Fiat Voluntas Tua

Mati Untuk Berbuah

| 0 comments

“Barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”

Setiap kali kita menikmati buah kegemaran kita seperti mangga yang ranum dan manis, atau rambutan manis yang banyak airnya, bahkan durian yang  legit dengan baunya yang menggoda (maaf agak diskriminatif, karena ada yang sangat tidak suka durian), tanpa sadar kita sulit berhenti sampai buah yang tersedia habis dimakan.  Kita sering kurang menyadai bahwa untuk bisa menikmati buah-buah yang menyegarkan itu, ada suatu proses panjang dibelakangnya dimana sebuah biji harus mati terlebih dulu untuk kemudian tumbuh menjadi benih. Termasuk buah-buah yang dihasilkan dari tanaman cangkokkan lho, tidak mungkin batang tumbuh tanpa diawali biji buah yang mati.

Demikian pula kita bisa menikmati kemajuan teknologi, keterbukaan pasar, pertumbuhan ekonomi dan masyarakat yang pesat yang tumbuh mengisi alam kemerdekaan bangsa Indonesia. Kita mungkin menilai yang ada sekarang pada bangsa dan negara ini kurang sempurna, kurang memenuhi harapan. Walaupun demikian buah kemerdekaan toh telah kita nikmati puluhan tahun. Betapa banyaknya putra-putra terbaik bangsa gugur sebagai pahlawan demi terjaganya kedaulatan negara ini.

Inilah hukum alam, setiap yang baik itu memang harus mati untuk dapat menumbuhkan yang lebih banyak dan lebih baik lagi.Tidak hanya buah yang tumbuh dari biji tanaman. Negara-negara maju juga bisa tumbuh berkembang besar, pada awalnya juga tumbuh akibat perjuangan sekelompok orang sebagai ‘founding father’ yang punya mimpi akan bangsanya; mereka berjuang sampai akhir hayatnya.

Injil hari ini mengingatkan kita. Segala hal yang baik itu berasal dari Allah. Ia yang menanamkan benih yang baik, Ia juga yang menumbuhkan dan menyiraminya. Ialah yang menaburkan sang benih kemana saja ke tempat Ia mau.Tetapi bila benih itu tidak mau mati, menyerahkan kehidupannya kepada Tuhan, maunya hidup dengan keinginannya sendiri, maka ia tidak cukup baik bagi sekitarnya. Orang tidak akan merasakan manfaat dari kehadirannya karena ia hanya hidup bagi dirinya sendiri, hanya untuk menyenangkan diri sendiri.

Mereka yang senang berkorban demi orang lain, sering berkata bahwa orang lain lebih penting untuk diutamakan. Kalau saja kita bisa bersikap serupa pasti memiliki jiwa melayani. Tidak memandang dirinya lebih tinggi dibanding orang lain. Ia hanya akan berkiblat pada sang Guru yang utama, Yesus Kristus yang telah mengorbankan diriNya bagi semua orang.Kemanapun diutus pasti dijalani karena yakin Sang Guru tidak akan menelantarkannya sendiri. Tidak akan ditinggalkan.

Semoga kita semakin hari semakin mampu melatih diri kita untuk menomorduakan keinginan kita, mati pada keinginan diri. Tetapi tetap menyala-nyala untuk mengambil bagian dalam pewartaan Kabar Baik. Hanya dengan mematikan ego kita, kita bisa menaburkan benih Kabar Baik sebanyak mungkin. Hanya dengan mematikan ego kita, kita bisa menempatkan Yesus sebagai Raja yang menguasai hati, pikiran dan kehidupan kita.

=======================================================================================

Bacaan Injil Yoh 12:24-26

“ Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa

Leave a Reply

Required fields are marked *.