Fiat Voluntas Tua

Gak Usah Ngumpet dari Tuhan

| 0 comments

Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.

Kebiasaan saya setiap kali mengambil sakramen pengampunan dosa, saya selalu usahakan dengan romo yang sama yang saya anggap sebagai guru dan pembimbing rohani saya. Saking seringnya justru romonya yang tanya “Ngopo tha mbak, kok kerep men ngaku doso” (Mengapa harus mengaku dosa sering-sering?) Hahahaha…. romonya yang bosen kayaknya. Sekedar informasi, Bapak Paus rutin melakukannya setiap minggu lho! Tapi itulah saya merasakan rahmat yang luar biasa melimpah setiap kali selesai sakramen pengampunan dosa. Seperti mendapat tenaga jumbo jet lagi menapaki penziarahan ini.

Suatu kali ada kesempatan retret pewarta yang diikuti 200an lebih orang , malam itu ada juga sakramen pengampunan dosa. Disediakan 8 pastor yang namanya gak ada panitya yang tahu siapa saja karena diadakan di sekitar Ciloto, jadi benar2  mujizat kalau panitya bisa menemukan  romo segitu banyak di malam minggu. Asal tahu saja sangat  sulit  cari romo untuk misa diluar paroki di hari sabtu. Cari satu romo saja susah apalagi 8 orang …apalagi diluar kota Jakarta ! Sebelum mulai antri saya sempat berdoa rada nakal “Tuhan, saya ingin menyiapkan diri untuk menerima sakramen pengampunan dosa, tapi kalau boleh saya minta kali ini saya diberikan romo yang gak mengenal saya.”  Kemudian mulailah saya melihat-lihat dan mencari tempat duduk dalam antrian.

Tiba-tiba ada seorang panitya yang bertanya pada saya, aneh juga… soalnya saya gak memberitahu siapa-siapa  tentang doa saya tadi. “Mbak Ratna, tahu gak itu nanti romo siapa di dalam situ?” Wah saya ndak tahu, memangnya siapa? tanya saya. “Itu kan romo X”  Waduuh… gak lah, saya langsungberdiri dan menyilahkan pewarta berikutnya mengambil tempat saya. Akhirnya pindah ke barisan lain yang saya lihat cukup cepat bergerak. Naah mungkin disini romonya gak saya kenal deh.

Tibalah giliran saya, saya masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu. Begitu membalikkan badan terdengar sapaan ” Apa kabar mbak ratna?” Blaaaiiikkkk…. mateng aku, gimana saya gak kaget. Jauh-jauh di Ciloto begini, ternyata bisa ketemu si romo satu ini. Gak usah tahulah namanya, tapi beliau salah satu pejabat di KWI. Jarang tatap muka memang, tapi sering beremail dan becanda lewat SMS. Halaaah… merah kuning hijau muka saya rasanya. Ternyata Tuhan kita ini punya sense of humor yang tinggi ya?

Akhirnya saya mengaku “Mo, dosa pertama saya adalah saya menolak untuk mengaku dosa dengan romo yang saya kenal. Tetapi Tuhan ternyata mempertemukan kita.” Tertawalah sang romo dan berkata, makanya mbak jangan suka main-main sama Tuhan.  Hahaha…

Kamsudnyaaaa… bertemu dengan Tuhan adalah membuka diri seluas-luasnya, gak ada yang ditutupi gak ada yang disembunyikan. Saya tahu saya lah yang bersalah. Masih memilih romo saat sakramen pengampunan dosa adalah tanda bahwa sebenarnya ada yang ingin saya sembunyikan. Dan ternyata Tuhan tidak mengijinkan saya lakukan itu, saya diperhadapkan pada romo yang saya kenal. Saya dihadapkan pada pilihan : tetap mau mengakui kesalahan dengan terbuka atau sebagian saya sembunyikan karena si romo mengenal saya. Demi nama baik or biar ‘jaim’ -jaga image ? Sudahlah… gak usah ngumpet dari Tuhan. Akhirnya saya memilih mengakui semuaaaanya… Walhasil, hari itu saya keluar kamar pengakuan dengan sukacita luaaarrr biasa. Yesss…. saya telah meluruhkan ego saya, saya telah memilih tunduk pada Tuhan.

Injil hari ini mengingatkan kita untuk berani berbicara atas nama kebenaran dan keadilan, jangan berbohong dan munafik. Sama halnya juga jangan menutup-nutupi hal yang buruk, belajar transparan dan menerima segala hal yang belum sempurna agar bisa diubahkan menjadi lebih baik. Untuk apa ‘jaim’ kalau toh nantinya akan terbongkar juga, kita bisa dipermalukan didepan umum. Maka mumpung masih sedikit menyimpang, akuilah dan berhentilah melakukan yang ‘sembunyi-sembunyi’ dan menghindar dariNya.

Kita juga sering munafik mengukur dan menghakimi orang lain, padahal kita sendiri tanpa sadar juga melecehkan dan merampas kesempatan orang lain menerima rahmat. Maka dikatakan ‘ukuran’ yang kita kenakan pada orang lain, akan dikenakan pada kita DAN ditambahkan lagi. Berarti diukur dua kali takarannya untuk kita…. wah ! jadi dobel dong?

Marilah kita membangun kasih senantiasa, mengasihi Tuhan more than anything, lebih dari apapun. Juga mengasihi sesama disekitar kita lebih lagi. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Artinya kalau kita memiliki kasih senantiasa, kita akan diberi kekuatan untuk terus bertumbuh dalam iman, termasuk berani transparan, berani berkata demi keadilan dan kebenaran serta menentang arus kalau perlu. Sedangkan kalau kita tidak punya keberanian dan memilih hidup munafik, apapun akan diambil dari kita : damai sejahtera, sukacita dan harapan. Yang tersisa hanyalah rasa bersalah, menyesal dan ketakutan.

==============================================================================================

Bacaan Injil Mrk 4:21-25

“Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Lalu Ia berkata lagi: “Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.