Fiat Voluntas Tua

Setia = Buah Perjuangan

| 0 comments

“Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?”

Semakin banyak pasangan yang bubar ditengah jalan bahkan saat anak-anaknya masih begitu muda. Ada anak yang belum juga bisa berbicara, papa mamanya sudah berpisah. Duuh… padahal anak itu adalah buah hati yang diharapkan kehadirannya oleh setiap pasutri. Anak adalah buah cinta antara kedua orang serta tanda  kehadiran sang pencipta yang mengijinkan kehadiran sebuah kehidupan baru sebagai buah cinta mereka.

Tidak jarang beberapa teman non katolik sering bertanya kepada saya, apa betul didalam Gereja Katolik tidak boleh bercerai, walaupun pasangan tidak setia? dengan alasan apapun? Bagaimana mungkin setia sampai mati, kalau pasangan tidak setia? Saya katakan bukan hanya aturan Gereja, tetapi itulah yang tertulis didalam Alkitab, itulah perintah Tuhan bahkan dari jaman Musa sekalipun. Tetapi ketegaran hati manusialah yang membuat mereka bisa menceraikan pasangannya.

Setiap mendapatkan undangan pernikahan, saya selalu mengusahakan untuk hadir dalam sakramen pernikahan daripada resepsi. Karena inilah kesempatan bagi saya dan pasangan mendengar dan mengulang janji pernikahan kita lagi. Kita sebagai umat menyaksikan kedua pengantin akan saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, sampai mati …. sampai maut memisahkan mereka.

Cinta memang tidak cukup diucapkan, harus butuh perjuangan dari hari kehari untuk menumbuhkan kesetiaan. Setia saat semua sehat dan baik-baik, berkecukupan segalanya memang mudah. Tetapi saat salah satu sakit, tidak berdaya, saat uang sedang seret… maka segala janji pernikahan sudah tidak ingat lagi.

Tidak ada salahnya kita belajar dari alam sekitar, belajar dari anjing yang setia menunggu kita di depan pintu, menyambut dengan sukacita mengibas-ngibaskan buntutnya saat sang tuan datang. Itu ditunjukkannya sebagai tanda cinta tanda setianya pada sang tuan yang mengasihinya sejak kecil. Belajar dari merpati yang tidak pernah ingkar janji, selalu kembali kepada pasangannya, pulang terbang ke rumahnya setiap kali. Maka sejak awal pernikahan kesetiaan perlu dibangun oleh kedua belah pihak, menjadi hubungan yang saling percaya dan saling membutuhkan satu sama lain, saling melengkapi. Tidak heran kehadiran anak bukan hanya pelengkap buah cinta suami dan istri tapi juga menjadi perekat keduanya.

Menyediakan waktu dengan anak dan pasangan adalah cara terbaik menjaga kesetiaan. Tuhanpun bekerja melalui anak-anak. Mereka bisa sangat peka melihat perubahan yang terjadi pada ayah dan ibunya. Tak jarang anak-anaklah yang menyadari pertama akan ketidakharmonisan orangtua mereka. Secara psikologis sudah pasti hal demikian menimbulkan luka di hati mereka. Tidak heran Allah melarang manusia bercerai karenanya.

Semoga kita mau rendah hati saling mengasihi satu sama lain, dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, sesuai dengan janji pernikahan yang kita sudah sebutkan dihadapan imam, dihadapan Tuhan dan disaksikan para kerabat di hari pernikahan kita. Bukan demi manusia atau demi status, tapi justru perjuangan memelihara dan menumbuhkan kesetiaan adalah wujud syukur kita kepada Allah yang telah memberikan pendamping  teman seperjalanan hidup serta anak-anak yang Tuhan percayakan kepada kita. Marilah memohon kekuatan dan kasih Tuhan Allah semesta sang sumber kasih, agar kita diberikan kekuatan untuk setia sehari lagi, besok sekali lagi, dan besoknya sehari lagi….

=======================================================================================

Bacaan Injil Mat 19:3-12

“Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Kata mereka kepada-Nya: “Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?” Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.” Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka:”Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.