Fiat Voluntas Tua

Sesama Domba? Sesama Serigala?

| 0 comments

Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.

Bila membaca nats diatas maka kita sering menganalogikan bahwa kitalah sang domba dan orang-orang yang  berseberangan dengan kita adalah ‘serigala’nya.  Lebih parahnya lagi kalau kita menganggap dalam setiap pelayanan pasti ada ‘serigala’nya dan mulai tunjuk sana sini sambil mengatakan inilah serigala yang dimaksud Yesus. Atau ekstrimnya tidak berani berbeda pendapat karena takut dicap ‘serigala’ oleh yang lain. Oh, come on …..Jangan-jangan justru kita lah si serigala yang memangsa teman-teman sendiri dengan segala fitnah dan penghakiman. Banyak karya misi dan pelayanan putus ditengah jalan karena satu sama lain sesama pengikut Kristus justru saling memangsa dan menerkam.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan saat Yesus baru saja memilih kloter pertama 12 orang murid, Ia mengutus murid-muridNya  kloter kedua 70 orang pergi berdua-dua Ia memberikan mereka kuasa untuk melanjutkan apa yang telah Ia lakukan dalam pelayanan-pelayanan sebelumnya. Para murid ini tentunya sudah mengikuti dan mengamati  apa yang telah dilakukan oleh Yesus. Sekaranglah saatnya mereka dilepaskan ke desa-desa disekitarnya tanpa disertai Yesus. Mereka harus melakukannya sendiri dan dikenal sebagai utusan Tuhan Yesus. Yesus tentu menyadari  bahwa para murid akan berhadapan dengan berbagai tantangan seperti yang Ia alami.

Yesus yang beritikad baik ternyata juga bisa ditolak dan diusir di beberapa tempat, bahkan Ia didakwa sesat oleh Ahli Taurat. Maka para murid ini harus perlu dibimbing dan digembalakan seperti domba tetapi kali ini diutus seperti  domba yang ditinggalkan gembalanya,. Mereka akan berhadapan dengan para ahli Taurat dan kaum Farisi yang seperti serigala. Biasanya kalau serigala datang, gembalalah yang turun tangan menghadapi si musuh. Tapi kali ini sang Gembala mengijinkan ‘domba’nya berhadap-hadapan dengan si serigala. Bisa dibayangkan pertarungannya seperti apa. Gurunya saja diserang para Ahli Taurat dan Farisi, apalagi murid-murid Yesus yang mereka tahu cuma nelayan. Tinggal dicaplok lah.

Manusia adalah serigala bagi sesamanya. Homo Homini Lupus (Plautus) demikian lah manusia bisa menjadi ganas menghadapi manusia lain yang sekiranya mengancam keselamatan atau kepentingannya. Bukankah itu terjadi di dunia bisnis dan panggung politik? Hhm…di organisasi intelektual dan agamispun terjadi  hal demikian. Anak-anak akan melakukan hal yang sama bila mainannya dipegang oleh anak lain. Mereka secara natural meradang dan marah karena menyangka harta ‘milik’nya diambil. Apakah ini reaksi normal  manusia bila terancam? Apa yang dialami Yesus juga akan dialami para murid, termasuk kita juga yang menjadi para pengikut Kristus.

Mungkinkah domba bisa selamat bila berhadapan dengan para serigala yang saling memangsa, tanpa bantuan sang gembala dengan tongkatnya? Lalu apa saran Yesus? Cuma satu sarannya, fokus pada perutusan dan mengandalkan Sang Pengutus itu sendiri.  Jangan andalkan kekuatan sendiri, mana mungkin domba melawan serigala. Percayalah pada penyelenggaraan Ilahi. Maksudnya adalah  agar  dalam menghadapi tugas perutusan kita tidak mengandalkan ‘atribut’ pakaian diri, jabatan, kekayaan dsb. Fokus pada tugas perutusan, tidak berbelok ke kiri ke kanan dalam melakukan tugas. Tidak perlu mampir kiri kanan, seolah transit, istirahat sebentar dari perutusannya untuk sekedar menyenangkan diri karena setiap saat adalah kesempatan berharga untuk mewartakan Sabda. Fokus pada Sang Gembala yang memberikan Amanat Agung dan yang telah memberikan kita kuasa.

Dalam tugas perutusan kita akan banyak reaksi yang dihadapi, ada yang menerima pun ada yang menolak. Hasilnya bukan menjadi tanggungjawab kita, karena bagian kita adalah membagikan dan mewartakan Kabar Baik melalui berbagai karya. Hasil perutusan adalah karya rahmat Ilahi.  Hasilnya memang ada yang langsung, bisa juga baru terlihat setelah puluhan tahun, biarlah itu menjadi hak Tuhan. Do our best, and let God do the rest.

Maka dalam perjalanan kehidupan kita, marilah kita fokus untuk jalan beriringan dengan kawan sekerja Allah, mencapai tujuan pemberitaan Kabar Baik sebanyak mungkin. Pasti Tuhan kirimkan rekan-rekan yang kita temui dalam perjalanan hidup yang ternyata memiliki visi perutusan yang sama. Semoga kita tidak menjadi si serigala yang saling memangsa sesamanya. Tapi kita lakukan dalam berbagai karya baik sebagai klerus, pelajar, ibu rumah tangga, kelompok profesional dan pengusaha. Siang malam tetap konsisten, tidak ada jeda, tanpa istirahat dalam arti tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan. Sampai akhirnya bersma-sama kita tiba di garis peristirahatan akhir dan berharap sang Gembala menyambut dengan tangan terbuka dan berkata : Marilah pulang dan beristirahat dalam damai.

===============================================================================================

Bacaan Injil Luk 10:1-9

“Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.