“Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.”
Sudah lebih dari sepuluh tahun kami menempati rumah dengan halaman yang cukup luas ini, termasuk didalamnya ada pohon mangga dan pohon rambutan. Selama kami tinggal dirumah ini pohon rambutan senantiasa rajib berbuah, tetapi tidak demikian halnya dengan pohon mangga yang menjulang tinggi lebih dari 10 meter, hanya memberikan buah yang kecil dan kemudian rontok. Rasanya ingin ditebang saja dan diganti dengan pohon buah lainnya dimana hasil rekayasa manusia bisa tetap berbuah walau tingginya hanya 2,5 meter. Tapi rasanya sayang juga kalau ditebang karena pohon tersebut meneduhi kamar tidur sehingga terasa sejuk terhindar dari terpaan matahari siang. Setiap saat selalu berharap akan berbuah lebat, tapi sampai kapan ya?
Demikianlah bacaan Injil hari ini dimana Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah walaupun memang belum musimnya. Secara ilmiah memang pohon berbuah ada skilusmya, ada musimnya. Ada saatnya ia berbuah ada saatnya ia tidak berbuah. Walaupun demikian Allah Sang Pencipta dapat memberikan berbagai hal yang melawan apa yang ‘normal’ yang umumnya terjadi, karena memang Dialah pemilik dan pencipta kehidupan. Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya, karena mereka akan tetap menghasilkan buah walaupun bukan ‘musim’nya.
Seperti itulah yang diharapkan akan keberadaan kita sebagai saksi Kristus, selalu ditunggu untuk tetap berbuah kasih, menghasilkan perbuatan baik, memberikan perkataan baik, membangunkan semangat senantiasa. Berkarya bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik. Selalu, setiap saat dan tidak mengenal musim. Tidak tergantung apapun situasinya.
Tanpa sadar kita sering penuh dengan alasan bila terlibat dalam pelayanan dan dalam membangun relasi dengan Tuhan. Baru berdoa kalau ada masalah, baru ikut pertemuan lingkungan kalau diadakan dirumah sendiri, baru ikut Misa kalau dapat tempat duduk yang enak. Baru ikut koor kalau seragam disediakan, baru ikutan kepanityaan kalau pulsa dan transport tersedia. Dan banyak lagi litani ‘kalau’… itupun kalau doanya dijawab.
Kita lupa bahwa Tuhan telah mencintai kita sehabis-habisnya tanpa syarat, tanpa ‘kalau’ bahkan saat kita masih belum mengenalNya, belum bertobat dan belum membalas kasihNya. Kita lupa bahwa orang-orang disekitar kitapun ada yang tetap mendoakan dan mengasihi kita tanpa syarat, tetap mengharapkan yang terbaik dari kita.
Kalau saja kita terus menerus membangun relasi yang akrab dengan Tuhan, selalu berupaya mencari tahu dan mengenali kehadiranNya lewat setiap kondisi bahkan lewat setiap perjumpaan, maka seharusnya kita akan melatih diri kita untuk senantiasa memberikan buah-buah rohani yang banyak dinikmati orang-orang disekitar kita. Tanpa syarat, tanpa menunggu musim.
amati geni, karya, lelungan, lelanguan
==============================================================================================
Bacaan Injil, Mrk 11:11-26
Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya. Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya.
Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.
Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota. Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: “Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.” Yesus menjawab mereka: “Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” [Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.]