Fiat Voluntas Tua

Publikasi Yes ! Pencitraan No?

| 1 Comment

“Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.”

Sebagai saksi didalam suatu persidangan, tidak mungkin seseorang tidak berkata-kata atau berdiam diri. Ia harus bersuara mengatakan dan menjelaskan kesaksiannya. Bahkan harus dinyatakan kebenarannya karena diperkatakan dibawah sumpah. Kalau sepanjang persidangan si saksi berdiam diri, atau menjawab tidak tahu dan bahkan ‘lupa’ maka kualitasnya sebagai saksi malah bisa memperlemah persidangan.Bahkan bisa dianggap mempersulit persidangan karena tidak memberikan titik terang atas informasi yang dimilikinya. Beberapa bulan ini kita diombang-ambingkan dengan berbagai kasus mafia yang akhirnya berujung pada adanya “pembohongan publik” – apa yang diberitakan kepada publik ternyata tidak seindah aslinya.  Yang satu menuduh yang lain berbohong, yang lain tidak mengaku dan dikatakan pihak lain lah yang mempersulit. Betul-betul negara penuh dengan pembohongan, tidak jelas lagi mana berita yang benar dan siapa yang dapat dipercaya.

Dalam perikop ini juga dirasakan ada yang tidak umum, para murid yang di kemudian hari harus berkeliling kemana-mana mewartakan Kabar Baik, justru dilarang untuk memberitahukan siapa Yesus sebenarnya. Lha….  buktinya setan aja saat itu juga tahu siapa sebenarnya Yesus sehingga mereka tunduk tersungkur karenaNya.  Merekalah yang lebih dulu menyatakan Dia adalah Anak Allah, bukan murid-murid dan pengikutNya dimana mereka masih mengganggap Yesus sebagai Guru mereka.  Yesus tidak ingin mereka menyatakan bahwa Ia adalah anak Allah – karena Ia harus memulai pewartaan Kabar Baik dan mengakhirinya lewat sengsara, wafat dan kebangkitanNya.

Saat itu Yesus dicari banyak orang, sampai terhimpit dan harus menyingkir menjauh dari kerumunan orang. Mereka yang sakit dan menderita berbondong-bondong ingin mencari kesembuhan dari Yesus. Mereka mendengar dari orang-orang lain bahwa Yesus menyembuhkan banyak orang dengan seketika (gratis lagi). Demikian pula mereka yang terikat iblis juga dibawa kesana, dengan harapan tentunya bisa sembuh juga secara instan. jangan-jangan orang banyak mencari Yesus karena gambaran mereka tentang Yesus adalah tabib yang ajaib menyembuhkan segala penyakit. Mereka tidak paham bahwa Yesus datang sebagai Juru Selamat. Bukannya sekarang juga  orang-orang banyak yang mencari Yesus untuk mendapatkan kesembuhan? atau agar mendapat kesuksesan? Agar lebih laris tokonya, tidak ada saingan dan banyak pembeli baru. pelanggan lama malah ditelantarkan.

Sebenarnya tujuan utama Yesus datang kebumi bukan untuk menyembuhkan orang, bukan juga untuk melepaskan dan mengusir setan. Tugas utamaNya datang  ke dunia adalah untuk mendamaikan manusia dengan Tuhan, agar hubungan kembali harmonis dan agar manusia bisa kembali kepada Tuhan dan bersatu selamanya. Maka yang harus dinyatakan adalah agar manusia mau bertobat dan kembali menerima uluran tangan Allah. “Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat” – Inilah intisari publikasi yang harus disampaikan para murid, bukannya berapa orang yang sembuh saat itu juga.

Yang menjadi kerinduan Yesus adalah keinginan manusia untuk bertobat dan mencari Kerajaan Allah serta kebenarannya. Ia tidak mencari popularitas, Ia tidak mementingkan pencritraan dirinya tapi Ia mencari jiwa manusia yang sakit yang perlu dipulihkan dari kedosaannya. Sering terjadi orang sembuh dari penyakitnya, tetapi ia tidak menyesali dosanya dan tidak mencari Tuhan. Ia tetap marah-marah, misuh-misuh kiri kanan, tidak bisa bersyukur dan senangnya membicarakan keburukan orang lain. Ini sih yang sakit memang ‘jiwa’ dan batinya – kok senang sekali melukai hati orang lain. Karenanya kesembuhan seperti ini tidaklah berarti apa-apa bila jiwanya sebenarnya masih ‘sakit’.

Kita seyogyanya juga melihat kapan saatnya kita harus berbicara dan berani menyatakan kebenaran agar orang lain menyadari apa yang seharusnya dilakukan, kita juga harus menyadari bahwa kebenaran harus ditegakkan.  Harus dibicarakan dan disampaikan. Bisa jadi kita dianggap nyeleneh, melawan arus, tapi bilamana praktek yang ada tidak sejalan dengan iman kristiani, kita harus berani bersuara. Itulah suara kenabian yang mengingatkan manusia untuk kembali kepada kebenaran, kembali kepada jalan Allah. Suara yang keras yang diperdengarkan untuk membela mereka yang miskin, tersisih dan terhina. Seperti layaknya para Tokoh Agama yang dengan lantang menyampaikan 18 kebohongan publik atas nama rakyat. Mereka tidak takut apa-apa demi adanya perbaikan kesejahteraan rakyat. Pesannya jelas dan harus dijawab dengan konkrit.

Tapi manakala   orang banyak mengagungkan popularitas dan mengutamakan pencitraan dirinya, mereka  mencari sosok yang dapat diandalkan, inilah saat terbaik kita untuk berdiam diri. Kita perlu menahan diri untuk tidak menyatakan siapakah kita, karena yang layak diagungkan hanyalah Allah Tri Tunggal yang Maha Kudus. Kalau tidak, maka kita akan terjerat godaan untuk mencuri kemuliaan Tuhan demi kemuliaan diri sendiri agar kita ‘dikenal’ banyak orang. Lupa bahwa yang harus diperkenalkan adalah Sang Juru Selamat. Bukan  diri kita lagi.

Yang sering terjadi memang demikian, kita ingin diakui dan dikenal orang banyak – membangun citra seperti yang diharapkan.  Hanya ingat casingnya saja, tapi lupa isi intinya dari  Sang Sabda melalui hidup kita. Beranikah kita juga menjadi seperti Yesus, membawa suara kebenaran, bicara suara kenabian ditengah praktek-praktek yang korup. Berani berkata meluruskan segala yang bengkok dan tidak benar. Hanya mempublikasikan kebenaran serta tidak memilih diam. Gak berani bersuara, tidak berani berbeda dan melawan arus. Memang kita harus seperti Yesus dan murid-murid, sering menyingkirkan dirinya dari keramaian, merenungkan segala sesuatu untuk menjadi lebih peka mendengarkan hikmat Sang Sabda ditengah hiruk pikuk kehidupan.

===============================================================================================

Bacaan Injil Mrk 3:7-12

“Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: “Engkaulah Anak Allah.” Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.”

One Comment

Leave a Reply to Thomas Tan Cancel reply

Required fields are marked *.