Fiat Voluntas Tua

Sehat Tapi Sakit, Sakit Tapi Sehat

| 0 comments

“Jangan berbuat dosa lagi supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”

Rasanya masih percaya tidak percaya, seperti mimpi, mendapati diri tidak berdaya seperti ini. Tidak pernah terbayangkan hari-hari yang biasanya padat dengan berbagai kegiatan dari pagi hingga larut malam, tiba-tiba berbalik arah tanpa kegiatan berarti karena keterbatasan fisik. Sehari yang biasanya dilewati dengan begitu cepat tiba-tiba jam bergerak sangat lamban. Sampai bosan menunggu jam demi jam, mencoba mempercepat mobilitas… tapi gak mampu. Duh!

Kemarin dapat telpon dari kantor menanyakan apakah bisa ikut meeting dan persiapan workshop dsb. Minggu lalu saat masih tergolek di RS  saya sudah dikirimi jadual meeting dari hari senin sampai rabu. Saat itu, dengan yakin saya katakan bahwa saya akan hadir. Walaaah… gak menyangka badan ternyata belum bisa diajak kompromi. Tubuh rupanya perlu waktu untuk adjustment paska operasi, bergerakpun gampang-gampang sulit. Ngiri rasanya lihat pada seliweran jalan, duduk, teriak-teriak sementara untuk bersin dan batuk saja merupakan perjuangan berat buat saya.

Kalau sudah ‘soro’ sendirian begini, betapa berartinya sapaan teman via sms, email, BB. Rasanya bahagia ditemani banyak kawan yang memiliki perhatian dan menyapa serta mendoakan untuk pemulihan. Alangkah nikmatnya sehat itu, alangkah senangnya bisa berjalan, melangkah, duduk berdiri tanpa mikir posisinya harus miring dikit, dan tidak butuh 2 menit untuk bangun dan melangkah. Yes, we just take it for granted… sampai akhirnya kita disadarkan bahwa kita tidak ‘sehat’, yesss..something is wrong.

Renungan hari ini menyadarkan kita bahwa sakit memang tidak nyaman. Apalagi selama 38 tahun, duuuh… yang beberapa hari saja sudah sengsara begini, tidak terbayangkan frustrasinya kalau bertahun-tahun. Tidak heran mereka yang memiliki keterbatasan fisik, menjadi lebih sensitif, mudah marah dan tersinggung. Mungkin juga seperti yang saya alamai, irihati melihat orang lain tidak merasakan ‘sengsara’nya kita.Semoga  si sakit juga disertai teman-teman dan keluarga yang setia menemani dan mengupayakan agar ia dapat kembali sehat.

Rupanya kesembuhan seseorang itu ternyata tidak selalu disyukuri oleh sementara orang seperti orang-orang Farisi ini, mereka mungkin belum pernah  merasakan tidak enaknya menjadi ‘pasien’ bertahun-tahun. Atau mungkin juga mereka sudah memiliki paradigma bahwa si sakit itu menderita karena ‘kecerobohan’ dan dosanya sendiri. Yang sehat merasa berhak menghakimi si sakit. Bisa jadi mereka yang mencela cara penyem buhan si sakit inipun tidak pernah memiliki perhatian untuk mengupayakan kesembuhan bagi si penderita sakit.

Maka marilah kita bertobat dari ketidakpedulian satu sama lain, kembali menolong dan memperhatikan mereka yang sedang menderita.  Kita doakan juga mereka yang masih berjuang diantara sakitnya tetap memiliki pengharapan dan setia mengucap syukur atas segala kondisi; tetap sehat dan kuat didalam iman dan pengharapan. Kita perlu  membiasakan diri bersyukur dalam segala hal yang telah diterima dan apapun yang  telahdialami…sekecil apapun. Rasa syukur pasti menjauhkan kita dari dosa, dari kebiasaan buruk yang memanjakan tubuh tapi menjauhkan kita dariNya. Bersyukur menjauhkan kita dari irihati dan kesombongan serta perasaan lebih dari orang lain. Rasa syukur membuat kita berupaya mendekat kepadaNya dan menjauhkan diri dari dosa serta berani menjadi saksi kebesaran NamaNya.

===============================================================================================

Bacaan injil Yoh 5:1-16

“Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka: “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mereka bertanya kepadanya: “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia.Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.