Fiat Voluntas Tua

Iman Instan = Panic Mode On

| 0 comments

Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.

Kita hidup di era teknologi yang semuanya serba cepat, siapapun yang memimpin pasar adalah mereka yang mampu menyediakan jasa atau produk yang diminta konsumen dalam waktu singkat. Maka makin lama proses dibuat semakin cepat semakin instan. Dari makanan cepat saji sampai mie instan. Kalau mau kirim barang sekarang banyak penyedia jasa paket yang buka 24 jam dan berlomba memberikan pelayanan tercepat dan termurah. Akhirnya pendidikan pun tertular juga, berbagai metode ditawarkan termasuk kerjasama dengan universitas luar negeri sampai anak-anak yang bicarapun belum jelas sudah ditawarkan ‘sekolah’ ini dan itu. Yep.. we are in a panic mode! Kalau gak cepat bakal ketinggalan. Walhasil banyak praktek menyimpang seperti jual beli ijazah, jual beli KTP dan paspor sampai gratifikasi agar proyek disetujui dan uang cepat keluar dari bendahara.

Benarkah semuanya demikian? Kalau kita tidak berhati-hati kita bisa terseret ‘panic mode on” dengan hanya menggunakan nalar dan tersandung dalam mengambil keputusan yang kurang bijaksana. Banyak hal terjadi akibat tersandung ‘panic’ mode ini, semua tidak dipersiapkan dengan matang sehingga saat menghadapi tantangan justru hancur berantakan. Terutama bila menyangkut pembangunan karakter manusia, pendidikan bahkan membangun keluarga, apalagi dalam hal membangun iman.

Bacaan hari ini mengajak kita memahami proses perkembangan iman seorang perempuan Samaria yang berjumpa dengan Yesus. Ini adalah perjumpaan biasa antara dua manusia, hanya yang satu orang Samaria dan yang lainnya orang Yahudi dimana keduanya tidak diijinkan bergaul karena aturan Taurat. Dimulai dengan percakapan biasa yang semakin lama semakin mendalam sampai akhirnya si wanita samaria menyadari bahwa Yesus adalah Mesias. Dia berubah dari orang yang rendah diri menjadi seorang ‘pewarta’ kabar baik yang luar biasa.

Siapa yang mau bergaul dengan perempuan Samaria apalagi yang tidak jelas siapa suaminya ? Wanita ini adalah warga negara kelas 5, kalau boleh dijabarkan dengan adat istiadat Yahudi. Warga negara kelas 1 adalah orang Yahudi, lainnya non Yahudi. Warga negara kelas 2 adalah perempuan Yahudi, karena perempuan tidak boleh memimpin – paternalistik lah. warga negara lainnya adalah non Yahudi termasuk Samaria. Nah perempuan Samaria pasti dibawahnya lagi. Apalagi yang tidak jelas suaminya… kelas 5 deh.

Maka ia tidak berani mengambil air di sumur wilayah orang Samaria pada waktu pagi hari karena jatah pagi-pagi pasti para perempuan baik-baik terlebih dulu. Perempuan Yahudi lalu perempuan non Yahudi (Samaria) dan ia memilih jam 12 siang, waktu yang tepat saat matahari diatas kepala kan? Tapi siapa yang menyangka pada waktu itu saat ia menghindari perjumpaan dengan orang lain karena statusnya, justru disaat inilah Yesus ‘sengaja’ menemuinya. Persis disaat ia sendirian. Yesus memilihnya orang yang tidak dipandang oleh siapapun untuk mengenalNya lebih dalam lagi. Relasi yang dibangun sungguh dalam sehingga wanita Samaria ini merasa diperhatikan dan disapa oleh Sang Mesias.

Keyakinan dirinya bangkit dan ia tanpa memperdulikan statusnya, berani mewartakan Yesus. Ia sama sekali tidak mewartakan dirinya karena ia tahu siapa dia di mata orang banyak. Kuasa Roh Kudus telah membuat orang lain yang memandangnya rendah, justru percaya akan pewartaannya. Mereka berbondong-bondong mencari Sang Mesias di luar kota. Inilah dampak pewartaan yang luar biasa !

Semoga kita tidak membangun iman pengenalan akan Yesus dengan instan, kita mau mengikuti proses demi proses secara bertahap sampai kita bisa sungguh-sungguh menyadari siapa diri kita ini sebenarnya. Sampai kita menyadari siapa Yesus sebenarnya sehingga kita lebih menonjolkan Yesus Sang Mesias, bukan mewartakan diri kita, posisi dan kekuatan apalagi kekayaan kita.

Kita bisa mengenal Yesus semakin dalam kalau kita meluangkan waktu bersamaNya lebih sering, melalui doa, merenungkan SabdaNya dan mengikuti Sakramen. Kita juga belajar menyadari kehadiranNya lewat orang-orang disekitar kita terutama yang lapar, haus dan membutuhkan pertolongan kita. Mari kita jauhkan budaya iman instan, ingin cepat-cepat dibaptis, menerima sakramen pernikahan, krisma atau apapun tanpa mau bersusah payah mengikuti tahapan-tahapan pengenalan akan Kristus. Mari kita simak cara kita membangun iman apakah selalu mencari kesembuhan ‘instan’ dan berbagai pelayanan instan dengan mengandalkan para romo dan menjadikannya ‘seleb’. Semoga kita memiliki kerendahan hati seperti wanita Samaria sehingga menjadi pewarta iman yang membawa banyak orang datang kepada Yesus.

===============================================================================================

Bacaan Injil Yoh 4:5-42

Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.
Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.” Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.
Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.”
Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?”
Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”
Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” Kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya: “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.”
Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.  Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Jawab perempuan itu kepada-Nya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.”
Kata Yesus kepadanya: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang berkata: “Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?”
Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.” Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, dan mereka berkata kepada perempuan itu: “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.