Fiat Voluntas Tua

Pengalaman Exorcisme Yang Meneguhkan (Y. Samiran SCJ)a

| 5 Comments

Sebagai seorang imam, saya tahu bahwa tidak boleh orang sembarangan melakukan exorcisme, karena akibatnya memang bisa fatal, baik bagi si imam itu (ingat kesadaran Romo Dwi akan ancaman si setan), dan juga bagi orang yang kerasukan. Dikatakan fatal, karena memang bisa berujung ke kematian betul si penderita yang dirasuki roh jahat itu.

Selama menjadi imam hanya sekali saja saya diminta untuk membantu mendoakan orang yang kerasukan. Itu telah terjadi lebih dari 20-an tahun lalu. Kisahnya tidak seheboh dan sesepektakuler pengalaman romo Dwi. Tidak sampai ke exorcisme, seperti saya ungkapkan di atas, maka saya mulai dari doa biasa dengan iman tulus saya.

Kisahnya sekitar tahun 1989-an lalu (saya tidak ingat persis, tetapi pasti sebelum tahun 1990), saya disamping menjadi pendidik (Perfect Disciplinae) Seminari Menengah St Paulus, Palembang; juga 2 minggu sekali melayani stasi Prabumulih dan sekitarnya.

Suatu hari ada telpon (waktu itu belum ada HP) dari ketua stasi di pertamina Prabumulih dan katekis di situ, bahwa ada seorang umat yang kerasukan setan, dan sudah 3 hari dicoba dipanggilkan orang pintar, kiyai, dll, tetapi tetap tidak bisa, setiap kali kambuh lagi; dan hari itu semua “orang pintar” dan kiyai menyerah karena lebih kuat. Dijagal (dipegang dan ditahan) 8 orang lelaki dewasa semua kalah dan tetap kalah, padahal dia adalah seorang wanita, yang sehari-hari amat lembut, dan santun. Untungnya dia tidak mengamuk. Dia adalah seorang katolik, menikah dengan suami non katolik dan tidak boleh lagi ke gereja karena dipaksa keluarga suaminya. Maka memang saya tidak kenal dia. Tetapi setelah kerasukan itulah, baru orang mencari pastor, karena suaminya mengatakan dan ‘blaka’ (mengakui) bahwa isterinya ini dulu katolik.   Karena itulah lalu ketua stasi dan katekis itu menghubungi saya.
Maka, karena mendengar sudah 3 hari menderita, dan semua orang menyerah, maka saya terpaksa berangkat juga. Saya katakan terpaksa, karena jarak Palembang – Prabumulih itu 99 km; dan itu adalah hari biasa, artinya biasanya saya akan ke tempat itu 2 minggu sekali pada hari Minggu.
Saya mempersiapkan stola, air suci, springkle, salib, minyak urapan dan tentu saja pasti membawa rosario seperti kebiasaan saya. Lalu saya mengajak para Suster Charitas di Novisiat (karena selama ini saya juga membantu mengajar di Novisiat, maka kesempatan mengajak suster jalan keluar kota balik hari), dan herannya biasanya prosedur mengajak suster itu rumit, kali ini lancar, langsung dijawab Ya oleh Magistra (pemimpin Novisiat)-nya. Bahkan juga magistranya akhirnya ikut juga, karena ingin tahu bagaimana mendoakan orang kerasukan (katanya).

Maka jadilah jam 10-an kami berangkat ke Prabumulih. Saya setir sendiri, karena darurat. Saya mampir ke biara suster dan langsung ke Prabumulih. Saya juga tidak tahu di mana tempatnya, apalagi suster yang tidak pernah ke Prabumulih. Tetapi umat sudah memberi ancer-ancer dan akan menunggu di pinggir jalan. Perjalanan lancar, jam 12 sudah sampai di tempat, benar umat sudah menunggu di pinggir jalan. Orang banyak, masyarakat sekitar keluarga itu sudah berkumpul di rumah itu, persis seperti kalau ada orang meninggal suasananya, kesan saya, karena banyak orang, tetapi suasananya seperti genting atau apalah gitu.
Kami langsung dibawa ke kamar tempat wanita itu berada. Saya ditemani sekitar 8 suster (saya tidak persis ingat, yang jelas L300 penuh).
Begitu kami masuk ke ruang itu, ibu itu yang semula tertidur – menjerit, saya tidak tahu arti atau maksud jeritan itu, tidak ada kata. Lalu dia beringsut mojok di sudut ruangan, di atas tempat tidur.

Saya tidak menyapa setannya atau siapa pun, prinsip saya tidak tidak perlu dialog dengan setan, usir ya usir saja. Kalau bisa pergi tanpa dialog kan gak usah dramatis. Maka saya mengajak suaminya dan orang banyak yang lihat di situ untuk berdoa. Lalu saya dekati si ibu itu, dia hanya menutup mukanya dan matanya mengintip kami dari sela-sela jarinya. Pakaiannya tidak karu-karuan, praktis setengah telanjang, karena baju yang dikenakannya sudah nyaris hancur, tidak tahu akibat pemberontakannya atau apa. Tapi waktu kami datang sudah tidak dijagal lagi, tidak dipegangi karena waktu itu tidur.

Maka saya mulai dengan langkah sederhana, saya doakan saja, belum exorcis. Setelah saya pakai stola (lambang saya melaksanakan tugas imamat saya) – kami buat tanda salib, termasuk saya buatkan tanda salib untuknya dengan berkat saya, lalu saya mengundang semua berdoa dengan mengangkat (menumpangkan) tangan ke arah si ibu itu.
Lalu saya doa spontan: mohon kehadiran Tuhan di rumah itu, membersihkanNya dari kuasa jahat, dan mohon kesehatan bagi ibu yang kami doakan itu, kekuatan rohani. Dan juga dengan tegas saya minta kepada kuasa kegelapan apapun bentuknya yang mengganggu ibu itu, (saya lupa namanya) untuk pergi ke tempat yang layak dan tidak mengganggu manusia.
Kemudian saya berkati dia dengan berkat imami saya, dan ibu itu saya perciki air suci. Herannya, yang selama kami berdoa ibu itu menggeram dan bersuara seperti orang kedinginan dipojok tempat tidur itu, setelah saya perciki air suci, diam dan lemas. Maka lalu saya pegang tangannya seperti menyalaminya dan saya katakan, ibu kami datang untuk menolong ibu dan mendoakanmu. Ia langsung membuka mata dan mengatakan “terimakasih romo ……..!” Biasa, tidak ada peristiwa dramatis apapun.
Karena setelah saya tunggu beberapa menit tidak ada reaksi lanjutan dari si jahat yang terusir, ya sudah, selesai. Kemudian saya minta ibu itu menyalami para suster dan membenahi dirinya. Kemudian saya tanya kepada si suami yang non katolik itu, apakah boleh rumah ini saya berkati? Dan dia menjawab silahkan pak ….. dan memang lalu saya berkati keliling dengan air suci yang kami bawa dari Palembang itu.

Orang-orang bernafas lega, dan mulai keluar dari kamar untuk kembali duduk-duduk dan merokok lagi sambil ngobrol lagi. Kini suasananya lebih enak dan ringan, seperti langit terbuka, dan semua beban hati lepas.

Setelah itu kami baru disambut untuk duduk istirahat di ruang tamu keluarga itu seadanya. Si suami mengucapkan terimakasih. Dan ajaibnya, tidak lama sesudah itu, sekitar setengah jam, si isteri (ibu yang semula kerasukan) sudah rapi dengan baju bersih, rapi, dan keluar menyajikan minuman untuk kami seperti tidak terjadi apa-apa. Barulah suami cerita latar belakang keluarganya, dan mengapa selama ini isteri itu tidak ke gereja.

Masyarakat Prabumulih adalah mayoritas adalah masyarakat asli sumatra dan cukup fanatik. Suami pun berasal dari keluarga fanatik. Tetapi dengan peristiwa itu, maka si suami mengatakan bahwa mulai minggu depan isterinya akan diijinkan untuk ke gereja. Dan memang sejak saat itu isteri itu rajin ke gereja dengan membawa dua anak gadis kecilnya.

Dari peristiwa itu, saya sampai sekarang mempunyai keyakinan kuat, bahwa iman katolik adalah the best, dan mengalahkan segala kuasa kegelapan apapun. Syaratnya adalah: tulus beriman. Bukan berarti bahwa diberkati Allah dan beriman baik itu lalu artinya tidak ada penderitaan dan kesulitan. Justru rasanya adaaaa saja tantangannya, tetapi tetap bisa kita lewati dengan baik – kalau kita tekun dalam iman. Tak ada yang tak tertanggungkan dalam iman itu.

Maka saya juga heran, di tempat yang katanya banyak hantu atau isyu kerasukan dll, saya yakinkan kepada teman-teman, jangan gentar karena kita ini anak-anak Tuhan yang sudah diberkati dengan Sakramen Permandian dan dikuatkan dengan EkaristiNya. Yang kedua, jangan beri ruang kepada kegelapan atau kuasa jahat apa pun bentuknya untuk masuk. Misalnya, jangan membesar-besarkan isyu hantu dll, sehingga roh jahat itu akan senang dan justru akan hadir dan mengganggu … Tetapi juga jangan meremehkan, di mana dikatakan ada hantu, doakanlah, tanpa harus banyak omong dan upacara heboh agar orang lain tidak perlu malah menggarisbawahi hebohnya, sehingga menciptakan “ruang terbuka” bagi roh jahat itu untuk masuk dalam hati dan pikiran kita.

Saya selalu katakan, kalau kami tidak berani sendiri, jangan heboh tetapi minta bantuan orang yang berani, entah romo atau siapa, tetapi jangan beri “ruang” roh itu untuk masuk dalam “dunia” kita, entah itu menjadi bahan pergunjingan, atau pun yang lain, yang efeknya justru menimbulkan ketakutan, dan itulah yang membuka “ruang” roh-roh jahant untuk mengusik-usik kita. Semakin kita terusik, semakin bersukarialah mereka dan berkembang, karena ada ruang yang bisa dimasuki.

Contoh saya beberapa kali meyakinkan dan mengajak saudara-saudara saya (SCJ, entah para frater atau romo lain):
a. Seminari St Paulus pernah ada banyak isyu anak kerasukan, yang menjadi seperti macan, naga, dll … yang hantu wanita, dll. Saya katakan bahwa sejak tahun 1985-1991 saya tinggal full di tempat itu, dan beberapa kali harus sendirian di rumah, karena anak seminari semua libur, dan staf waktu itu hanya 3 orang termasuk saya; dan tidak pernah ada yang mengganggu atau menakuti-nakuti saya. Saya tidur nyenyak dan sehat wal afiat. Maka saat tahun 2005 lalu saya kembali lagi dan isyu itu terdengar, kiat yang sama saya tegaskan kepada para seminaris dalam konferensi di kapel. Selama 3 tahun tidak ada anak kerasukan, apalagi yang aneh-aneh. Memang saya juga tidak menyetujui orang yang menawarkan diri untuk datang membuat pengusiran setan karena katanya tahun-tahun sebelumnya banyak anak seminaris datang ke seminari membawa roh-roh jahat, entah ajimat, dll; akibatnya kalau tidak dibersihkan akan ada saja anak yang kerasukan dlsb. Saya katakan TIDAK, jangan membuka ruang psikologis untuk dimasuki dan dimanfaatkan kuasa jahat untuk masuk. Lawanlah yang memang sungguh ada dan terjadi, tetapi jangan jadi paranoid roh jahat, atau phobia sehingga seolah di mana-mana orang dalam bahaya kerasukan.

Ingatkah kita, bahwa di seluruh Indonesia ramai dan menjadi kayak mode dan berita media massa yakni anak sekolah kerasukan di sana sini? Itu terjadi pada jaman hampir semua stasiun TV di Indonesia berlomba menayangkan kisah perburuan roh halus, entah apa pun nama programnya. Banyak kiyai tampil di layar TV untuk menjagal anak kerasukan dan dengan gaya macam-macam memburu, menangkap dan apalah roh-roh jahat itu. Aneh bukan, di mana-mana ditangkap, kok malah di mana-mana anak sekolah kerasukan?
Itulah yang saya sebut “membuka ruang” untuk masuknya roh jahat dalam hati, pikiran, dan perasaan kita.

Setan itu bukan musuh yang bisa kita binasakan, ia tidak mengenal kematian. Allah pun tidak membinasakannya, maka janganlah membuat pikiran salah seolah kita berhasil membinasakannya. Yang perlu kita buat adalah kita membuat benteng pertahanan yang kuat dalam nama Tuhan, agar dia tidak memasuki ruang kita. Dan itu adalah dengan hidup rohani yang baik, doa yang tekun dan tulus, iman yang kuat dan mendalam (saya tidak mengatakan pengetahuan iman yang pinter lho).

Kalau tidak salah, sekitar th 2007 lalu saya juga diminta membimbing retret para frater SCJ Yogya, untuk persiapan pembaharuan kaul mereka. Retret dilakukan di rumah retret Klaten. Lagi-lagi sebelum mulai retret isyu hantu santer terdengar dari para frater, dan saya sempat mendengar itu. Maka ungkapan sama saya katakan kepada para frater tentang bagaimana menyikapi hal itu. Dan selama 7 hari itu, saya jalani ke semua tempat, ya kebun, gang, dll, aman. Kamar saya bahkan ternyata adalah kamar yang dikatakan selalu heboh karena penghuninya selalu diganggu, bahkan katanya pernah dipindahkan saat tidur. Karena katanya di atas bekas kubur atau ada yang mati di situ, saya lupa, karena memang saya termasuk tidak begitu berminat menyimpan kisah horor seperti itu. Saya tahu itu, karena setelah selesai retret par frater bertanya apakah selama di situ 7 hari saya pernah mendengar suara aneh atau mengalami hal-hal aneh.

Retret berlangsung tenang, baik, tidak ada yang heboh dan kerasukan. Walau toh sesudah sampai di rumah ada saja yang bercerita sempat diganggu apalah …. tetapi omongan seperti itu kan sulit membedakan antara khayali, omong kosong (ndobos) atau sungguh. Saya sih hanya menegaskan “Dan kamu masih selamat dan utuhkan sampai kembali?”. Jawabnya tentu saja YA. “Nah, itulah kalau itu benar berarti sebenarnya kamu mampu lolos dari hal itu dengan baik, utuh, dan sehat. Jadi tidak perlu takut dan heboh dengan hal seperti itu. Kamu anak Tuhan, saudara Yesus, masak takut dikalahkan oleh iblis dan anak buahnya.”

Teman-teman, ini sekedar sharing, melengkapi pengalaman romo Dwi Harsanto Pr. Supaya para Apikers tidak salah mengerti, maka saya merangkumkan intisari tulisan saya di atas:
a. Saya tidak meremehkan kisah tentang roh jahat, hantu, setan, dan sejenisnya.
b. Saya menegaskan bahwa roh jahat itu ada, hantu, setan, dan sejenisnya itu memang ada. Banyak orang telah mengalami itu. Jadi jangan pandang itu hanya ilusi. Itu realitas alam semesta ini.
c. Kita yang sudah dibaptis ini adalah orang-orang yang sudah diurapi dengan Roh Kudus, dan menjadi anak Allah. Maka kuasa kegelapan mana pun jauh di bawah kita. Tetapi jangan meremehkan karena merasa hebat. Orang yang meremehkan hal sederhana, seringkali justru terpukul di situ.
d. Maka senjata iman kita harus terus kita gembleng, kalau masih ingin terus bebas dari sasaran si jahat. Si jahat tidak pernah berhenti membidik kita, maka jangan pernah memberi kesempatan dia untuk itu karena melemahnya iman kita.
e. Segala ketakutan berlebihan, obsesi berlebihan, kebanggaan berlebihan … dll atas pengalaman dengan si jahat, akan menjadi “pintu masuk” si jahat untuk menguasai kita dan orang yang mendengar kisah kita, sehingga menjadi miris, takut, khawatir dll atau sok jago dst, karena perasaan itu membuka “ruang” dalam diri kita untuk masuknya kuasa jahat itu.

salam dan doa,

Yohanes Samiran SCJ

5 Comments

  1. fascinating…
    cerita ini mengajak kita untuk merubah banyak hal-hal mendasar dalam hidup keseharian kita yang kita lakukan selama ini…

  2. Mengutip bagian (b) pada rangkuman: “Saya menegaskan bahwa roh jahat itu ada, hantu, setan, dan sejenisnya itu memang ada…”

    Pertanyaan: Maksud kata “sejenisnya” itu apa? Apakah yang Anda maksud “sejenisnya” itu seperti: pocong, jin, genderuwo yg dikenal oleh masyarkat indonesia?

    Setahu saya, Gereja Katolik hanya mengajarkan bahwa roh jahat/setan itu ada. Namun Gereja tidak pernah mengajarkan adanya jenis2 roh jahat/setan seperti yg umum dikenal dalam masyarakat di indonesia(jawa khususnya).

    • Gereja memang tak mengajarkan hal itu. Akan tetapi pada kenyataannya iblis seringkali menyamar dalam bentuk2 roh jahat dalam mitologi Jawa itu untuk menyesatkan kita. Yang pasti, apapun bentuknya, roh jahat tetaplah roh jahat (baca: iblis), dan kita tak perlu takut karenanya, karena Yesus beserta kita.

  3. Trimakasih sharingnya Romo…

  4. Trima kasih banyak atas sharing-nya Romo. Sharing-nya Romo semakin meneguhkan saya. Saya pernah beberapa kali menolong orang yg mengalami kesurupan, di mana tidak seheboh seperti yang di siarkan di TV. Memang benar kata Romo dan patut bagi kita semua utk tidak memberi atau menciptakan ruang bagi si jahat untuk masuk melalui keyakinan dan cara2 yang keliru, seperti syarat2 dan macam2 cara utk menghadapi si jahat. Satu yang saya tahu adalah, di saat kita menyebut nama “Tritunggal Maha Kudus”; Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus,, sungguh..!! kuasa itu benar2 dahsyat.!! saya akui,, saya tidak benar2 yakin dengan apa yang saya doakan,, saya juga tidak benar2 percaya dengan apa yg saya lakukan,, saya benar2 dibuat bingung pada saat itu.. TUHAN tidak pernah meninggalkan saya.. DIA menyelesaikan apa yang telah dimulai.. saya sendiri dibuat yakin dan percaya saat itu juga,, bahwa sesungguhnya bukan dengan kekuatan saya, tetapi oleh Kuasa-NYA. Sejak saat itu saya percaya bahwa sebagai anak Tuhan,, otoritas kuasa Allah dianugerahkan kepada kita utk digunakan demi kemuliaan nama-NYA. Saya percaya TUHAN akan menuntun kita semua ke dalam jalan-NYA dengan cara-NYA yang sungguh mulia.. TUHAN berkati kita semua.. :)

Leave a Reply

Required fields are marked *.