Fiat Voluntas Tua

Gempa & Tsunami di Jepang: Disikapi Dengan Bijaksana

| 0 comments

Seisi dunia terperangah saat Jepang diguncang gempa berskala 8.9 SR disertai tsunami menghantam bagian timur Jepang. Negara yang paling siap menghadapi gempa akhirnya harus menghadapi ancaman kebocoran reaktor serta krisis listrik sebagai akibat rusaknya reaktor nuklir mereka. Jepang yang memiliki sistem mitigasi bencana yang rapih bahkan setiap tanggal 1 September mereka melakukan simulasi penanggulangan bencana di beberapa kota yang paling kritikal terhadap gempa dan tsunami sebagai peringatan akan gempa Kioto. Setiap bulan anak-anak sekolah latihan evakuasi sehingga saat bencana datang, anak-anak ini tahu persis apa yang harus dilakukan.

Gempabumi tidak pernah bahkan jarang sekali membunuh manusia, kecuali ia terjerumus masuk kedalam patahan bumi.  Dalam alam natural, binatang jarang sekali menjadi korban gempa bumi. Secara alami mereka diberikan kemampuan lebih untuk segera menyelamatkan diri, termasuk datangnya tsunami. Fenomena gajah-gajah di Thailand yang panik lari ke atas bukit dengan membawa penumpang dan pawangnya sebelum tsunami, justru menyelamatkan manusia. Yang justru banyak menelan korban adalah gedung dan bangunan sipil yang dirancang dengan buruk. Siapa yang membuat bangunan-bangunan tersebut? Manusia juga. Olehkarenanya, Jepang sangat ketat dalam menentukan aturan tingkat keamanan gedung-gedung yang ada serta menentukan zona aman didaerah pantai.  Mereka sudah memetakan wilayah yang berbahaya berdasarkan riwayat gempa yang ada  dengan peralatan canggih. Tidak ada kompromi bagi tingkat keamanan publik. Bagaimana dengan kita, apa bedanya Indonesia dengan Jepang yang sama-sama dikelilingi patahan bumi “Ring of Fire” penuh gunung api dan palung laut?

Perbedaannya ada dalam paradigma dan sikap mental bangsanya dalam memandang resiko terhadap gempa. Jepang menyadari dan bisa menerima fakta bahwa mereka hidup diwilayah bahaya. Apakah kita bisa menghadapi gempa serupa dengan sikap yang sama?  Berikut adalah kumpulan twits :

Dunia berdecak kagum dengan mentalitas masyarakat Jepang. Di saat terjadi bencana gempa dan tsunami yang mematikan, mereka tetap mengantre dengan tertib di supermarket untuk mendapatkan bahan makanan. Tidak ada rebutan, tidak ada kerusuhan!

Rupanya tidak hanya di supermarket saja suasana ketertiban di tengah bencana itu terlihat pada masyarakat negeri sakura. Ketika gempa baru saja terjadi, lalu lintas macet total. Namun, penduduk Jepang tetap bersikap tenang menghadapinya.

“Lalu lintas bagai di neraka dan sering kali hanya satu mobil dapat berjalan ketika lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Tapi semua begitu tenang dan mengemudi dengan aman dan memberikan jalan kepada satu sama lain,” ucap salah salah satu pengendara, Arakawa.

Arakawa mengucapkan hal itu melalui akun twitter, yang lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh seorang translator bernama Aya Watanabe (@vida_es_bella). Watanabe menghimpun beberapa tweet para korban gempa yang menunjukkan ketertiban dan rasa kesetiakawanan warga Jepang.

Masih di jalan raya, seorang pengguna jalan lain mengatakan, ia mengemudi selama 10 jam untuk pulang ke rumah saat gempa menghentak pada Jumat sore, 11 Maret lalu. Lalu lintas sangat padat. Namun, ia tidak mendengar bunyi klakson sekali pun.

“Yang terdengar hanyalah ucapan terima kasih antara satu sama lain, karena telah diberi jalan,” katanya.

Sikap tetap tertib dan tidak emosional juga terlihat di stasiun-staiun kereta api. Seperti diberitakan, ketiga gempa terjadi, jaringan KA Tokyo Metro sempat menghentikan operasinya dengan alasan keselamatan penumpang.

Banyak penumpang yang terlantar di stasiun. Namun, mereka tetap menunggu dengan sabar sampai KA dapat beroperasi kembali. Para penumpang juga senang dengan cara petugas KA yang tetap melayani mereka dengan senyuman.

Seorang warga Jepang yang ingin menempuh perjalanan dari Oedo menuju Hikari Gaoka mengatakan, stasiun sangat penuh dengan penumpang.

Leave a Reply

Required fields are marked *.