehidupan kita. Saya mengenal seorang pria yang percaya kepada ajaran-ajaran Gereja, tapi tidak terhadap kehidupan kekal. Suatu hari, dia sakit keras, dan menderita koma. Dia melihat dirinya sendiri dalam suatu ruangan dengan sebilah papan dimana semua perbuatan-perbuatannya dituliskan, baik yang baik maupun yang buruk. Lantas papan itu menghilang beserta dinding-dinding ruangan, dan betapa indahnya. Lantas dia terbangun dari koma dan memutuskan untuk merubah hidupnya.
Ini sangat mirip dengan kesaksian-kesaksian dari “pengalaman nyaris-mati”; pengalaman cahaya supernatural sedemikian sehingga orang-orang tersebut tidak dapat lagi hidup seperti gaya hidup mereka sebelumnya.
Maria, pada saat kematian, apakah Allah memperlihatkan diriNya dengan intensitas yang sama kepada semua jiwa-jiwa?
Masing-masing diberikan pengetahuan akan kehidupannya dan juga kesengsaraan-kesengsaraan yang akan datang; tetapi tidak sama bagi setiap orang. Intensitas penampakan Allah tergantung pada masing-masing hidup seseorang.
Maria, apakah iblis diperbolehkan untuk menyerang kita pada saat kematian?
Ya, tetapi manusia juga memiliki karunia untuk menolaknya, untuk mengusirnya pergi. Jadi, jika manusia tidak menginginkan apapun dari iblis, maka iblis tidak dapat melakukan apa-apa.
Itu berita yang bagus! Ketika seseorang menyadari bahwa dia akan segera meninggal, apakah cara terbaik baginya untuk bersiap-siap?
Menyerahkan dirinya secara total kepada Tuhan. Persembahkan segala kesengsaraannya. Bergembiralah sepenuhnya dalam Tuhan.
Dan sikap apa yang mesti kita miliki didepan seseorang yang akan segera meninggal? Apakah yang dapat dilakukan seseorang bagi orang tersebut?
Berdoalah dengan tekun! Persiapkanlah dia untuk kematian; seseorang harus mengatakan kebenaran.
Maria, nasihat apa yang anda berikan kepada siapapun yang ingin menjadi santa/santo di dunia ini?
Bersikap sangat rendah hati. Kita tidak boleh memikirkan diri kita sendiri semata-mata. Kesombongan adalah jebakan iblis yang terbesar.
Maria, harap beritahu kami: dapatkah seseorang meminta kepada Tuhan agar bisa menjalani Api Penyucian di dunia, agar tidak perlu lagi melaluinya setelah kematian?
Ya. Saya mengenal seorang imam dan seorang wanita muda yang keduanya menderita penyakit TBC dan dirawat di rumah sakit. Wanita muda itu berkata kepada sang imam: “Marilah minta kepada Tuhan agar dapat menderita di dunia sebanyak mungkin agar dapat langsung masuk ke Surga.”
Sang imam menjawab bahwa dirinya sendiri tidak berani untuk memintanya. Di dekat mereka ada seorang Suster anggota tarekat yang mendengar segala percakapan tersebut. Sang wanita muda meninggal lebih dahulu, sang imam meninggal kemudian, dan arwah sang imam menampakkan diri kepada Suster tersebut sambil berkata: “Jika saja saya memiliki kepercayaan yang sama besar dengan wanita muda tersebut, saya juga pasti telah langsung masuk Surga.”
Terima kasih, Maria, atas kesaksian yang indah ini.
Pada saat ini, Maria meminta untuk istirahat selama lima menit, karena dia harus pergi dan memberi makan ayam-ayamnya… Tetapi saat dia kembali, kami melanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan kami.
PARA “PENGHUNI” API PENYUCIAN
Maria, apakah ada tingkat-tingkat yang berbeda di Api Penyucian?
Ya, ada perbedaan tingkat yang besar atas kesengsaraan moral. Setiap arwah punya kesengsaraan yang tersendiri; ada banyak tingkat-tingkat.
Apakah jiwa-jiwa yang malang ini tahu apa yang terjadi di dunia?
Ya, tidak segalanya, tetapi banyak hal.
Apakah arwah-arwah ini memberitahu anda apa yang akan terjadi, kadang-kadang?
Mereka hanya mengatakan bahwa “ada sesuatu di depan pintu”, tetapi mereka tidak mengatakan apakah itu. Mereka hanya mengatakan apa yang perlu bagi pertobatan orang-orang.
Maria, apakah penderitaan di Api Penyucian lebih menyakitkan daripada rasa sakit yang paling dahsyat dari penderitaan di dunia?
Ya, tetapi dengan cara yang simbolis. Lebih terasa menyakitkan di dalam jiwa.
Baiklah, saya rasa sangat sulit untuk dijelaskan… Apakah Yesus sendiri datang ke Api Penyucian?
Tidak satupun arwah pernah mengatakan demikian kepada saya. Adalah Bunda Maria yang datang. Suatu ketika saya menanyakan kepada satu arwah jika ia dapat pergi mencari arwah orang lain, dimana saya telah diminta untuk mencari tahu mengenainya. Arwah tersebut menjawab: “Bukan, adalah Bunda Belaskasih (Bunda Maria) yang memberitahu kami mengenainya.”
Demikian juga, jiwa-jiwa di Surga tidak datang ke Api Penyucian. Di lain pihak, para malaikat berada disana: Santo Michael… dan setiap arwah memiliki malaikat pendamping bersamanya.
Fantastis! Para malaikat bersama kita… Tetapi apa yang mereka lakukan di Api Penyucian?
Mereka mengurangi kesengsaraan dan memberikan penghiburan. Para arwah bahkan dapat melihat mereka.
Luar biasa! Kalau ini berlangsung terus, Maria, anda hampir membuat saya ingin pergi ke Api Penyucian, dengan segala cerita-cerita mengenai malaikat! Pertanyaan lainnya: anda tahu, banyak orang masa kini percaya terhadap reinkarnasi. Apa yang diceritakan oleh arwah-arwah kepada anda tentang topik ini?
Para arwah mengatakan bahwa Allah hanya memberikan satu kali kehidupan.
Tetapi sementara orang akan berkarta bahwa satu kali hidup saja tidak cukup untuk mengenal Allah, dan untuk memiliki cukup waktu untuk sungguh bertobat, itu tidak adil. Apa jawaban anda terhadap mereka?
Semua orang memiliki iman interior (hati nurani); bahkan meskipun mereka tidak mempraktekkan, mereka mengakui Allah secara implisit. Seseorang yang tidak percaya – sungguh tidak ada! Setiap jiwa memiliki hati nurani untuk mengenali yang baik dan jahat, sebuah hati nurani yang diberikan oleh Allah, sebuah pengetahuan internal – dalam derajat-derajat yang berbeda, tentunya, tetapi masing-masing tahu untuk membedakan yang baik dari yang jahat. Dengan hati nurani ini, setiap jiwa dapat menjadi mulia.
Apa yang terjadi kepada orang-orang yang bunuh diri? Apakah anda pernah dikunjungi oleh orang-orang ini?
Sampai saat ini, saya tidak pernah menemui kasus bunuh diri yang masuk neraka – ini tidak berarti, tentunya, bahwa hal itu tidak terjadi – tetapi seringkali, arwah-arwah memberitahu saya bahwa pihak yang paling bersalah adalah mereka yang ada di sekeliling orang yang bunuh diri, ketika mereka tidak peduli atau menyebarkan fitnah.
Pada saat ini, saya menanyakan Maria jika arwah-arwah tersebut menyesal telah melakukan bunuh diri. Dia menjawab ya benar. Seringkali bunuh diri disebabkan karena suatu penyakit.
Para arwah tersebut menyesali perbuatan mereka karena, sebagaimana mereka melihat hal-hal dalam terang Allah, mereka mengerti dalam sekejap segala rahmat yang tersedia bagi mereka selama sisa hidup mereka di dunia – dan mereka sungguh melihat masa hidup ini yang tersisa bagi mereka, kadang-kadang berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun – dan mereka juga melihat semua orang-orang yang dapat mereka tolong dengan mempersembahkan sisa hidup mereka kepada Allah. Pada akhirnya, apa yang paling menyakiti mereka adalah melihat kebaikan yang tadinya dapat mereka lakukan tetapi tidak dilakukan karena mereka telah mengambil jalan pintas mengakhiri hidup mereka. Tetapi jika penyebabnya adalah penyakit, Tuhan mempertimbangkan hal ini tentunya.
Maria, apakah anda pernah dikunjungi oleh arwah-arwah yang “merusak diri sendiri”, dengan obat-obat bius, overdosis, contohnya?
Ya, mereka tidak hilang. Semua tergantung kepada penyebab mengapa mereka memakai obat terlarang; tetapi mereka harus banyak menderita di Api Penyucian.
Jika saya berkata, misalnya, bahwa saya terlalu banyak menderita secara fisik, dalam hati saya, bahwa hal tersebut terlalu berat buat saya dan saya ingin mati saja, apa yang dapat saya lakukan?Ya, hal seperti ini sangat sering. Saya akan mengatakan: “Ya Tuhanku, saya dapat mempersembahkan penderitaan-penderitaan ini untuk menyelamatkan jiwa-jiwa”; ini memberikan pembaruan iman dan ketabahan. Tetapi tidak seorangpun mengatakan demikian pada masa kini. Kita juga dapat berkata bahwa dalam melakukan hal ini, jiwa mendapat kemuliaan besar, suatu kebahagiaan besar bagi Surga. Di Surga, ada ribuan jenis-jenis kebahagiaan, tetapi masing-masing adalah kebahagiaan yang utuh; segala keinginan telah terpenuhi. Masing-masing jiwa mengetahui bahwa mereka telah menerima selayaknya.
Maria, saya ingin bertanya kepada anda: apakah orang-orang dari agama-agama lain – misalnya agama Yahudi – datang mengunjungi anda?
Ya, mereka berbahagia. Siapapun yang menjalani imannya dengan baik, berbahagia. Tetapi melalui iman Katolik kita mendapat bagian terbesar di Surga.
Apakah ada agama-agama yang ber-efek buruk bagi jiwa?
Tidak, tetapi ada begitu banyak agama-agama di dunia! Yang terdekat adalah Ortodoks dan Protestan; ada banyak orang Protestan yang mengucapkan doa Rosario; tetapi sekte-sekte adalah sangat, sangat jahat. Segala hal harus dilakukan demi untuk membawa orang-orang keluar dari sekte-sekte ini.
Apakah ada imam-imam di Api Penyucian?
(Saya melihat Maria mengarahkan pandang matanya ke Surga seolah-olah berkata: Oh!)
Ya, ada banyak dari mereka. Mereka tidak mendorong rasa hormat terhadap Ekaristi. Jadi iman ikut menderita. Mereka seringkali berada di Api Penyucian karena lalai untuk berdoa – yang telah menyebabkan berkurangnya iman mereka. Tetapi banyak juga yang telah langsung masuk ke Surga!
Apa yang ingin anda katakan, lantas, kepada seorang imam yang sungguh-sungguh ingin hidup sesuai dengan Kehendak Allah?
Saya akan menasehatinya untuk banyak berdoa kepada Roh Kudus – dan untuk mengucapkan doa Rosario setiap hari.
Maria, apakah ada anak-anak kecil di Api Penyucian?
Ya, tetapi Api Penyucian bagi mereka tidak lama ataupun menyakitkan, karena mereka belum memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang jahat.
Saya tahu bahwa anak-anak tertentu telah mengunjungi anda; anda menceritakan tentang kisah seorang anak kecil ini, yang termuda yang pernah anda lihat, seorang anak perempuan berumur empat tahun. Ceritakanlah kepada saya: mengapa gadis kecil ini berada di Api Penyucian?Karena dia telah menerima sebagai hadiah Natal dari orang tuanya, sebuah boneka. Dia mempunyai saudara kembar yang juga menerima sebuah boneka. Gadis kecil berusia empat tahun ini telah membuat bonekanya rusak; dan dengan secara rahasia, tahu bahwa tidak seorangpun melihatnya, dia menukar boneka yang rusak tersebut dengan milik saudari kembarnya, dengan penuh kesadaran dalam hati kecilnya bahwa dia akan membuat saudarinya bersedih – dan dia juga sangat tahu bahwa perbuatannya adalah suatu kebohongan dan ketidak-adilan. Karena hal inilah, anak gadis yang malang ini harus melalui di Api Penyucian.
Sesungguhnya, anak-anak seringkali memliki hati nurani yang lebih halus dibandingkan orang dewasa. Sangat penting untuk bersama mereka melawan kebohongan. Mereka sangat sensitif terhadap ketidak-benaran.
Maria, bagaimana orang tua dapat membantu membentuk hati nurani anak-anak mereka?
Pertama melalui teladan baik – ini adalah yang terpenting. Kemudian melalui doa. Para orang tua harus memberkati anak-anak mereka dan mengajarkan mereka dengan baik tentang hal-hal yang menyangkut Tuhan.
Sangat penting! Apakah anda pernah dikunjungi oleh arwah-arwah yang, sewaktu hidup di dunia, mempraktekan perbuatan abnormal? Maksud saya, contohnya, mengenai penyimpangan seksual.Ya, mereka tidak hilang, tetapi mereka harus banyak banyak menderita untuk dimurnikan. Contohnya, homoseksualitas, ini sungguh-sungguh datang dari Yang Jahat.
Nasehat apa yang anda berikan, kepada mereka yang terbelenggu homoseksualitas, dengan kecenderungan homoseks?
Banyak-banyaklah berdoa untuk mendapat kekuatan melawan kecenderungan ini. Mereka terutama mesti berdoa kepada Malaikat Agung Santo Mikael; dia adalah pejuang besar “par-excellence” melawan Yang Jahat.
Apakah sikap hati yang dapat membuat kita kehilangan jiwa kita selamanya, maksud saya masuk ke Neraka?
Ini adalah saat ketika jiwa tidak ingin pergi menuju Allah, ketika dia sungguh berkata: “Saya tidak mau.”
Terima kasih, Maria, karena membuat jelas hal ini.
Sekarang saya ingin menyebutkan bahwa mengenai topik ini saya mewawancarai Vicka, salah satu visionari di Medjugorje, yang juga mengatakan kepada saya siapa yang masuk ke Neraka – dan dia telah melihat Neraka – adalah mereka sendiri yang memutuskan untuk pergi ke sana. Bukan Tuhan yang menaruh seseorang di Neraka – pada sebaliknya, Dia adalah Sang Penyelamat, Dia memohon agar jiwa menerima kerahimanNya. Dosa melawan Roh Kudus yang disebut oleh Yesus, yang tidak dapat dimaafkan, adalah penolakan absolut terhadap kerahiman, dan ini dengan penuh kesadaran, penuh hati nurani. Paus Yohanes Paulus II menjelaskan ini dengan sangat baik dalam ensiklikal mengenai kerahiman. Disini kita juga dapat berbuat banyak dengan doa-doa bagi jiwa-jiwa yang berada dalam bahaya hilang untuk selamanya.
Maria, apakah anda memiliki suatu kisah yang mengilustrasikan ini?
Suatu hari, saya berada di atas kereta dan di dalam ruangan saya ada seorang pria yang tidak henti-hentinya menjelek-jelekan Gereja Katolik, juga tentang para imam, bahkan tentang Tuhan. Saya berkata kepadanya: “Dengarkan, anda tidak berhak untuk mengatakan semua itu, itu tidak baik.” Dia sangat marah pada saya. Setelah itu, saya tiba di stasiun, saya turun dari kereta dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, jangan biarkan jiwa orang ini hilang selamanya.” Bertahun-tahun kemudian, arwah orang ini datang mengunjungi saya; dia mengisahkan bahwa dia nyaris saja masuk ke Neraka, tetapi dia telah diselamatkan semata-mata oleh doa singkat yang saya ucapkan pada waktu itu!
Ya, sungguh luar biasa untuk melihat bahwa hanya dengan satu pikiran, satu dorongan hati, satu doa sederhana bagi seseorang dapat menghindari mereka jatuh ke Neraka. Adalah kesombongan yang membawa ke Neraka. Neraka adalah berkeras kepala mengatakan “TIDAK” kepada Tuhan. Doa-doa kita bisa mendorong kerendahan hati pada diri orang yang menjelang ajal, sekejap kerendahan hati, betapapun kecilnya, yang dapat menolong mereka supaya terhindar dari Neraka.
Tetapi Maria, mencengangkan, pada saat yang bersamaan! Bagaimana seseorang bisa berkata “TIDAK” kepada Tuhan pada saat menjelang ajal, ketika seseorang melihat Dia?
Contohnya, seorang pria suatu ketika memberi tahu saya bahwa dia tidak ingin pergi ke Surga. Mengapa? Karena Tuhan memperbolehkan ketidakadilan. Saya berkata kepadanya bahwa manusia-lah penyebabnya, bukan Tuhan… Dia berkata: “Saya harap saya tidak ketemu Tuhan setelah saya meninggal, atau saya akan membunuhnya dengan sebilah kampak.”
Pria ini memiliki kebencian yang mendalam terhadap Tuhan. Tuhan mengaruniakan kebebasan kepada manusia; Dia menginginkan masing-masing orang untuk bebas memilih.
Tuhan memberikan kepada setiap orang selama masa hidupnya di dunia, dan pada saat kematiannya, rahmat yang cukup untuk pertobatan, meskipun setelah menjalani kehidupan dalam kegelapan. Jika seseorang meminta ampun, dengan tulus hati, tentunya orang tersebut dapat diselamatkan.
Yesus berkata bahwa sulit bagi seorang yang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Apakah anda pernah melihat kasus demikian?
Ya! Tetapi jika mereka melakukan perbuatan-perbuatan baik, banyak berbuat amal, jika mereka mempraktekkan cintakasih, mereka bisa sampai ke Surga, seperti orang-orang miskin.
Maria, apakah anda masih mendapat kunjungan belakangan ini dari arwah-arwah di Api Penyucian?
Ya, dua sampai tiga kali dalam satu minggu.
Benarkah! Apa pendapat anda tentang praktek spiritisme, contohnya, memanggil roh-roh orang yang telah meninggal, Ouija-board [semacam jelangkung], dan lain-lain?
Tidak baik. Selalu bersifat iblis. Iblis-lah yang membuat papan itu bergerak.
Betapa penting untuk mengatakan hal ini berulang-ulang! Orang-orang perlu mendengar hal ini karena, pada masa kini, lebih daripada sebelumnya, praktek-praktek absurd ini meningkat secara pesat!
Apa perbedaannya antara apa yang anda alami sehubungan dengan arwah-arwah orang meninggal, dan praktek spiritisme?
Kita tidak boleh memanggil arwah-arwah – saya tidak berusaha memanggil mereka untuk datang. Dalam spiritisme orang-orang memanggil arwah untuk datang.
Perbedaan ini cukup jelas, dan kita harus menanggapinya secara serius. Jika orang-orang hanya percaya pada satu hal yang saya katakan, saya akan memilih berkata begini: mereka yang terlibat dalam spiritisme (papan yang bergerak, dan macam-macam praktek sejenisnya) berpikir bahwa mereka memanggil arwah-arwah orang yang telah meninggal. Pada realitasnya, jika ada semacam respon atas panggilan mereka, selalu dan tanpa pengecualian, Setan dan para malaikatnya yang menjawab. Orang-orang yang mempraktekkan spiritisme (sihir, santet, kebatinan dan lain-lain) melakukan sesuatu hal yang sangat berbahaya bagi diri mereka sendiri dan bagi mereka yang datang meminta nasehat. Mereka terbenam dalam kepalsuan. Dilarang, sangat dilarang, untuk memanggil arwah. Bagi saya sendiri, saya tidak pernah melakukan hal demikian, saya tidak melakukannya sekarang, dan saya tidak akan pernah melakukannya. Ketika sesuatu muncul di hadapan saya, hanya Allah yang mengijinkannya.
Tentunya, Setan dapat meniru apapun yang datang dari Allah, dan memang hal itu dilakukannya. Dia dapat meniru suara dan penampilan dari orang yang telah meninggal, tetapi setiap manifestasi dalam bentuk apapun selalu datang dari Yang Jahat. Jangan lupakan bahwa Setan bahkan juga dapat menyembuhkan, tetapi penyembuhan demikian tidak pernah bertahan.
Pernahkah anda pribadi ditipu oleh penampakan-penampakan palsu? Contohnya, oleh iblis yang menyaru sebagai arwah di Api Penyucian untuk berbicara kepada anda?
Ya. Suatu ketika satu arwah datang kepada saya dan berkata: “Jangan menerima arwah yang akan datang setelah saya, karena dia akan memintamu untuk terlalu banyak menderita, dan kamu tidak akan bisa menanggungnya; kamu tidak dapat melakukan apa yang akan dimintanya.”
Jadi, saya bersusah hati karena saya teringat apa yang pastor paroki katakan kepada saya, bahwa saya harus menerima setiap arwah dengan murah hati, dan saya sungguh bersusah hati apakah patuh atau tidak. Jadi saya berkata kepada diri sendiri: “Mungkin ini iblis yang berada di hadapan saya dan bukan arwah di Api Penyucian; iblis yang menyamar?” Saya berkata kepada roh ini: “Jika engkau iblis, enyahlah!”
Seketika itu dia mengeluarkan teriakan yang nyaring dan pergi. Sesungguhnya, arwah yang datang setelah iblis tersebut sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan saya; sangat penting bagi saya untuk mendengarkan arwah ini!
Ketika iblis muncul, apakah air suci selalu membuatnya pergi?
Air suci sangat mengganggunya dan dia lenyap seketika.
Maria, anda sekarang sangat terkenal, terutama di Jerman dan Austria, tetapi juga di seluruh penjuru Eropa, berkat pembicaraan dan buku anda. Pada awal mulanya, anda sangat tersembunyi. Bagaimana hal ini terjadi, semalaman, orang-orang mengakui bahwa pengalaman supernatural anda otentik?
Ketika arwah-arwah meminta saya untuk memberitahukan kepada keluarga mereka untuk mengembalikan barang-barang yang didapat secara tidak jujur. Mereka melihat bahwa apa yang saya katakan benar adanya.
Pada saat ini, Maria menghubungan beberapa kesaksian, terlalu panjang untuk dikutip disini. Banyak kali arwah-arwah pergi mencari dia, dan berkata: “Pergilah kepada keluarga saya di desa anu” – yang tidak diketahui oleh Maria – “dan katakan kepada bapa, putra, kakak saya untuk mengembalikan barang-barang tertentu ataupun sejumlah uang yang saya dapat secara tidak jujur. Saya akan dibebaskan dari Api Penyucian ketika barang-barang ini dikembalikan kepada yang empunya.” Maria akan mendapat penjelasan yang seksama tentang jumlah uang tepatnya ataupun barang-barang yang bersangkutan, dan keluarga tersebut akan tercengang setelah menemukan bahwa Maria tahu segala hal secara mendetil, karena kadang-kadang bahkan mereka sendiri tidak tahu bahwa barang-barang ini telah didapat secara tidak jujur oleh kerabat mereka. Melalui hal-hal seperti ini, Maria mulai menjadi sangat terkenal.
Maria, apakah ada pengakuan resmi dari Gereja atas karisma ini yang anda jalankan demi arwah-arwah di Api Penyucian, dan juga demi mereka yang tersentuh oleh kerasulan anda?
Uskup saya berkata selama tidak ada kesalahan teologis, saya boleh teruskan: dia telah menyetujuinya. Pastor paroki saya, yang juga merupakan pembimbing spiritual saya, menguatkan hal-hal ini juga.
Saya ingin mengajukan suatu pertanyaan yang mungkin tidak layak: anda telah melakukan banyak hal bagi jiwa-jiwa yang malang yang tentunya, pada waktu anda meninggal, pada gilirannya, ribuan arwah-arwah akan mendampingi anda ke Surga; Saya pikir anda pasti tidak harus melalui Api Penyucian!
Saya tidak percaya saya akan langsung masuk Surga tanpa menunggu di Api Penyucian karena asya memiliki lebih banyak penerangan, lebih banyak pengetahuan, dan oleh karenanya kesalahan-kesalahan saya juga lebih serius. Tetapi pada saat yang sama, saya berharap supaya arwah-arwah membantu saya naik ke Surga!
Pasti demikian! Dan Maria, apakah anda menyukai karisma ini? Ataukah hal itu merupakan sesuatu beban dan menyulitkan bagi anda, segala macam permintaan-permintaan dari para arwah?Tidak, saya tidak menaruh banyak perhatian kepada kesulitannya, karena saya tahu saya dapat banyak menolong mereka. Saya dapat menolong banyak jiwa-jiwa dan saya sangat gembira untuk melakukannya.
Maria, saya ingin berterima kasih kepada anda juga atas nama semua pembaca dari kesaksian yang indah ini. Tetapi harap ijinkan saya satu pertanyaan terakhir: supaya kami mengenal anda dengan lebih baik, maukah anda berbaik hati untuk menceritakan beberapa patah kata tentang kehidupan anda?
Baiklah… sejak ketika saya masih kecil saya ingin masuk ke biara, tetapi Ibu bilang agar saya menunggu sampai usia dua puluh tahun. Saya tidak ingin menikah. Ibu telah banyak bercerita tentang jiwa-jiwa di Api Penyucian dan, sejak di sekolah, arwah-arwah ini telah banyak membantu saya. Jadi saya berkata kepada diri sendiri bahwa saya harus melakukan segalanya bagi mereka.
Setelah tamat sekolah, saya berpikir ingin masuk ke biara; Saya bergabung dengan Suster-suster dari Hati Yesus, tetapi mereka mengatakan kepada saya bahwa kesehatan saya sangat buruk untuk tetap bersama mereka. Sewaktu masih anak-anak, saya telah menderita radang paru-paru dan pleurisy [pembengkakan selaput paru-paru]. Ibu kepala biara telah menguatkan panggilan religius saya, tetapi menasehati saya untuk bergabung dengan tarekat yang lebih ringan, atau menunggu beberapa tahun. Saya menginginkan diatas segalanya sebuah tarekat rubiah [yang tertutup bagi kaum awam] dan sesegera mungkin!
Tetapi setelah berusaha dua kali lagi, kesimpulannya sama: kesehatan saya terlalu buruk. Jadi saya berkata kepada diri saya bahwa memasuki suatu biara bukan kehendak Allah bagi saya. Saya sangat menderita secara mental. Saya berkata kepada diri saya bahwa Tuhan belum menunjukkan saya apa yang diinginkanNya dari saya.
Sampai saat itu Dia telah mempercayakan saya dengan tugas ini bagi arwah-arwah di Api Penyucian, pada umur dua puluh lima, Dia telah membuat saya menunggu delapan tahun.
Di rumah, kami anak-anak berdelapan. Saya bekerja di ladang, mulai umur lima belas tahun; lantas saya pergi ke Jerman bekerja sebagai pelayan di suatu keluarga petani. Setelah itu, saya bekerja disini di ladang di Sonntag.
Sejak umur dua puluh lima tahun, ketika arwah-arwah mulai berdatangan, saya banyak banyak menderita bagi mereka – Sekarang saya lebih baik secara fisik. Lantas, anda datang kesini…
Sungguh suatu pengalaman yang mengasikkan bagi saya untuk menemui Maria Simma, seorang wanita yang hidupnya adalah suatu devosi yang seutuhnya. Setiap detik, setiap jam dari hidupnya punya tanggung jawab kekekalan, bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi bagi begitu banyak jiwa-jiwa, yang dikenal maupun yang tidak dikenal, yang dengan banyak cara yang berbeda dan dengan banyak cintakasih dia menolong membebaskan mereka dari Api Penyucian dan menikmati sukacita yang kekal di Surga.
Sebuah Ajakan Bagi Semua

Sekarang, saya punya suatu ajaran kepada anda masing-masing: kita bisa membuat keputusan supaya tidak satupun dari kita harus masuk ke Api Penyucian!
Ini sungguh suatu hal yang mungkin, kita punya segalanya pada tangan kita untuk membuatnya menjadi kenyataan. Saya ingat kata-kata Santo Yohanes dari Salib: dia berkata bahwa Kasih Allah memberikan kepada setiap kehidupan, pemurnian yang diperlukan untuk membolehkan kita langsung masuk ke Surga pada saat ajal.
Allah memberikan cukup banyak kesulitan-kesulitan dalam hidup kita, tantangan-tantangan, penderitaan, penyakit, beban-beban – sehingga segala pemurnian ini, jika kita menerimanya, mungkin cukup untuk membawa kita langsung ke Surga.
Mengapa hal ini tidak terjadi? Karena kita memberontak, kita tidak menerima dengan kasih, dengan syukur, karunia cobaan-cobaan dalam hidup kita ini, dan kita berdosa karena melawan, karena tidak menurut.
Jadi mari kita minta kepada Tuhan bagi rahmat untuk mengambil setiap kesempatan sehingga pada saat kita meninggal Dia melihat kita bercahaya gemilang oleh kemurnian dan keindahan.
Tentunya jika kita memutuskan untuk menerimanya, saya tidak mengatakan bahwa jalannya akan mudah, karena – ingatlah akan hal ini – Tuhan Yesus tidak pernah menjanjikan bahwa jalannya akan mudah tetapi jalan kita akan berada dalam damai, dan akan menjadi jalan kebahagiaan: Tuhan beserta kita! Diatas semuanya – dan saya ingin menekankan hal ini disini – marilah kita menggunakan waktu kita sebaik-baiknya yang tersisa di dunia, masa ini yang begitu berharga, dimana selama itu kita masih punya kesempatan untuk bertumbuh dalam kasih. Ini berarti untuk bertumbuh menuju Kemuliaan yang akan datang dan keindahan yang menjadi takdir kita. Setiap menit, kita masih dapat tumbuh dalam kasih, tetapi arwah-arwah di Api Penyucian tidak dapat lagi bertumbuh.

Bahkan para malaikat pun menginginkan kuasa ini yang kita miliki untuk tumbuh setiap menit dalam kasih sementara kita masih berada di dunia.
Setiap tindakan kasih yang kecil sekalipun kita persembahkan kepada Tuhan, setiap pengorbanan kecil maupun puasa, setiap penyangkalan kecil maupun perjuangan untuk melawan kecenderungan hawa nafsu kita, kesalahan-kesalahan kita, setiap pengampunan bagi musuh-musuh kita, segala hal semacam ini yang dapat kita persembahkan, yang nantinya akan menjadi bagi kita suatu ornamen, suatu permata, harta sejati yang kekal.
Jadi, mari kita ambil setiap kesempatan untuk menjadi seindah yang Tuhan inginkan dari kita dalam nubuatnya. Jika kita melihat dengan jelas kemuliaan dari suatu jiwa yang murni, atau suatu jiwa yang dimurnikan, maka kita akan berseru dengan sukacita dan kekaguman, karena keindahannya!
Jiwa seorang manusia adalah sesuatu yang memiliki kemuliaan besar dihadapan Allah; inilah mengapa Allah menginginkan kita untuk menjadi murni secara sempurna. Bukan melalui bebas dari kesalahan sehingga kita menjadi murni. Tidak, tetapi melalui pertobatan kita akan dosa-dosa kita, dan kerendahan hati kita. Anda lihat, cukup nyata bedanya! Para kudus bukanlah jiwa-jiwa yang bebas dari kesalahan, tetapi mereka yang bangkit berulang-ulang setiap kali mereka jatuh, dan memohon pengampunan; sangat berbeda. Jadi mari kita memanfaatkan fasilitas indah yang diberikan Tuhan kepada kita untuk membantu jiwa-jiwa yang masih menanti untuk menginginkan Allah dan yang merindukan karena penundaan ini, karena Tuhan yang mulia yang telah mereka lihat dan yang mereka inginkan dengan segenap hati mereka.
Juga, jangan kita lupakan bahwa doa anak-anak memiliki kuasa yang sangat besar kepada Tuhan. Jadi, marilah ajari anak-anak kita untuk berdoa. Saya teringat seorang gadis kecil yang telah saya ceritakan tentang jiwa-jiwa yang malang. Saya berkata kepadanya: “Sekarang, kamu akan berdoa bagi jiwa-jiwa semua anggota-anggota keluargamu dan teman-teman yang telah meninggal. Maukah kamu pergi ke hadapan Yesus dan memohon kepadaNya?”
Dia pergi kepada Yesus dan lima menit kemudian dia kembali, dan saya bertanya kepadanya: “Apa yang kamu minta dari Tuhan?”
Dia menjawab: “Saya meminta Tuhan untuk membebaskan semua jiwa-jiwa di Api Penyucian!”
Jawaban ini mengejutkan saya dan saya menyadari bahwa saya telah bersikap pelit dalam permintaan saya, tetapi dia telah langsung mengerti apa yang harus dimintakan. Anak-anak begitu perasa, mereka bisa mendapatkan begitu banyak dari kemurahan Tuhan.
Juga, mari sebutkan disini orang-orang yang telah pensiun dan semua yang memiliki waktu luang; jika mereka sering menghadiri Misa harian… Harta karunia apakah yang bisa mereka timbun, bukan hanya bagi diri mereka sendiri tetapi juga bagi anggota keluarga mereka yang telah meninggal dan bagi ribuan jiwa-jiwa!
Nilai dari satu Misa Kudus saja tidak terukur. Jika kita dapat menyadarinya!…
Betapa suatu kekayaan yang oleh ketidakpedulian kita, atau semata-mata kemalasan kita, terbuang cuma-cuma!
Dimana kita memiliki kuasa untuk menyalamatkan kakak atau adik kita, dengan mengambil bagian dalam penebusan, bersama-sama dengan Yesus, Sang Penyelamat dan Penebus kita!
Jangan Lupakan Indulgensi

Bunda Gereja memiliki beberapa harta karun yang bagus bagi kita – mari kita lihat beberapa diantaranya dengan seksama!

“Melalui indulgensi umat bisa mendapatkan remisi atas hukuman sementara yang diakibatkan oleh dosa-dosa, bagi diri mereka sendiri dan juga bagi arwah-arwah di Api Penyucian”(Katekismus Gereja Katolik nomor 1498)
Apakah yang dimaksud dengan indulgensi? Ini adalah apa yang ditulis dalam buku Katekismus Gereja Katolik:
“Suatu indulgensi adalah remisi di hadapan Allah atas hukuman sementara yang diakibatkan oleh dosa-dosa yang kesalahannya telah diampuni, yang didapat oleh umat Kristen dalam kondisi-kondisi tertentu melalui tindakan Gereja yang, sebagai pelayan penebusan, memberikan dan memakai dengan kuasa, harta karun dari pemenuhan Kristus dan para kudus.”
“Sebuah indulgensi adalah sebagian atau penuh sesuai dengan apakah indulgensi tersebut menghapuskan sebagian atau segenap hukuman sementara yang disebabkan oleh dosa.” Indulgensi bisa dikenakan kepada orang hidup maupun orang yang sudah meninggal.”  (Katekismus Gereja Katolik nomor 1471)
Yesus memberikan kepada para murid-muridNya, dan oleh karena itu kepada Gereja Katolik, kuasa untuk mengikat dan melepaskan, dan sepanjang berabad-abad, dalam berbagai cara, Gereja telah menggunakan saluran belas kasih Allah ini kepada orang hidup dan mati.
Segala hal menyangkut indulgensi direvisi oleh Paus Paulus VI; hasil-hasilnya dapat ditemukan dalam buku The Book of Indulgences, Aturan dan Pemberian, dipublikasikan 29 Juni 1968 oleh Vatican Publishers.
“Sasaran yang dituju oleh otoritas gereja dalam memberikan indulgensi tidak hanya untuk membantu umat menghapuskan hukuman atas dosa, tetapi juga untuk mendorong mereka untuk melakukan tindakan-tindakan baik, penitensi, dan tindakan amal – terutama yang membawa pada pertumbuhan iman dan yang cenderung pada kebaikan bersama.”
“Dan jika umat menawarkan indulgensi sebagai penebusan bagi orang yang sudah meninggal, mereka menanamkan amal baik dengan cara yang bagus dan sementara mengangkat pikiran mereka ke surga mereka membawa kondisi yang lebih baik bagi hal-hal di dunia ini.”
“Meskipun indulgensi sesungguhnya adalah karunia cuma-cuma, betapapun indulgensi diberikan kepada yang masih hidup maupun yang sudah meninggal hanya pada kondisi-kondisi yang telah ditentukan…umat bersangkutan harus mengasihi Allah, menghindari dosa, menaruh kepercayaan kepada Kristus dan percaya dengan teguh kepada bantuan besar yang mereka dapat dari persekutuan para kudus.”
Sebagai hasil dari revisi, segala perbedaan atas hari, bulan, dan tahun telah dihapuskan; satu-satunya perbedaan yang tetap dipertahankan adalah antara indulgensi penuh dan sebagian. Kita juga mesti mengingat yang berikut ini:
  • Tidak seorangpun dapat memberikan indulgensi yang didapatnya kepada orang lain yang masih hidiup
  • Baik indulgensi penuh maupun sebagian selalu dapat diberikan kepada orang yang telah meninggal.
“Umat yang menggunakan dengan devosi, suatu benda religius (salib, kayu salib, rosario, skapulir, atau medali) yang diberkati dengan selayaknya oleh seorang imam, bisa mendapatkan indulgensi sebagian. Tetapi jika obyek ini diberkati oleh Sri Paus ataupun seorang uskup, umat yang menggunakan obyek tersebut bisa mendapatkan indulgensi penuh pada pesta perayaan Rasul Suci Petrus dan Paulus, jika mereka juga membacakan pernyataan iman (kredo) menggunakan formula yang diakui Gereja.”
Di Medjugorje, pada tanggal 18 Juli 1995, Bunda Maria berkata:
“Anak-anak yang baik, hari ini Aku memanggil kalian untuk menempatkan benda-benda yang telah diberkati di rumah-rumah kalian dan mengajak setiap orang untuk mengenakan benda yang telah diberkati. Berkatilah segala obyek, dan demikian serangan Setan akan berkurang karena kalian memiliki perisai untuk melawannya.”
“Untuk mendapatkan indulgensi penuh perlu untuk melakukan tindakan yang diperlukan oleh indulgensi tersebut dan untuk memenuhi tiga syarat: sakramen pengakuan dosa, Komuni Ekaristi dan doa bagi intensi-intensi Sri Paus. Lebih jauh lagi diperlukan bahwa segala keterikatan dengan dosa, bahkan dosa-dosa ringan, ditiadakan.”
Syarat berdoa bagi intensi-intensi Sri Paus dapat dipenuhi dengan mengucapkan satu doa Bapa Kami dan satu kali Salam Maria. Betapapun, masing-masing umat individual bebas mengucapkan doa-doa lain sesuai dengan ketaatan dan devosi mereka kepada Sri Paus.
Revisi baru memberikan tiga konsesi:
1. Indulgensi sebagian diberikan kepada umat yang, dalam memenuhi kewajiban mereka dan dalam menghadapi tantangan hidup, mempersembahkan hidup mereka kepada Tuhan dengan keyakinan dan kerendahan hati, dan menambahkan dalam hati mereka panggilan yang khidmat.
2. Indulgensi sebagian diberikan kepada umat yang, dengan jiwa penuh oleh iman dan belaskasihan, memberikan diri mereka sendiri ataupun harta milik mereka bagi saudara-saudara mereka yang membutuhkan.
3. Indulgensi sebagian diberikan kepada umat yang, dengan semangat pertobatan, menjauhkan diri mereka dari sesuatu hal secara spontan (=berpuasa dan berpantang).
Indulgensi penuh bisa diperoleh pada peristiwa-peristiwa berikut ini:
  • Adorasi kepada Sakramen Mahakudus setidaknya setengah jam
  • Mengucapkan doa Rosario di gereja, dalam satu keluarga atau dalam suatu komunitas
  • Menjalankan Perhentian-perhentian Jalan Salib
  • Membaca Kitab Suci setidaknya setengah jam
  • Kunjungan ke gereja antara tanggal 1 November tengah hari sampai tanggal 2 November tengah malam, bagi intensi orang-orang yang telah meninggal
  • Mengunjungi kuburan, bagi intensi mereka yang telah meninggal
  • Mengambil bagian dalam perayaan Komuni Suci Pertama, atau Misa pertama seorang imam, atau perayaan 25, 50 atau 60 tahun menjadi imam
  • Pembaruan janji-janji baptis selama Minggu Paskah
  • Adorasi kepada Salib selama liturgi Jumat Agung
  • Benediksi oleh Sri Paus, bahkan ketika didengarkan melalui radio atau menonton lewat televisi
  • Dengan menerimakan sakramen Pengakuan Dosa secara teratur, seseorang bisa mendapatkan banyak indulgensi penuh.
Hanya satu indulgensi penuh perhari diperbolehkan, tetapi seseorang bisa mendapatkan sejumlah indulgensi sebagian dengan mengucapkan doa-doa tertentu yang dianjurkan oleh Gereja, seperti:
  • Angelus Domini
  • Kredo Para Rasul
  • Mazmur 130 (De Profundis)
  • Litani Nama Kudus Yesus
  • Litani Hati Kudus Yesus
  • Litani Santa Perawan Maria
  • Litani Santo Yusuf
  • Litani Para Kudus
  • Magnificat
  • Mazmur 51 (Miserere)
  • Doa bagi panggilan religius atau imam
  • Doa persatuan umat Kristen
  • Salve Regina (Salam, Ratu Surga)
  • Membuat tanda salib (dilakukan secara khidmat)
  • Tantum Ergo
  • Te Deum
  • Veni Creator (Datanglah Roh Kudus)
Daftar ini bukan daftar lengkap. Silakan minta petunjuk pastor paroki.
Indulgensi sebagian didapat melalui tindakan konkrit dari iman, harapan dan kasih, di tengah-tengah tantangan-tantangan hidup dan sebagaimana kita menjalani kewajiban-kewajiban hidup kita sehari-hari. Indulgensi juga didapat melalui tindakan amal kepada sesama kita, berpuasa dan pantang, dan doa-doa dan pikiran-pikiran spontan yang diajukan kepada Allah, kepada Bunda Maria, kepada Keluarga Kudus. Buku The Book of Indulgence mengandung satu daftar doa-doa yang direkomendasikan; suatu buku yang sangat bermanfaat – bacalah!
Ya, Hati Kudus Yesus
Berikanlah aku selalu rahmat untuk hidup sesuai dengan kehendakMu, sebagaimana pada saat terbaik, paling berbahagia, paling penting dalam hidupku, begitu juga pada saat-saat sulit.
Berikanlah selalu agar aku siap untuk saat-saat terakhir; berikanlah aku ketabahan untuk memberikan segalanya bagi kasihMu, bahkan hidupku, jika diperlukan.
Yesus, melalui SengsaraMu yang maha Kudus, semoga saat Engkau datang pada saat kematianku dan menemukanku terjaga, seperti hamba yang baik, dengan penyesalan yang tulus, pengakuan yang baik, diperkuat oleh sakramen-sakramen terakhir.
Tuhan, jangan meninggalkan aku pada pergulatan terakhir di dunia ini, ketika aku harus bertempur melawan Setan, mungkin dalam api yang menyala-nyala. Semoga BundaMu yang Suci, Bunda Belaskasih, dan Santo Mikael dan segenap para malaikat, menolong dan melindungi aku dari segala cobaan pada saat aku meninggalkan dunia ini. Semoga mereka menguatkan aku dan menghiburku dalam segala penderitaanku.
Berikanlah kepadaku, ya Tuhan, pada saat itu, iman yang hidup, kepercayaan yang teguh, kasih yang membara dan kesabaran yang besar.
Tolonglah aku untuk membaktikan diriku sepenuhnya, dengan segala pikiran jernih, kedalam tanganMu dan untuk meninggalkan diriku sendiri seperti seorang anak kecil kepada tempatMu yang kudus.
Dalam kebaikanMu yang tanpa batas dan belaskasihMu yang besar, ya Yesus, ingatlah akan daku! Amin.
Disadur dari buku “The Amazing Secret of the Souls in Purgatory”
diterjemahkan oleh Jeffry Komala

Leave a Reply

Required fields are marked *.