“Ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”
Kalau saja Yesus hidup di jaman sekarang, membayangkan apa yang akan dikatakanNya saat menghampiri saya sedang bekerja didepan laptop mungkin Ia akan berkata “Ayo ikut Aku, kamu akan saya jadikan konsultan manusia”. Maklumlah profesi saya konsultan yang pekerjaannya membantu perusahaan-perusahaan yang ingin lebih maju lagi; membantu perusahaan yang sekarang menduduki peringkat pertama di pasar Indonesia, tapi ingin menjadi yang terkemuka ditingkat regional bahkan tingkat dunia. Membantu perusahaan yang pusing menghadapi ribuan karyawannya agar bisa mengajak mereka semua ‘lari’ dengan kecepatan tinggi menuju tujuan yang sama. Bagi pengusaha dengan 40-50 orang karyawan mungkin gak perlu konsultan, semua bisa ditangani sendiri. Tapi kalau karyawannya sudah ribuan orang dan tersebar dimana-mana dengan berbagai tingkatan… wah wah.. superman lah namanya kalau bisa melakukannya dengan ‘one man show’ karena sulit bagi karyawan memiliki kesempatan tatap muka dengan orang no-1 setiap saat.
Kalau anda pengusaha, mungkin Yesus akan berkata :”Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan pengusaha manusia.” Kalau anda kontraktor, mungkin Yesus akan berkata “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan ‘pembangun’ manusia.” Bagaimana bila anda membayangkan apa yang akan Yesus ucapkan bila Ia datang menemui anda saat ini?
Saya bisa memahami bahwa konteks panggilan atau tawaran Yesus kepada setiap pribadi adalah sesuai dengan pemahaman mereka ’saat’ itu. Kejadiannya persis terjadi pada saat para nelayan yang sedang membongkar jaring atau bahkan bersiap-siap pulang, mereka hanya tahu danau Galilea, kapalnya dan bagaimana menggunakan jaring untuk menangkap ikan. Sehingga saat diajak Yesus, mereka hanya mengandalkan apa yang mereka tahu dalam kesehariannya, betul… hanya memiliki engalaman dan pengetahuan sebagai nelayan. Bisa terkaget-kaget mereka kalau saat itu Yesus mengajak mereka dengan mengatakan “Mari ikut Aku, kamu akan kujadikan guru.” Lha nelayan tahu apa soal dunia pendidikan? Kemungkinan besar mereka akan menolak tawaran Yesus seketika itu juga, wah kami bukan ‘keturunan’ guru – gak tahu apa-apa tentang bagaimana mengajar dan diajar.
Tetapi dengan kerendahan dan ketulusan hati mereka, secara bertahap mereka mau belajar mengenali cara Yesus bekerja, menyapa dan melayani setiap orang sambil berjalan berkeliling dari desa ke desa dan akhirnya menjauh dari danau Galilea, pergi ke kota-kota lain untuk mengajar. Setelah 3,5 tahun hidup bersama Yesus, barulah Ia mengatakan : Pergilah, sekarang saatnya kamu melakukan apa yang Aku lakukan. Jadikanlah semua bangsa muridKU. Aku menyertai kamu sampai akhir jaman.
Sebenarnya intensi ‘ajakan’ atau ‘panggilan’ Yesus masih sama sejak di tepi danau Galilea dan saat perpisahan dengan para murid 3,5 tahun kemudian. Tapi Yesus menggunakan paradigma dan pemahaman para murid yang nelayan, serta memberi tenggang waktu bagi mereka untuk memahami panggilan dan ajakanNya. Setelah dirasa cukup waktunya, maka mereka melangkah disertai pimpinan Roh Kudus. Jadi jelas tidak mungkin Yesus memanggil kita untuk sesuatu yang tidak kita pahami, tidak kuasai atau diluar kemampuan kita. Ia akan membimbing kita pada pengenalan yang lebih dalam, lebih intens sambil membangun relasi yang lebih dekat denganNya.
Sekarang pun tugas itu masih relevan untuk kita semua. Ada panggilan Tuhan yang mengajak secara radikal, mengubah orientasi kita dari penjala ikan – hidup untuk bekerja mencari nafkah, mendapatkan uang untuk makan, membeli rumah dan membayar sekolah – menjadi hidup yang orientasinya menuju pada Kerajaan Allah dengan mencari sebanyak mungkin manusia yang hidupnya juga berorientasi untuk kembali kepada Allah. Kita tidak diciptakan untuk menjadi budak pekerjaan atau usaha kita, tetapi kita diciptakan untuk maksud yang mulia – mengambil bagian dalam Kerajaan Allah yang sudah semakin dekat. Ada disekitar kita hanya kita tidak menyadarinya karena kita sibuk menjadi ‘penjala ikan’. Kalau kita mengajak teman dan relasi ke acara yang sedikit berbau rohani, sering terdengar komentar: Oh urusan akhirat itu nanti saja, itu urusan kalau sudah tua. Itu kan pekerjaannya para pensiunan. Saya harus mikirin ‘tangkapan ikan’ saya hari ini. Hehehe… Yesus saat itu tidak mencari pensiunan nelayan lho, Ia memanggil para nelayan di usia produktifnya. Maaf, itu fakta yang tidak dapat ditolak.
“Pergi keseluruh dunia” yang dilakukan para murid waktu itu, keluar dari Yerusalem menuju Yudea, Samaria sampai ujung bumi. Nah, sekarang malah lebih canggih lagi; kita belum sampai melangkah keluar ruang kerja dan keluar rumah karena dunia ada didepan kita. Lewat internet via FB dan twitter kita masuk dunia maya menembus berbagai batas belahan kota dan dunia. Itupun baru menggunakan satu bahasa: bahasa indonesia. Nah apalagi sekarang ada Google translate, sehingga masing-masing bisa pilih bahasanya sendiri dan si Mr Google tinggal terjemahkan ke bahasa mandarin, jepang dan arab… wow!!!
Saya hanya bisa tersenyum dan mengucap syukur pada Tuhan melihat traffic di blog ini ternyata datang dari berbagai belahan dunia, padahal saya gak pergi kemana-mana. Saya menuliskannya dari atas tempat tidur saya, terkadang dari ruang keluarga bahkan di dalam mobil saat menuju ke kantor. Saya belum pernah mampir ke kota-kota mereka tinggal, tapi pasti yang membaca orang indonesia yang tinggal di berbagai belahan dunia. Ada juga sih rekan-rekan dari negeri jiran, karena bahasa kita mirip ya? Well… bersyukurlah kita yang hidup di dunia dengan teknologi informasi yang memungkinkan kita pergi keseluruh dunia tanpa meninggalkan dunia tempat kita tinggal. Aneh tapi nyata?
Yesus akan dan pasti memanggil kita dan mengajak kita bersama Dia memberitakan Kabar Sukacita, lewat profesi kita, apapun namanya. Bahkan lewat keseharian kita dan lewat kemampuan kita. Maka berbahagialah yang memiliki banyak talenta apalagi dalam berbahasa asing, karena anda pasti dipanggil untuk menjadi penjala manusia yang anda jumpai melalui bahasa-bahasa yang anda miliki. Kalau saja kita mau bangkit dan berdiri seraya mengikut Dia, maka Dia akan juga terus mendampingi langkah demi langkah akan apa yang harus kita pahami dan pelajari. Hati yang tulus dan rendah hati agar karakter kita dapat dibentuk serupa Yesus, itulah modal para penjala manusia.
Yesus tahu saat yang paling tepat untuk memanggil seseorang, dan bila tawaran itu datang lewat teman-teman seprofesi, lewat keluarga kita, bahkan lewat situasi yang tidak pernah terbayangkan, jangan kaget karena waktunya adalah SEKARANG. Anda punya pilihan untuk tetap tinggal menekuni pekerjaan ‘penjala ikan’ dan tenggelam karenanya dengan manusia lama kita, atau bangkit berdiri dan melangkah menuju Kerajaan Allah bersama Dia. Sesuatu dapat terjadi pada pekerjaan dan profesi kita, tapi bekerja bersama Dia jawabannya sudah pasti mengalami transformasi pribadi dan janjiNya sudah terbukti.
==============================================================================================
Bacaan Injil Mrk 1:14-20
“Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.”