Fiat Voluntas Tua

Dilema dalam Tugas

| 0 comments

Dalam misa pagi hari Rabu 10 Nopember 2010, diberikan renungan tentang kesetiaan pada tanggung jawab. Yesus setia pada tanggung jawab sampai berkeringat darah, mengalami sengsara, di salib dan wafat di salib.
Kadang, ada banyak orang melakukan hal “yang baik” tapi sebenarnya sebagai kompensasi untuk meninggalkan tanggung jawab utamanya.
Pengalaman Romo Aloysius Budi dalam perjalanan pengiriman bantuan untuk posko Merapi hari Selasa kemarin, mengalami “persimpangan” karena terjadi musibah banjir di Gereja Paroki Tanah Mas di mana Romo Aloy bertanggung jawab di situ. Mau kembali atau terus ? Si Sopir bersikap: terus ke posko Merapi, toh pulang juga tidak bisa menghentikan banjir. Tapi Romo Aloysius Budi tetap memanggung jawab Gereja Parokinya. Untunglah zaman ini ada alat sarana yang memungkinkan, dan itu juga yang dibuat bila Rm Aloy ada di tempat Parokinya, yaitu mengkoordinir karyawan paroki dan umat paroki. Jarak jauh juga ternyata bisa (bukan dibuat-buat tapi karena keadaan nyatanya begitu – sedang ada di tempat jauh dari Paroki). Ini kesetiaan pada tanggung jawab.
Yang perlu refleksi, misal bagi para aktivis relawan bencana Merapi, jangan sampai tanggung jawab utama pribadi masing-masing diabaikan, tapi merasa berbuat baik dengan aktivitas baru sebagai relawan. Tanggung jawab pribadi tetap harus juga diselesaikan. Jangan sampai OMK bilang sudah jadi relawan bertanggung jawab kalau nanti tugas-tugas sekolah/ kuliah tidak diselesaikan dengan alasan jadi relawan bencana Merapi. Jangan sampai bapak sibuk jadi relawan, tapi keluarga dandangnnya tidak ngepul, atau ibu-ibu aktif jadi relawan, tapi anak tak terurus.
Banyak orang suka KOMPENSASI, tampaknya baik, tapi sesungguhnya kurang bertanggung jawab karena yang utama ditinggalkannya / di abaikannya. Mari kita selesaikan semuanya sekaligus tanggung jawab dan kepedulian sosial yang ada, dan ia akan menjadi semakin berbobot hidupnya.
Juga jiwa kerdil, kalau kita bilang, lebih baik mengurusi tanggung jawab sendiri aja, tanpa mau melakukan lebih dalam menolong sesama yang menderita.
Br Yoanes

——————————————————————————————————————-
Email romo Aloy Budi pur (pastor paroki Tanah Mas – Semarang) pada tanggal 9 nov pk 18
Millister ytk.,
Saat ini saya dalam perjalanan menuju posko Merapi daerah Boyolali n  Klaten untuk mengantar logistik bagi pengungsi erupsi Merapi.
Di tengah jalan, sementara sampai Ungaran, saya mendapat informasi bahwa tanggul di sampong gereja Tanah Mas jebol akibat curah hujan n banjir. Air sudah setinggi lutut di halaman gereja dan mulai masuk pastoran. Jalan di samping gereja berubah jadi sungai. Beberapa umat sms n telp bahwa air sudah masuk perumahan tanah mas setinggi perut orang dewasa. Saya pun dilema melanjutkan perjalanan menuju posko Merapi atau kembali ke tanah mas. Sebelum berangkat saya sudah kontak Rm Hans Sunyoto bhw saya on the way to Boyolali. Dalam keadaan dilema, saya bertanya kepada Pak Wanto yang menemani saya dalam perjalanan ini. “Menurut jenengan yang punya anak, isteri, dan cucu, kita terus menuju posko Merapi, atau balik ke Tanah Mas?”
Jawabnya, “Tanah Mas sudah biasa banjir, nggak usah panik! Kalaupun Romo  balik Tanah Mas, air juga tidak akan surut! Maka kita terus saja mengirimkan logistik sesuai rencana!” Mendapat jawaban itu saya mantab jalan terus menuju Boyolali! Kalaupun  balik Tanah Mas, kata Rm Hartanta n koster (mas Bambang) mobil harus parkir Katedral semarang lalu jalan kaki menuju Tanah Mas!
Dalam perjalanan, saya coba koordinasi dengan bidang rumah tangga paroki.
Saat melihat situasi air Kaligarang, selagi masih di Semarang tadi, saya sudah sms sekretaris dewan, Pak Rijanto, begini, “Pak Rijanto ytk., saya menuju Posko Merapi mengantar logistik utk para pengungsi. Tadi saya lihat situasi Kaligarang sudah melebar. Barangkali perlu waspada bila hujan tak kunjung reda. Berkah Dalem. “
Saya telp Pak Darmawan, mantan wakil ketua dewan paroki, supaya waspada  juga. Saya juga sudah telpon Pak Bambang Raya, wakil ketua DPRD Kota Semarang supaya mendesak proyek yang sedang mengerjakan suatu proyek di Kaligarang yg karenanya merobek tanggul yang selama ini menjadi pelindung luapan air Kaligarang. Korban materi pasti ada, semoga tidak muncul korban jiwa. Demikian info, mohon doa dan saling mendoakan. Sekarang posisi saya sampai  Bawen. Berkah Dalem.
aloys budi purnomo pr
==============================================================================================
Bacaan Injil Lukas (17:11-19)

Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, Yesus menyusur perkotaan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Yesus lalu memandang mereka dan berkata, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam.” Dan sementara dalam perjalanan mereka menjadi tahir. Seorang di antara mereka ketika melihat bahwa dirinya telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu seorang Samaria. Lalu Yesus berkata, “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang tadi? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?” Lalu Ia berkata kepada orang itu, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan dikau.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.