Sumber: http://pujasumarta.multiply.com/journal/item/337/Minggu_Palma_-_Minggu_Telapak_Tangan
Minggu, 17 April 2011, di Gereja Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci, Semarang perayaan Minggu Palma dimulai pada jam 08.00 dengan upacara perarakan dengan daun palma. Upacara pemberkatan daun palma dilaksanakan di Taman Doa gereja Katedral, dan dilanjutkan dengan prosesi melewat jalan besar menuju gereja Katedral.
“Palma” kata bahasa Latin, dalam bahasa Inggris “palm” berarti “telapak tangan”. Kata itu kemudian digunakan untuk nama pohon yang berdaun seperti telapak tangan, maka dikenallah nama pohon palma.
Dalam Kitab Suci tersimpan peristiwa Yesus dielu-elukan oleh rakyat ketika Ia masuk kota Yerusalem. Peristiwa itu masuk dalam liturgi Gereja baru pada akhir abad ke empat AD; dan kemudian sejak abad ke sepuluh mendapat bentuk seperti dilaksanakan oleh umat Kristiani sampai sekarang. (Lh. http://www.faithclipart.com/guide/Christian-Holidays/what-is-palm-sunday.html).
Kalau palma berarti telapak tangan, maka Minggu Palma dapat disebut juga dengan “Minggu Telapak Tangan”. Dengan kedua tangan kita kita mengungkapkan diri kita. Kita bersyukur pada waktu ini dengan tangan-tangan kita, kita masih dapat memotong daun-daun palma untuk upacara perarakan. Semoga tahun depan kita masih dapat juga dengan tangan-tangan kita memotong daun palma. Kalau kita memotong daun palma, sebenarnya kita berkewajiban untuk melestarikan pohon-pohon palma yang hidup di sekitar kita. Tugas kitalah menghijaukan bumi kita dengan penanaman pohon, untuk mengatasi bahaya pemanasan gobal.
Mengawali masa Pra Paska kita menerima abu pada dahi kita, sebagai tanda pengingat bahwa kita berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Abu tersebut terbuat dari daun-daun palma kering yang dibakar, daun-daun palma yang kita gunakan pada perayaan Minggu Palma ini. Pada daun palma tersimpan peziarahan hidup kita dari tanah kembali menjadi tanah. Peziarahan menuju Yerasalem baru itulah yang kita peragakan dengan perarakan kita memasuki gereja Katedral.
Dengan perayaan Minggu Palma kita memasuki Minggu Sengsara, yang akan memuncak pada Minggu Paska Kebangkitan Tuhan. Pada liturgi Sabda kita dengarkan kisah sengsara Tuhan. Kita dengarkan lagi kisah tangan-tangan manusia, yang dalam hitungan menit mudah berubah dari melambai-lambaikan daun palma menjadi tangan-tangan yang menangkap Tuhan, melukai tubuh-Nya, mencabuti jenggot-Nya. Dengan tangan pula mahkota duri kita pasang pada kepala Tuhan. Lalu dengan tangan-tangan kita tancapkan paku-paku pada telapak tangan-Nya yang kudus.
Kisah sengsara Tuhan tersimpan dalam telapak tangan kita dengan jari-jari kita yang memerankan pelaku-pelaku peristiwa tersebut. Yesus Kristus yang bertumbuh menjadi unggul, yang menghimpun beberapa orang menjadi murid-murid-Nya, dan memikat banyak orang karena keunggulan-Nya dalam kebaikan, ditolak orang orang-orang Farisi, para ahli Taurat, Mahkamah Agama, yang berkehendak memusnahkan hidup-Nya. Namun, Allah Bapa-Nya membenarkan-Nya. Hidup-Nya tidak musnah. Dan pada peristiwa kematian di kayu salib terungkalah iman kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus, yang berkata dengan mengacungkan kedua ibu jari mereka, “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” (Mat 27: 54)
Telapak tangan dengan jari-jemari kita menyimpan kisah sengsara Tuhan, kisah keselamatan kita. Marilah kita belajar kearifan dari telapak tangan kita. Selamat ber-Hari Minggu Palma, Hari Minggu Telapak Tangan.
Salam, doa ‘n Berkah Dalem,
Semarang, 17 April 2011
+ Johannes Pujasumarta