Setelah saya merefleksi tentang korban bencana Merapi, mulai dengan pengungsi Merapi. Meraka ini beda dengan korban gempa Bantul beberapa tahun lalu. Pengungsi Merapi harus pergi meninggalkan kampung halaman sementara korban gempa Bantul tidak perlu pergi hanya cukup berkemah di halaman dekat rumah mereka. Ini memang kesulitan, di pengungsian perlu dibantu dan juga bisa home sick. Lalu ada pengungsi diaspora, yang terdiri dari orang kurang mampu sehingga mereka juga butuh bantuan, tetapi ada yang mengungsi diaspora mandiri – orang ekonomi kuat.
Lalu ada korban merapi meski bukan pengungsi.
Mereka itu dikenai abu vulkanik Merapi atau bisa (dikhawatirkan) kena banjir lahar dingin Merapi yang bisa meluap di bantaran sungai yang dilewati. (kalau terjadi banjir lahar dingin, maka mereka akan mengungsi di dekat rumahnya yang tidak kena banjir. Syukurlah sampai sekarang belum terjadi dan dimohon tak usah terjadi.
Yang kena dampak abu vulkanik merapi tentu terganggu meski mereka tidak mengungsi. Misalnya tanaman mereka rusak, seperti pohon kelapa, sayuran dan juga bisa kena ispa dsb. Di samping itu ekonomi / penghasilan nafkah juga bisa berkurang sebagai akibatnya. Tetapi kalau mereka masih punya tabungan, mereka masih bisa hidup layak terus.
Sementara mereka yang miskin sebelum ada dampak abu vulkanik, setelah daerah mereka dikenai abu vulkanik, contoh para buruh nderes pohon kelapa, tidak bisa mendapatkan nafkah karena pohon kelapa rusak. Ada yang komen: ya ganti profesi aja. Kalau orang miskin itu jenius / cerdas, ya sudah dari dulu tentu bisa mengambangkan hidup dan profesinya.
Orang miskin di lereng Merapi yang juga jadi pengungsi – di pengungsian ada yang nyeletuk: Wah seperti tinggal di hotel, makan gratis, menginap gratis, bisa mandi pakai sabun dan handuk tinggal minta ke posko dsb. Tapi setelah mereka selesai masa pengungsian, di sini mengalami keadaan lebih parah dari sebelum ada bencana, karena umumnya nafkah mereka juga bisa hilang untuk sementara waktu (bisa 2 – 3 bulan). Nah, tanpa tabungan / cadangan tentu itu penderitaan.
Sementara mereka yang pemilik sapi, kambing dan bahkan punya rumah, meski rusak akan diberi bantuan / ganti rugi (begitu berita) oleh pemerintah. Sementara orang miskin, karena tidak punya ternak, tidak punya rumah, dll ya tidak mendapatkan ganti apa -apa, tapi yang jelas mereka bisa kehilangan nafkahnya yang untuk hari ke hari itu dan tidak punya tabungan dan modal uang akibat kerusakan yang terjadi akibat bencana.
Semua ini direfleksikan untuk semakin mampu menganalisa dan menemukan titik sasaran bantuan lebih mengena lagi. Amin.