Siang itu matahari begitu terik, kulirik jam pada pergelangan tanganku…Hmm…sudah jam 14.00..segera kuarahkan motorku menuju Katedral. Pikiranku dilanda kepenatan yang luar biasa…biasalah…urusan pekerjaan yang tidak ada habis-habisnya…aku pikir..biarlah aku ngadem sebentar di Katedral ini, melepaskan kepenatanku. Sesampainya di Katedral, setelah kukunci motorku, aku melangkah masuk melalui pintu samping yang selalu terbuka, mengundang umat untuk menghormati Sakramen Ekaristi Kudus setiap saat, kemudian aku duduk dan mataku menyapu seisi ruangan di Katedral. Tiba-tiba mataku terpaku kepada seorang gadis kecil, berumur 11 tahun kira-kira…ia sedang khusuk berdoa Rosario..gadis kecil itu lucu, mulut mungilnya komat-kamit mendaraskan doa Salam Maria dan tangan mungilnya menggenggam rosario, rambutnya dikepang 2…Wah…sungguh pemandangan yang menyejukkan hatiku…berdua bersama seorang gadis cilik nan lucu di Katedral.
Tidak seperti gadis mungil tersebut, aku tidak berdoa sama sekali…aku hanya mengeluh kepada Tuhan mengenai beban-beban hidupku yang makin lama makin berat..anakku yang kedua tahun ini mau masuk SD, perlu biaya yang amat besar dan anakku yang pertama mau masuk SMA…belum lagi cicilan rumah yang cicilannya tidak pernah selesai-selesai….wah..kepala ini rasanya mau pecah berantakan, mengingat begitu banyak beban yang harus ku pikul..sehingga buntu nian pikiranku…
Kembali mataku menatap gadis cilik itu, eh dia masih berdoa dengan khusuknya…sampai kulirik jam, ternyata sudah menunjukkan jam 14.45…aku buru-buru keluar gereja Katedral tanpa mengucapkan pamit kepada Tuhan, tanpa menghiraukan gadis cilik tersebut….
Keesokan harinya, aku kembali ke Katedral sekitar jam 14.00 dan kembali kudapatkan gadis cilik itu ditempat yang sama dan ia sedang berdoa rosario kembali…sekali lagi aku acuhkan pemandangan itu dan kembali lagi aku mengeluh kepada Tuhan atas pekerjaanku yang gagal…ku pikir, gak ada salahnya kan mengeluh kepada Bapa yang Mahabaik, pasti Beliau pun maklum atas diriku…selesai berkeluh kesah, kulirik gadis cilik itu dan dia masih khusuk berdoa…
Begitu seterusnya yang aku lakukan, sampai tak terasa menginjak hari yang ke 15, dimana aku masih saja bertemu dengan gadis cilik yang lucu itu…jari jemarinya yang mungil masih saja ‘memainkan’ bulir-bulir pada rosario di tangannya…dan dengan khusuk (seperti biasanya) ia berdoa. Kali ini aku bertekad menunggui dia, soalnya aku heran, koq betah-betah sekali ya ia berdoa…dan tiba-tiba aku ingin bertanya kepadanya, doa apa yang ia daraskan sehingga sampai hari yang ke 15 ini ia masih berdoa pada jam yang sama.
Lama kutunggui gadis cilik itu, akhirnya pada pukul 15.15, gadis cilik itu selesai berdoa..dengan penuh hormat, ia berlutut di depan altar dan membuat tanda salib, mukanya berseri-seri dan setelah itu ia melangkah keluar, kemudian aku menyusulnya. Di luar, aku menyapanya, dan ternyata ia bernama Cindy. Aku langsung bertanya padanya, doa apa yang selalu ia daraskan melalui Rosario dan mengapa ia selalu berseri-seri setelah selesai berdoa? Cindy menjawab demikian,”Om (ia memanggil aku dengan sebutan itu), Cindy tuh berdoa Rosario, seperti yang ibu Cindy minta, Cindy cuman minta kepada Bunda Maria agar mama baik-baik saja di Sana, kan mama Cindy 15 hari yang lalu meninggal dunia karena sakit, kesian, papa selalu menangis kalau malam, Cindy suka ajak papa berdoa, tapi papa selalu menangis, akhirnya Cindy berdoa sendirian…nah pada hari ketiga, sewaktu Cindy tidur, Cindy bermimpi, mama menemui Cindy dengan pakaian putih bersih, mama tersenyum kepada Cindy, dan mama ditemani oleh seorang malaikat, mama berkata kepadaku, bahwa malaikat ini yang selalu menemani Cindy kalau Cindy sedang berdoa di katedral, dan mama berpesan untuk selalu berdoa Rosario setiap hari untuk papa, juga untuk semua orang-orang sakit..Cindy senang berdoa Rosario om, karena Cindy percaya perkataan mama tentang malaikat yang menemani Cindy kalau berdoa rosario, dan Cindy percaya ada malaikat yang selalu mendampingi Cindy setiap hari…malaikatnya gagah sekali om dan seluruh tubuhnya bersinar…udah ya om, Cindy mau pulang ke rumah, kasihan papa sendirian di rumah”, setelah berkata demikian, kulihat Cindy dengan gaya khas anak kecil, berlari-lari kecil dan mendapati sepedanya, sebelum ia kayuh sepedanya, ia melambaikan tangannya kepadaku….aku membalas lambaian tangannya, tak terasa mataku sembab…ya…aku menangis, aku menangis karena aku disadarkan oleh Cindy, seorang gadis cilik, yang walaupun sudah ditinggal oleh ibunya, namun ia percaya akan kekuatan doa yang meneguhkan hatinya…kali ini Bunda Maria berbicara kepadaku melalui seorang anak kecil…ya…kepada Cindy, seorang gadis cilik…segera aku mengambil rosariku yang tesimpan di saku celanaku, aku kembali ke gereja, dan dengan perasaan bersyukur aku daraskan doa rosariku, ya Bunda telah menyapaku.