“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib tetapi orang sakit”
Ada fenomena menarik saat rabu abu kemarin. Di paroki santa /blok Q diadakan 3 kali misa Rabu Abu yaitu pada jam 6, 12 dan 18. Misa jam 6 pagi gereja berisi setengahnya. Tapi pada misa jam 12 seluruh bagian gereja penuhl bahkan mulai dari gereja baru, gereja lama serta basement sampai harus dibuka untuk umat yang hadir. Semuanya sekitar 1800 kursi, jumlah yang hanya penuh pada saat misa paskah dan natal. Tidak heran kalau membludak karena mendapat limpahan umat yang datang dari komplek perkantoran SCBD padahal di beberapa gedung perkantoran jg diadakan misa rabu abu.
Demikian juga kisah serupa yang disampaikan romo Sarwi dari Singapura di Santa Anna. Misa Rabu Abu diadakan jam 6.15 pagi, umat lebih banyak dari biasanya, seperti Hari Minggu jam 7.15pagi. Kemudian jam 18.15 sore, juga terjadi yang sama lebih banyak dari Missa harian, hanya jam 20.00 malam, penuh sampai ke tiga pintu masuk/keluar harus dibuka. Kemungkinan besar ini disebabkan karena sebagian besar umat baru pulang dari bekerja.
Kisah serupa juga terjadi di Gereja St Helena Paroki Karawaci. Gereja yang pada hari minggu biasa terisi paling hanya ¾ bagian itu tiba-tiba penuh sesak pada hari Rabu Abu. Area parkir kurang, umat memenuhi segala sudut gereja, mulai bagian dalam sampai bagian luar yang berkanopi maupun yang tanpa kanopi. Tambahan kursi selalu disambut dengan berebut karena sebagian belum dapat tempat duduk. Padahal Minggu biasa ada 2 x Misa sedangkan untuk Rabu Abu ada 3x Misa.
Semoga semua orang yang hadir tersebut tidak malu dan mengakui kekatolikannya saat dengan lantang menjawab pertanyaan orang-orang disekitarnya ; kenapa dahinya hitam? Mungkinkah karena Rabu Abu merupakan satu2nya perayaan yamg secara fisik menunjukkan seseorang adalah katolik dan sedang mempersiapkan diri masuk masa puasa, maka orang banyak berbondong-bondong hadir pada saat tersebut? Betulkan mereka sungguh-sungguh menyatakan diri bertobat dan siap untuk percaya seutuhnya pada Injil?
Hal ini masih belum terjawab, karena pada saat menghadiri perayaan Jalan Salib pada hari Jumat kemarin jam 12 di Blok Q, jumlah umat yang hadir sekitar 400 orang. Hhmm… tinggal 1/4nya, lalu kemana mereka yang pada hari Rabu Abu kemarin datang menyesaki gereja? Dalam hitungan hari sudah tidak nampak lagi di gereja untuk meneruskan Jalan Salib padahal Jum’at ini baru hari ketiga masa puasa.
Mengikuti Jalan Salib merupakan devosi terhadap penghargaan pengorbanan Kristus kepada kita, umat manusia yang dikasihinya. Dalam perjalananNya yang berat, banyak sapaan yang didapat dari ibunya, Simon dari Kirene, perempuan-perempuan Jerusalem, Maria Magdalena yang menemaninya dalam menanggung sengsaraNya. Kita sendiri seharusnya telah menyalibkan dosa kita bersama Yesus, dan belajar tetap setia selama menapaki jalan kehidupan kita. Dosa yang kita buat berkali-kali membuat Yesus semakin berat menanggung salib sehingga terjatuh lagi, dan lagi.
Semoga kita menyadari dengan pertobatan kita, kita memang perlu merendahkan hati untuk mengakui kelemahan kita. Sehingga kita sadar betapa kita tidak berarti tanpa kekuatan dariNya. Kita masih membutuhkan Yesus agar mampu bertahan, tidak jatuh berkali-kali dalam dosa sampai akhir kehidupan kita. Pertobatan membuat kita menyadari betapa kita dikasihi Tuhan, begitu besarnya kasihNya sehingga Ia telah menyerahkan nyawaNya demi kita. Selamat menjalankan pantang dan puasa.
===============================================================================================
Bacaan Injil Luk 5:27-32
“Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”