SIDANG AGUNG GEREJA KATOLIK INDONESIA 2010
“Ia Datang Supaya Semua Memperoleh Hidup Dalam Kelimpahan” (bdk. Yoh 10:10)
1-5 November 2010
“Mengenali Wajah Yesus di dalam Keberagaman Budaya”
Selasa, 2 November 2010, pagi sinar matahari menyeruak masuk ke kamar Melati No. 219, Wisma Caringin, memaksa saya untuk membuka mata dari tidur pulas semalam setelah pada tengah malam saya mem-published narasi tentang SAGKI 2010 (3) di weblog MP saya. Doa pagi sejenak, sendiri-sendiri.
07.30 makan pagi telah tersedia, kesempatan untuk berkenalan dengan peserta Sidang yang datang dari berbagai penjuru Nusantara, kesempatan pula untuk reuni keluarga, bila kebetulan peserta bersaudara.
07.45 acara pembuka Sidang hari ini dimulai dengan doa pembuka dan penjelasan dari Tim Pelaksana (OC) tentang tata tertib selama Sidang, tentang pelayanan tiket, dll. Mgr. Sensi Potokota, Ketua Tim Pengarah (SC) berkisah tentang kunjungannya ke paroki-paroki, yang disebutnya sebagai patroli atau turne. Yang biasa ditakutkan adalah kemungkinan kedinginan, juga ketika tahu bahwa SAGKI diselenggarakan di Caringin, Bogor. Namun, ternyata, setelah taruh kepala, tidur begitu nyenyak karena menyaksikan acara pembukaan SAGKI 2010 yang semarak dan mengesankan. Kebersamaan kita ini dilaksanakan untuk merayakan syukur yang tulus, dengan sukacita dan riang gembira, karena Tuhan telah datang dan hadir dalam sejarah kehidupan bangsa ini. Dalam bingkai syukur ini kita letakkan acara-acara kita selama Sidang berlangsung, yang bertemakan, “Ia datang supaya kamu hidup dalam kelimpahan” (Yoh 10:10).
Pengalaman tentang Yesus dalam SAGKI dituturkan dengan metode naratif, dirangkai dalam narasi publik, yang dikembangkan oleh peserta dalam kelompok campur dengan narasi kelompok. Dalam Sidang pleno narasi kelompok disharingkan. Sharing pengalaman tentang Yesus ditinjau dengan refleksi teologi, dan dirayakan dalam liturgi Ekaristi, dan masih dinyatakan lagi dalam ekpresi budaya. Proses tersebut bermuara pada draft final yang diolah oleh Tim Pengarah. Para peserta juga memperoleh kesempatan untuk menuliskan sharing pengalaman imannya tentang Yesus yang hidup, dituangkan dalam narasi 7.500 karakter,
08.30 Mgr. I. Suharyo menyampaikan paparannya tentang “Narasi dalam Kitab Suci”. Bahan tertulis telah dimuat dalam buku Panduan SAGKI, hal. 1-16. Sebelum menyampaikan paparannya, dipersilakan tamu dari FABC, Mgr. Thomas dari India, Ketua Komisi Evangelisasi FABC. Mgr. Thomas terkesan akan hubungan akrab di antara peserta, yang akrab bersaudara, hidup rukun bahagia, merasa disatukan sebagai warga Asia, Indonesia, dan bangsa manusia.
Dalam paparannya tentang Kisah dalam Kitab Suci, terutama Perjanjian Baru, dijelaskan bahwa penuturan Yesus dengan kisah dikembangkan dari rumusan iman bahwa Yesus dibangkitkan oleh Allah dari antara orang mati (1 Ko5 15:3-4; Rom 5: 6-8). Pada awal Gereja perdana penganiyaan dan penderitaan umat yang dilihat dalam terang kebangkitan menjadi bermakna bagi kehidupan. Dalam Injil tidak hanya ada kisah tentang Yesus, tetapi ada juga kisah yang diceritakan oleh Yesus, dalam perumpaan, pertikaan pendapat, pengusiran setan, dll.
Mengakhiri paparannya Mgr. Suharyo berkisah tentang lukisan relief yang di Candi Borobudur. Konon, dalam lukisan relief tersebut. Ada seorang tua yang diutus ke dunia untuk mengenali ulah manusia.Ada juga lukisan seekor kera yang membawa pisang, berang-berang yang membawa ekor pisang, seekor serigala yang membawa semangkok susu, dan seekor kelinci yang tidak membawa apa-apa. Makanan yang ditawarkan kera, berang-berang dan kepada tidak memenuhi hati pertama tua tersebut. Karena kelinci tidak membawa apa-apa, ia tidak menyerahkan apa-apa, kecuali dirinya sendiri untuk disembelih menjadi santapannya.
Setelah paparan tersebut para peserta yang dikelompokkan dalam 37 kelompok berkumpul dalam kelompok 10-11 orang untuk bertutur kisah tentang Yesus. Dalam kelompok timbul rasa bersyukur dapat bertemu dengan berbagai macam orang dengan latar belakang budaya berbeda, dan terasa ada kesatuan hati karena perjumpaan dengan Yesus telah mengubah hidup kami masing-masing.
Dalam Sidang Pleno sore harinya kisah tentang Yesus ini kemudian disharingkan. Syukur atas pengalaman akan Yesus yang hidup inilah yang dirayakan pada Ekaristi, peringatan semua arwah orang beriman, 2 November, yang dipimpin oleh Mgr. Josef Sowatan, Uskup Manado, didampingi oleh Mgr. John Liku Ada, Uskup Agung Makassar, dan Mgr. PC. Mandagi, MSC, Uskup Ambon, serta beberapa imam lain. Dalam homili Mgr. John Liku Ada menyampaikan kisah tentang Allah dalam budaya Toraja, yang mendapat pemenuhannya dalam diri Kristus, yang karena dibangkitkan oleh Allah Bapa-Nya, memenuhi kerinduan orang-orang yang telah meninggal kepada hidup abadi.
Malam hari setelah makan malam para peserta mendapat kesempatan untuk menyaksikan pentas Ekspresi Budaya yang dipandu oleh Bp. Adi Kurdi. Malam hari itu yang ditampilkan adalah pentas Sanggar Akar yang dipimpin oleh Ibe Karyanto, serta ekspresi peserta berkebudayaan Batak dan Sibolga. Penampilan yang sungguh memukau, dan menggentarkanhati untuk bersyukur karena kita menjadi bagian dari Indonesia yang beraneka budaya, namun mampu bersatu membangun Indonesia. Dalam budaya tersebut tersimpan nilai-nilai yang menjadi persiapan Injil, kabar sukacita kepada setiap orang dari segala suku bangsa.
Terimakasih, Tuhan!
Salam, doa ‘n Berkat Tuhan,
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Bandung