Fiat Voluntas Tua

Makin Canggih Makin Kecil

| 0 comments

“Ia harus makin besar tetapi aku makin kecil”

Kalau memperhatikan perkembangan teknologi yang sangat pesat, hidup kita saat ini menjadi begitu nyaman dengan teknologi.  Dulu,  sebuah komputer berukuran besar, disebut ‘mainframe’, digunakan secara bersama-sama oleh beberapa orang. “One computer, many people”, sebagai gelombang pertama teknologi komputer. Lalu PC menggantikan peran mainframe sebagai pemeran utama dunia komputasi. Ukuran komputer semakin kecil dan memiliki kemampuan lebih dibanding gelombang pertama. Jumlahnya pun bertambah secara eksponensial, sehingga “one person, one computer” telah menjadi kenyataan. Saat ini komputer menjadi sangat murah dan mudah digunakan dan ditandai dengan lazimnya pemakaian beberapa komputer oleh satu orang, “one person, many computers.” Internet menjadi tulang punggung infrastruktur informasi global. Kita bisa akses informasi via ATM, HP/BB, laptop dsb.

Belum lagi urusan hardwarenya. Saya masih ingat jaman mobile-phone baru pertama diluncurkan. Bener-bener diletakkan di dalam mobil, yang ukurannya sebesar kotak sepatu olahraga dan beratnya ajubilaaaah…. Nanti kalau mobil sudah parkir, ditenteng lah mobile phone gedhem itu kedalam ruangan. Lalu berubah menjadi telepon genggam yang susah digenggam karena ukurannya sebesar batu bata. Makin lama makin canggih dan makin kecil ukurannya. Makin lama harganya pun semakin terjangkau orang banyak. Dulu hanya boss-boss yang punya telpon mobil yang harganya di atas 10 juta. Sekarang tukang ojekpun santai ber SMS sambil ngetem.

Prinsip kemajuan teknologi yang makin pesat , makin canggih harus semakin mudah diakses orang banyak. Prinsip serupa juga diajarkan oleh Injil hari ini. Iman yang semakin besar, nama yang semakin dikenal, harus melahirkan karya-karya yang dapat dinikmati orang banyak.  Tidak bisa kita gunakan prinsip, makin besar makin berjaya sendirian seperti prinsip dominasi pasar atau praktek monopoli dari hulu ke hilir. Akhirnya praktek ini dipangkas dengan perubahan undang-undang dan membuka kompetisi pasar. Harga barangpun menjadi semakin murah dan akses kepasar makin mudah.

Bagaimanapun hasil karya kita,  seberapapun hasilnya, jangan kita lupa bahwa semua itu diawali dengan mimpi sederhana – ingin memuliakan Tuhan. Ingin ambil bagian dalam perluasan kemuliaan Tuhan – Ad Maiorem Dei Gloriam – agar semakin bertambah besarlah kemuliaan Tuhan. Rasul Yohanes yang mengawali pertobatan orang-orang Yahudi, ia mempersiapkan mereka menerima Kristus. Semakin lama semakin banyak orang mengikutinya. Tetapi begitu Yesus juga melakukan hal yang sama, ia tidak merasa terusik, bahkan ia merasa bahwa sebentar lagi tugasnya akan selesai karena Yesus sudah akan memulai pekerjaanNya.  Sungguh kerendahan hati luar biasa. Rasul Yohanes tidak kehilangan visi, ia tetap memegang prinsip awalnya – hanya mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Nothing more, nothing less !

Tidak demikian halnya yang saya lihat terjadi di sekitar saya. Begitu seseorang berubah dari  ‘nobody’ menjadi ‘somebody’ – dimana nama kita semakin dikenal orang, banyak dicari orang, banyak dipuji orang… lhaa kok yang bertambah besar ‘hidung’nya.  Ada beberapa orang yang saya kenal semakin sulit dihubungi semenjak menjadi ‘seleb’.  Makin tinggi posisi seseorang, makin sulit diajak komunikasi. Malah semakin banyak kata-kata asing yang digunakan untuk menunjukkan ‘kelas’nya – sehingga memang jurang komunikasi menjadi semakin jauh.

Semoga setiap kali kita menatap dan menggunakan HP, kita juga diingatkan bahwa semakin canggih HP semakin kecil dan mahal harganya – tetapi makin memudahkan hidup kita.  Kita juga diingatkan bahwa semakin kita menyadari betapa mahalnya hidup kita telah dibayar lunas oleh darah Kristus, maka hasil kerja dan karya kitapun harus bisa menjangkau banyak orang. Harus bermanfaat bagi orang banyak dan dapat dimengerti oleh orang banyak. Kita tidak hendak hidup dalam sangkar emas, yang jauh dari mana-mana. Kita ingin hidup dekat dengan hati setiap orang yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita. Kita mau tetap belajar rendah hati seperti rasul Yohanes, mengutamakan kemuliaan Tuhan senantiasa. Mengijinkan Tuhan berkarya lewat banyak orang, dan siap untuk menerima tugas-tugas lain  yang dipercayakan.

===============================================================================================

Bacaan Injil  Yoh 3:22-30

“Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara. Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” Jawab Yohanes: “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”

Leave a Reply

Required fields are marked *.