Fiat Voluntas Tua

Rendah Hati

| 0 comments

“Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”

Profesional sesuai tugas, jadi bukan karena lebih besar, lebih agung dan lebih berkuasa harus selalu diutamakan dalam berbagai hal, tetapi sesuai dengan kompetensi masing-masing. Inilah yang hendak ditunjukkan oleh Yesus, walaupun dirinya adalah Mesias atau Anak yang dikasihi Tuhan, tetapi tidak membuat diriNya besar kepala, seperti kebanyakan orang.

Saya sendiri beberapa kali diminta untuk duluan dalam antrian makan, duduk ditempat yang telah disediakan atau beberapa keistimewaan, jika itu sesuai kompetensi tentu menyenangkan, tetapi jika karena senioritas, atau sebagai atasan atau karena label-label lain, tentu saja saya jadi sebal dan kurang nyaman.

Beberapa kali terbukti, masih banyak diantara kita ini yang munafik dan menikmati kemunafikan dari orang lain, makanya lebih mempertahankan penampilan walaupun penghasilan pas-pasan bahkan nombok dan tidak ada kepentingan untuk berpenampilan formal, seorang staf biasa dikantor tempat saya bekerja dulu lebih memilih tampil bergaya manager karena ingin dihargai bahkan dihormati. Dia mengenakan pakaian branded, mobil kreditan dan supir pribadi, makan di resto dengan gaya hidupnya kelas atas, hal ini tentu sah-sah saja karena adalah hak pribadi masing-masing, tetapi ini tidak tepat ketika menyeret oran lain kedalam masalahnya.

Dalam perjalanan waktu, mulailah tukang tagih (debt collector) datang silih berganti dari berbagai bank hingga meneror operator telepon yang diminta untuk melindunginya dari telepon teror tersebut, kemudian teman-teman HRD juga harus menghadapi tekanan yang sama akibat ulah staf yang gila hormat ini. Ternyata ada banyak korban-korban lain yang menyimpan piutang dari dia, yang hanya dibayar dengan janji dan janji.

Yesus hadir dengan apa adanya, Dia mendudukkan kita seperti apa adanya, sesuai harkat dan martabat kita sebagai manusia, tidak melebih-lebihkan dan tidak juga merendahkan. Maka dari itulah Dia tetap meminta Yohanes membaptisnya. Teman, sadarilah bahwa kehormatan dan penghargaan yang kita dapatkan itu bukan dari penampilan luar, tetapi bagaimana kita mencintai dan melayani sesama dan lingkungan hidup kita yang kasat mata sebelum kita berani mengatakan mencintai dan melayani Tuhan Allah penguasa semesta.

Menjadi realistis itu tidak mudah, banyak teman-teman dan staf saya mempertanyakan sikap saya yang selalu naik kendaraan umum, karena bagi saya lebih efisien dan efektif. Naik mobil sendiri itu membuang uang percuma, mulai dari pengeluaran bbm, toll, parkir dan perawatan mobil, kemudian biaya psiklogis yang harus saya bayar mahal, antara lain kesal, marah-marah dan capek karena macet yang membuat stress dan menimbulkan berbagai penyakit, lagipula pejalanan saya hanya dari rumah ke kantor dan dari kantor ke rumah.

Selain murah dan tidak melelahkan, di dalam kendaraan umum saya bisa melihat kehidupan apa adanya dan membuat saya lebih dewasa dalam merefleksikan hidup. Memang ada resiko, tetapi dengan percaya kepadaNya dan berserah pasrah, tentu segala resiko itu mampu kita hadapi dengan tersenyum dan rendah hati selalu. Bukankah kita selalu ingin hidup damai? (Samsi Darmawan)

===============================================================================================

Bacaan Injil Matius 3:13-17

Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?” Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dan Yohanespun menuruti-Nya. Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.